Showing posts with label Bunga Tidur. Show all posts
Showing posts with label Bunga Tidur. Show all posts

Sunday, June 8, 2025

Anggur Baru

Momen Perkenalan Tak Terlupa
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 8 Juni 2025

ANGGUR BARU
Roh Kudus tercurah di tempat ini. Urapan-Nya yang ajaib memulihkan umat-Nya. Roh Kudus tercurah bagi g'reja-Nya, Membangkitkan umat pilihan-Nya.
Pre-Chorus: Hari inilah harinya Tuhan, saat pembebasan tiba. Belenggu dosa t'lah dipatahkan, Mari bersorak bagi Dia.
Chorus: Anggur baru tercurah penuhi umat-Nya dengan sukacita. Minyak baru tercurah urapi umat-Nya, nyata kuasa-Nya.

Beberapa hari lalu aku dibangunkan pikiranku dengan lagu tersebut, "Roh Kudus tercurah di tempat ini..." dan aku tidak hafal kelanjutannya. Maka, kulupakan. Namun, pada malam hari aku pergi ke suatu tempat yang sangat indah. Sayangnya, tempat itu hanyalah mimpi... xixixi... Kulihat sebuah pantai yang sangat luas dan airnya sangat jernih kebiru-biruan seperti warna langitnya yang juga sangat bebas dari awan gelap.

Hawanya pun sejuk. Oh iya, tadi anggur yang kuminum di gereja juga terasa berbeda dari bulan-bulan lalu. Biasanya aku batuk-batuk kecil setelah minum anggur. Beberapa jemaat kulihat juga mengalami hal yang sama. Namun, tadi berbeda. Setelah meneguk anggur itu, tenggorokanku justru terasa sejuk, seperti habis makan permen mint. Rasa ini pun tak menghilang hingga ibadah selesai... xixixixi...

Nah, kembali ke mimpiku. Di pantai itu kulihat ada jembatan semen yang terbentang di tengah perairan dan ujungnya tak terlihat karena sangat panjang. Lebarnya tak seberapa jika dibandingkan lebar pantai, tetapi sisi kanan bisa dilewati oleh beberapa orang dan sisi kiri bisa ditempati oleh meja dan kursi. Jembatannya juga sangat bersih dan terlihat kokoh. Seharusnya pantai itu bukan di Indonesia karena banyak orang Indonesia sering buang sampah sembarangan di tempat wisata. Ups... kamukah orangnya?

Nah, di atas jembatan semen abu-abu tersebut ada pagar pembatas untuk mencegah wisatawan jatuh ke air. Lalu ada beberapa meja plat besi yang sangat panjang diletakkan di depan pagar tersebut (sisi kiri). Kursi-kursi juga disiapkan di depan meja itu dan banyak orang duduk-duduk di sana menghadap meja sambil menikmati keindahan pantai. Aku pun ikut duduk di kursi tanpa sandaran pada salah satu ujung meja sambil memperhatikan sekitarku.

Semuanya berpakaian sopan, tidak ada yang bugil seperti kebanyakan bule di Bali. Selain itu, semuanya tenang, setenang perairannya. Bahkan, di sana tiada hewan pengganggu. Jangankan burung camar, semut pun tak terlihat titiknya. Beberapa orang tampak berlalu lalang pula, tetapi tidak ada yang berteriak-teriak atau menjerit-jerit. Pedagang asongan pun tak terlihat. Anak-anak juga tampak menikmati suasana alam di sana.

Di ujung dermaga terlihat beberapa orang sedang duduk memancing. Namun, posisiku sangat jauh dari mereka sehingga ikan pun tak terlihat. Semua orang tampak menikmati hari yang indah itu di tempat yang sangat indah bagaikan surga. Wah, rasanya sangat damai dan tak terlukiskan dengan kata-kata.

Karena kesulitan merumuskan prompt AI untuk menghasilkan gambar sesuai mimpi, akhirnya kucari gambar pantai Karimun Jawa... hahaha... Tentu jauh berbeda, tetapi fokus saja pada kesamaannya, yaitu sama-sama pantai... xixixixi...

Yoel 3:18 (TB) Pada waktu itu akan terjadi, bahwa gunung-gunung akan meniriskan anggur baru, bukit-bukit akan mengalirkan susu, dan segala sungai Yehuda akan mengalirkan air; mata air akan terbit dari rumah TUHAN dan akan membasahi lembah Sitim.

Nah, mimpi tersebut ditutup dengan lagu yang sama dengan hari sebelumnya "Roh Kudus tercurah di tempat ini..." Alhasil, aku mulai penasaran dan mencari lirik lagunya secara utuh lalu mendengarkannya di Youtube berulang kali. Eh, hari ini lagu pertama ibadah di gereja juga sama. Anggurnya juga terasa berbeda. Cara minum anggurnya pun terpaksa berbeda karena pakai dijilat-jilat seperti makan Oreo... hohoho... Itulah anggur kasih Tuhan.

Efesus 3:18-19 (TB) Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.

Sunday, February 9, 2025

Jatuh Tidak Tergeletak

Jalan Orang Benar
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 9 Feb 2025

Mazmur 37:23-24 (TB) TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya.

Kulihat diriku berada di sebuah kamar besar yang tampak sedang direnovasi. Semua dindingnya serba putih. Lantainya juga berkeramik putih. Lantas kunaiki tangga kayu coklat yang bersandar vertikal dan agak miring di dinding putih untuk membersihkan sudut langit-langit kamar yang dipenuhi sarang laba-laba dengan beberapa rempeyek. Aneh sekali ada rempeyek di langit-langit kamar. Seharusnya rempeyek ada di kotak kerupuk… wkwwkw…

Sementara itu, titiku sedang membersihkan kamar sebelah. Tiba-tiba tangga yang kunaiki merosot. Seketika kupanggil titiku, "Tolong, aku mau jatuh." Kulihat titiku menoleh sambil terbengong. Dia berhenti membersihkan jendela dan bersiap untuk ke kamarku.

Sayangnya, tangga yang kunaiki tidak mau menunggu kedatangannya dan secara perlahan-lahan tangganya bergerak ke arah horisontal hingga sejajar dengan lantai keramik putih. Aku pun tetap berpegangan pada tangga tersebut. Nah, ketika titiku muncul di pintu kamar, dia hanya melihatku tersenyum sambil bangkit dari atas tangga yang telah terbujur di lantai tersebut. Tak ada luka dan tak kurasakan sakit pula. Di samping kananku kulihat sebuah dipan kayu menjadi saksi bisu atas peristiwa tersebut… wkwwkw…

"Apabila Ia Jatuh, Tidaklah Dibiarkan Sampai Terg'letak S'bab Tangan Tuhan Jua Yang Menopangku Dan Membangunkanku Kembali."

Lantas aku berlari keluar ruangan dengan dua orang teman sebaya. Kudengar suara berkata, "Tunggu hingga ada pertemuan dengan anak penguasa." Whusz... tiba-tiba saja ada yang mengangkatku dan aku sudah berada di atas atap bercat putih bersih tanpa pagar pembatas sama sekali. Seketika aku tiarap di atas atap dan merangkak perlahan hingga berada di tepi atap.

Kulihat di bawah sana ada taman yang luas dan sangat cocok untuk piknik. Banyak orang menggelar tikar di atas rerumputan hijau dan mereka sedang mencetak sol sepatu. "Tunggu mereka selesai berkarya," terdengar sebuah suara pria di kanan belakangku. Aku segera mundur dari tepi atap dan berdiri.

Kulihat pria itu berpenampilan keren seperti salah satu tokoh Saint Seiya. Ketika dia mengayunkan salah satu tangannya, kusadari bahwa di sebelah kananku ada kursi santai dari kain dan juga sebuah buku. Seketika aku tersenyum dan mengambil buku itu sambil berkata, "Oke, lebih baik aku membaca buku sambil menunggu mereka selesai." Cuacanya sangat bagus, tidak dingin dan tidak panas. Seketika itu juga aku terbangun dengan lagu.

PADA-MU KUPERCAYA (Rany Simbolon)
Yang bagiku mustahil, itu 'kan mungkin bagi-Mu. Tiada yang melebihi kuasa-Mu.
Meski bumi berguncang, gunung gunung beranjak, Kau Tuhan yang teduhkan badai hidup.
Chorus: Tuhan pada-Mu kupercaya. Kuangkat tanganku berserah. Kumenaruh imanku kepada-Mu. Kau Bapa yang selalu p'lihara. Tangan-Mu yang turut bekerja. Engkaulah perisai perlindungan di hidupku.

Sunday, September 17, 2023

Mimpi Apa Aku Ini?

Melayani Satu Jiwa
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 17 Sept 2023

Tadi sebelum khotbah ada film pendek tentang seorang pemuda yang bermimpi aneh. Lalu dia terbangun sambil bertanya, "Mimpi apa aku ini?" Hal yang sama juga kualami beberapa hari lalu dan kutanyakan hal yang sama, Mimpi apa aku ini?

Aku berdiri di sebuah pabrik yang luas lalu tiba-tiba ada seorang pegawai wanita mendekatiku. Dia berkata, "Pabrik akan bangkrut. Orang-orang tidak mau lagi input PAK dan BMG." Sambil memperhatikan para pekerja yang sibuk di tempatnya masing-masing, aku menjawab, "Tidak bisa begitu. Pabrik ini belum bangkrut. Mereka harus tetap mengerjakannya." Lalu aku bergegas pergi untuk menemui mereka.

Dalam perjalanan aku melihat tumpukan roti empuk berserakan di area pabrik. Roti-roti tersebut masih bagus karena masih berada dalam kemasan plastiknya. Aku pun berjalan perlahan agar tidak menginjak roti-roti itu. Kemudian aku berdiri menatap tangga besi setinggi dua meter sambil berkata, "Ah, banyak sekali masalahnya."

Eh, tiba-tiba situasi berubah. Aku sudah berada di depan sebuah rumah panjang bersama beberapa saudaraku. Aku berkata, "Lihatlah! Setelah bangkrut papa menjadi lebih baik padahal dulu tidak begini." "Iya sih ..." Lalu mereka memasuki pintu rumah tersebut.

Karena aku paling belakang, aku berusaha mengunci pintu geser rumah itu, tetapi tak bisa dikunci. Maka, aku tidak lagi berusaha menguncinya dan hanya membiarkannya tertutup saja. Aku pun bergegas menyusul saudara-saudaraku ke dalam rumah.

Seketika aku terbangun, "Mimpi apa aku ini? Siapa yang akan bangkrut? Pabrik roti siapa itu? Kalau kebangkrutan memang bisa membuat orang bertobat, aku dukung saja rencana-Mu, Tuhan."

Amsal 30:8-9 (TB) Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku.

Beberapa hari sebelum mimpi itu kudengar ada orang yang dipalak oleh seorang pengusaha. Dia dituduh bekerja sama dengan rekannya untuk mencuri sesuatu darinya padahal tidak ada buktinya. Dia sampai bersumpah di atas Al-Quran. Dia pun berkata, "Kalau aku melakukannya, aku akan mati dalam kecelakaan."

Ketika mendengar cerita itu, aku menjadi geram dan berkata, "Kata-katanya terbalik. Seharusnya dia berkata, "Kalau aku tidak melakukannya, dia yang menuduhku akan mengalami kecelakaan." Ngapain dia mencelakakan dirinya sendiri?"

Lalu ada masalah lainnya lagi hingga aku pusing karenanya. Maka, seorang bapak berkata, "Sudah, tak usah dipikirkan. Kalau kamu pikirkan, nanti bisa sakit maag." Eh, malam harinya perutku malah mules berat karena diare. Oalah, orang lain yang punya masalah, kenapa aku yang kepikiran?

Aku pun tidur lebih larut daripada biasanya karena berusaha menganalisa masalah tersebut. Meskipun demikian, aku tidur sebelum menemukan pencerahan.

Sunday, December 4, 2022

Untung Hanya Mimpi

Berkat Penyertaan
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 04 Des 2022

"Siapa yang suka bermimpi?" tanya Pdt. Jonathan Pattiasina.

Kok tiba-tiba menanyakan hal ini ya? Tahun ini aku mendapat dua mimpi yang temanya serupa, tetapi ilustrasinya berbeda. Nah, pertanyaannya itu malah mengingatkanku pada kedua mimpi bertema tenggelam.

Di dalam mimpi pertama aku tenggelam di dalam laut yang gelap bersama seorang teman perempuan. Namun, kami tetap bisa bernapas dengan baik karena kami tenggelam di dalam kapal selam yang berbentuk kapsul kaca sebening gelembung udara.

Makin lama kapal selam itu makin ke bawah secara perlahan-lahan karena tidak ada tombol pengendalinya. Kami hanya berdiam diri mengamati sekeliling kami yang gelap dan membiarkan diri kami terbawa turun ke kegelapan yang dalam tanpa terlihat adanya riak air atau gelombang.

Namun, setelah sekian waktu lamanya tiba-tiba ada cahaya terang yang muncul begitu saja. Seketika kapal selam kami perlahan-lahan naik ke permukaan. Maka, makin lama terang itu makin terlihat. Akhirnya kami tiba di darat dan bertemu seorang teman.

"Bukannya enak di sana?" tanyanya kepada kami berdua. "Kami nyaris tenggelam tau," begitulah jawaban salah satu dari kami. Lalu aku terbangun.

Nah, beberapa minggu lalu aku bermimpi lagi tentang tenggelam. Kali ini suasananya berbeda karena langit sangat cerah. Hari itu masih pagi menjelang siang. Kulihat sebuah bemo berhenti di tengah jalan yang agak macet.

Rupanya diriku baru saja turun dari bemo itu lalu melihat air banjir menggenang di sekitar sana. Airnya tampak keruh. Pemandangan ini membuatku sempat agak menyesal karena sudah turun dari bemo.

Namun, aku langsung menoleh ke kiri dan berhasil menyeberang dengan aman tanpa terkena genangan air di dekat pembatas jalan. Lantas aku duduk di atas batu besar yang dikitari tanaman. Agar kakiku tidak basah, aku pun meletakkan kakiku di atas batu besar yang bagian bawahnya tertutup air keruh.

Beberapa saat kemudian aku hendak berdiri di atas batu yang kupijak itu. Seketika kusadari bahwa aku salah berpijak. Batunya bergerak dan mengapung. Oh, rupanya itu batu apung dan bukan batu penjuru. Maka, aku hilang keseimbangan dan jatuh seraya langsung memejamkan mata. Tak kuhiraukan semua orang yang ada di sekelilingku. Tak sekalipun aku berteriak meminta bantuan mereka.

Kubiarkan diriku tenggelam ke dalam air yang jernih. Aku tidak merasa sesak napas dan amat damai. Airnya tidak dingin dan tidak panas. Kubiarkan diriku terhanyut di dalam sungai nan jernih itu. Perlahan-lahan aku terbawa makin jauh ke tengah.

Namun, setelah waktu yang cukup lama tiba-tiba aku mengambang di permukaan nun jauh dari tempatku tenggelam. Sebuah tangan menarikku dari belakang dan membuatku berdiri tegak di tanah tepian sungai itu. Aku menoleh ke kiri untuk melihat wajah pemilik tangan, tetapi aku terbangun tanpa sempat melihat wajahnya. Untung hanya mimpi.

Namun, bagaimana dia menarikku? Aku tidak memakai tas punggung. Dia juga tidak menarik bajuku. Tangannya juga tidak menyentuh punggungku. Padahal, aku juga tidak memakai rompi pelampung.

Hal itu berbeda dengan tenggelam di dunia nyata. Ketika aku tenggelam di Sungai Pekalen, pemandu arung jeram menarikku dengan memegang bagian belakang rompi pelampung. Nah, bagaimana sosok dalam mimpi itu mengangkatku? Mungkin saja dia menggunakan energi angin... hehehe...

Ah, bagaimana mungkin pada tahun ini aku mimpi tenggelam hingga dua kali? Baptis selam aja cukup sekali dan itu pun tenggelamnya sangat singkat. Namun, momen tenggelam di dalam mimpiku tidak sesingkat itu. Cukup lama, tetapi tidak kelamaan.

Firaun bermimpi tentang lembu kurus dan lembu tambun, tetapi aku malah bermimpi tenggelam dalam kegelapan dan tenggelam dalam air jernih. Siapa yang bisa menafsirkannya? Andai saja Yusuf masih hidup, pasti kuminta dia menafsirkannya... hahaha...

Nah, berhubung Yusuf sudah tenang di alam sana, aku hanya bisa mengatakan bahwa tenggelamkan dirimu dalam hadirat Tuhan. Maka, sekalipun ada masalah yang menenggelamkan dirimu secara perlahan-lahan, kau tetap bisa bernapas dengan baik. Tak ada cara lain. Biar Tuhan saja yang memegang kendali. Hadirat-Nya bagaikan kapal selam di perairan yang dalam. Hadirat-Nya bagaikan air yang jernih.

Selain itu, dengan menenggelamkan diri ke dalam air kehidupan atau firman Tuhan, kita akan beroleh damai sejahtera. Kita bukanlah Babel yang tenggelam dan tak bisa bangkit lagi. Mimpi itu mengatakan bahwa momen tenggelam itu tak berlangsung selamanya. Habis gelap, terbitlah terang. Habis tenggelam, pertolongan datang. Semua adalah berkat kasih setia-Nya.

PENOLONG HIDUPKU
Saat kudalam kesesakan yang kuharap hanya kau Tuhan.
Saat badai hidup menerpa, masih ada Tuhan bagiku. Saat semua jalan tertutup, Tiada yang sanggup menolong, Saat air mata tercurah, Masih ada Tuhan bagiku.
Penolongku hanyalah Diri-Mu. Penghiburku hanya Engkau Bapaku. Selalu menyertai hidupku, Kau Bapaku yang setia.

Tenggelamnya Duit Babel

Sunday, January 2, 2022

Mimpi Buah

Melakukan Jauh Lebih Banyak
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 2 Jan 2022 

Sekitar dua hari lalu aku bermimpi. Di dalam mimpi kulihat diriku sedang menaiki jalanan yang naik. Di sana tidak ada tangga, tetapi jalanan naik itu terbuat dari lantai keramik. Di atas jalanan itu ada sebuah depot. Aku, mama, dan meme sepupuku mau ke depot itu sehingga kami harus menaiki jalanan tersebut. Namun, perjalanan itu tidak mudah. Ada orang yang tidak menyukai kedatangan pengunjung. Maka, orang itu mengambil selang dan menyemprotkan air ke jalanan tersebut.

Seketika jalanan menjadi licin. Mama dan meme sepupu berhasil lari ke atas, tetapi aku yang ada di belakang mereka tergelincir oleh air itu. Aku pun segera berjongkok untuk menahan tubuh dengan kakiku agar tidak jatuh. Sekalipun kakiku sedikit sakit, aku bertahan. Namun, pria itu berusaha mendorongku ke bawah dengan kedua tangannya. Untunglah aku berhasil menghindarinya lalu berpegangan pada tiang yang terpancang di tengah-tengah jalan. Lantas aku menjawab uluran tangan mama dan meme sepupuku sehingga aku berhasil naik.

Kami pun memasuki depot dan duduk bertiga di depan meja panjang yang dilapisi taplak plastik bermotif bunga kehijauan. Kami memesan es degan sembari mendengar curhat penjualnya, "Sekarang sepi karena di tengah sana ada preman yang menghalangi orang-orang naik ke sini." Hmm...

Ketika terbangun, tumit kaki kananku sakit. Kok bisa sakit begini ya? Aku terpeleset di dalam mimpi, tetapi kok sakitnya terbawa di dunia nyata? Apakah ini berarti Tuhan akan membuat mimpi jadi nyata? Jika mimpinya bagus, mau-mau aja sih. Tapi, kalau mimpinya jelek begitu, hmm... siapa yang mau? Memang sih Tuhan turut bekerja di dalam sesuatu untuk mendatangkan kebaikan. Tapi, siapa yang mau dijatuhkan? Siapa yang mau didorong ke bawah? Siapa yang mau dijahati?

Ada kalanya kita tidak bisa memilih. Seringkali ketika Tuhan menjanjikan sesuatu yang baik, si jahat akan datang merintangi. Lagipula situasi semacam itu sudah pernah kualami di masa lalu. Jawabannya sudah ada di sana. Maka, jadilah seperti buah degan yang selalu ada di setiap musim. Jadilah buah degan yang keras di luar sehingga tidak mudah digoncangkan, tetapi lembut di dalam. Ketika dipecahkan, dia tidak menyakiti, tetapi malah memberkati dengan daging buahnya yang lembut dan airnya yang menyegarkan. Hahaha... mudah dikatakan, tetapi tak mudah dilakukan. Ini sebabnya kita membutuhkan kekuatan kasih Kristus.

T'RANGI DUNIA ~ Anthony Tjahyono
(GMS Living Worship)
Tak pernah kuragu, Tak pernah kubimbang Saat kuputuskan mengiring-Mu. Kasih-Mu kekuatanku, Hikmat-Mu menuntunku 'tuk membawa jiwa kepada-Mu.
Pre-Chorus: Roh-Mu di dalamku. Kuhidup bagi-Mu.
Chorus: Ku 'kan menyala t'rangi dunia menjadi saksi-Mu. Ku 'kan berlari b'ritakan karya-Mu seumur hidupku agar dunia diselamatkan, nama Yesus yang ditinggikan.
Woo oo oo oh. Woo oo oo oh Wo oh! Woo oo oo oh. 

Sunday, November 7, 2021

Memimpikan Pak Jusuf

Mewujudkan Impian Allah
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 7 Nov 2021

Pak Gatut: "... Kiranya Tuhan memperjelas mimpi..."

Hmm... malam minggu lalu aku bermimpi, tetapi menurutku itu mimpi tidak jelas dan tidak penting, tetapi khotbah pak Gatut hari ini malah mengingatkanku pada mimpi itu lagi. Mimpi yang membingungkan sih. Aku terkejut karena ketika aku terbangun aku sudah berada di luar kamar tidurku, yaitu di sebuah lobi hotel. Pikirku: "Apa ini acara karya wisata?"

Aku belum pernah berjalan dalam tidurku. Jadi, aneh donk kalau aku terbangun di luar kamarku. Lantas aku kebingungan mencari kamarku di lorong kiri lantai 1 - di belakang resepsionis, tetapi tidak kutemukan kamarku. Maka, aku keluar gedung. Di sebelah kanannya kulihat ada gedung dengan billboard Disney. Dalam hati aku berkata: "Waduh, aku mau menonton di sana, tetapi aku belum mandi. Aku harus segera menemukan kamarku. Mandi dulu baru ke sana. Tak mungkin lha aku ke sana sebelum mandi."

Aku bergegas memasuki gedung hotel itu lagi lalu segera menaiki tangga marmer yang ada di sebelah kiriku karena mungkin saja kamarku ada di lantai 2. Eh, di puncak tangga aku berpapasan dengan Pdt. Jusuf Soetanto. Kami pun saling memandang dan sama-sama diam, tetapi tidak diam terpaku... hehehe... Lantas kuteruskan perjalananku dengan menyusuri lorong.

Kulihat ke kanan kiri tak terlihat kamarku karena di sana hanya ada nomer kamar 120an, sedangkan kamarku seharusnya 208. Dengan agak menyesal aku berkata di dalam hati: "Ah, mengapa tadi aku tidak bertanya kepada pak Jusuf? Mungkin saja dia mengetahui lokasi kamarku. Tapi, sudahlah... tak ada gunanya kembali ke belakang. Mungkin dia sudah pergi. Lebih baik kulanjutkan perjalananku."

Sesampainya di ujung lorong aku menuruni tangga keramik putih lalu masuk ke sebuah ruangan. Kulihat seorang wanita muda di sana sedang mengamati tanaman indoor"Dimana letak kamar 208?", tanyaku kepadanya. Lalu dengan senang hati dia mau menemaniku untuk mencari kamarku. Lantas kami mengitari sebuah pekarangan lalu mengamati kamar demi kamar dari luar gedung.

Ada kamar yang berornamen Cina, ada kamar yang dilengkapi pot-pot tanaman di terasnya, dan semuanya berdinding putih, tetapi kamar yang kucari tetap tidak ditemukan. Kami kembali ke dalam gedung hotel. Lalu di depan sebuah kamar kuambil ponselku dan kutelepon teman sekamarku: "Bu, kamu tahu dimana letak kamar kita?" Eh, tiba-tiba aku sudah berada di sebuah persimpangan jalan yang amat ramai karena dipenuhi orang lalu lalang dan pedagang kaki lima.

Di sana juga terlihat rel kereta api yang simpang siur. Maka, aku tidak bisa mendengar suara teman yang kutelepon sekalipun aku sudah memakai earphone dengan volume paling keras. Jadi, kulanjutkan perjalanan kembali ke hotel. Sebelum masuk ke dalam gedung hotel tiba-tiba ada teman wanita yang mendatangiku bersama teman pria berkemeja putih. Sembari menunjuk temannya dia berkata: "Pria ini mengetahui jalannya." Lalu wanita itu menarik tangan kananku dan pria itu berkata: "Ikuti aku." Aku pun menoleh kepadanya, tetapi sinar matahari menyilaukan mataku sehingga aku tidak bisa melihat wajah pria itu.

Kupikir aku bisa melihat wajahnya setelah bergerak membelakangi cahaya matahari, tetapi suara di luar jendela kamar malah membangunkanku. Suara itu pastilah suara salah satu juru parkir yang biasa bertugas di depan ruko ortuku. Aku mengenali suaranya. Dia berkata kepada temannya: "Semalam aku susah tidur..."

Beberapa bulan lalu dia pernah bercerita kepada mama jika dia hanya tidur selama 2-3 jam sehari. Pagi sampai sore dia menjadi juru parkir. Kalau malam, dia membantu isterinya mengupas buah nanas yang dijual di pasar. Saat itu mama sudah mengingatkannya untuk menambah jam tidur karena kurang tidur bisa membuatnya sakit.

Maka, aku pun berkata dalam hati: "Bisa tidur adalah suatu anugerah. Kasihan mereka yang tidak bisa tidur. Aku ini malah susah bangun. Bagaimana mungkin aku tadi berputar-putar di alam mimpi? Jika tanganku tidak ditarik keluar dari keramaian itu, mungkinkah aku tidur selamanya? Hmm... Siapa ya pria itu tadi? Kenapa aku selalu terbangun dari mimpi tiap kali berusaha melihat wajah seseorang? Apa mereka semua sosok yang sama?"

Kalau Tuhan yang memberi mimpi, Dia pasti membangunkan kita untuk mewujudkan mimpi-Nya. Namun, jika siluman mimpi yang memberi mimpi, amsyong lha seperti dalam cerita Sun Go Kong... wkwwkw... Sinar matahari dalam mimpi tadi mengingatkanku pada gedung gereja yang saat ini sedang dipugar. Tapi, kenapa aku bisa bermimpi ketemu pak Jusuf? Apa aku harus beribadah offline? Nanti saja lha kalau sudah tidak ada batasan kuota. Lebih baik mendahulukan yang lain saja. Lagi pula ibadah jam 7 pagi masih belum ada. Hehehe... akhirnya kemarin Minggu ya tetap ibadah online sampai sekarang.

Tekuni Proses

Sunday, January 10, 2021

Engkau akan Melihat …

Mengenal Tuhan
Catatan Ibadah Online Minggu 10 Jan 2021

Kalau pak Caleb dapat pencerahan setelah beneran mengajar anaknya menyetir mobil, aku malah bermimpi menyetir mobil… wkwwk… Menjelang Natal aku bermimpi sedang duduk di dalam mobil di samping pengemudi. Ketika menoleh ke kanan, kulihat orang jahat memegang kemudinya. Seketika aku hendak membuka pintu mobil agar bisa keluar dari mobil, tetapi dia sudah terlebih dulu mengunci mobil itu dan mengemudikannya masuk tol. Lantas aku berteriak kepadanya: "Berhenti! Cepat hentikan mobil ini!" Aku tak peduli sekalipun ada larangan berhenti di jalan tol.

Lalu secara sengaja dia baru memberhentikan mobilnya di tempat terlarang (ada tanda S dicoret) setelah melewati jalan tol. Tak jauh dari sana ada sekelompok polisi yang sedang melakukan pemeriksaan surat-surat kendaraan. Ketika melihat mobil yang kami tumpangi berhenti di tempat yang salah, seorang polwan berjalan menghampiri mobil kami. Orang jahat yang memegang kemudi segera berlari meninggalkan mobil.

Amsal 28:1 Orang fasik lari, walaupun tidak ada yang mengejarnya, tetapi orang benar merasa aman seperti singa muda.

 Lantas aku mengambil alih kemudi mobil dan polwan itu ikut naik mobil, tetapi duduk di bangku penumpang sebelah kiri sehingga bisa mengawasi pengemudi dengan baik. Polwan ini mengarahkan jalanku hingga mobil melewati sebuah gang pasar. Aku menepikan mobil dan polwan itu keluar menemui seorang wanita berjilbab coklat yang membawa amplop.

Kulihat polwan mengambil amplop tersebut dan melihat isinya dengan berlinang air mata. Lalu dia bergegas kembali ke mobil agar tak seorang pun mengetahui kejadian tersebut. Di dalam mobil dia memintaku segera melajukan mobil karena barang bukti sudah dia dapatkan. Wow… sekarang musuhku beneran kehilangan kendali. Sementara itu, polwan tersebut masih menangis sambil berkata: "Aiko... aiko..." Tampaknya polwan itu tidak menyangka bahwa dia akan mendapatkan barang bukti dari Aiko. Kelihatannya dia mencemaskan keselamatan Aiko yang masih bekerja pada orang jahat.

Hmmm... di dalam bahasa Jepang Aiko berarti buah hati tersayang. Tuhan tuh juga begitu. Dia amat sayang kepada orang baik dan orang jahat hingga Dia begitu menangisi orang jahat. Bahkan, kadang kala Tuhan tuh terlalu baik pula kepada orang jahat sampai-sampai orang baik merasa seperti dianaktirikan karena harus selalu mengalah. Padahal, orang jahat sudah disimpan untuk hari kebinasaan jika mereka tetap tidak bertobat.

Mazmur 92:8 Apabila orang-orang fasik bertunas seperti tumbuh-tumbuhan, dan orang-orang yang melakukan kejahatan berkembang, ialah supaya mereka dipunahkan untuk selama-lamanya.

Beberapa minggu kemudian di dunia fana orang jahat itu mencari-cari kesalahanku. Dia pun berusaha menjatuhkanku dengan berbagai perkataannya yang negatif. Lantas aku ingin menjawabnya, tetapi seketika kudengar suara cukup keras yang berkata: "Diam saja".

Mazmur 46:11 "Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!"

Lalu aku teringat dengan perjanjian rahasiaku. Menjelang akhir tahun informanku memberikan sebuah rahasia. "Janji ya. Rahasia ini hanya diketahui oleh aku, kamu, dan Tuhan", begitu katanya. "Hahaha... seperti janji nikah aja," selorohku. Namun, kupastikan aku tepati janji sehingga dia memberiku informasi.

Lihatlah Aku Bertindak

Mengenal Tuhan

Meaningful Presence
Catatan Ibadah Online Minggu 10 Jan 2021

Ps. Caleb Natanielliem: "... seribu orang akan rebah di kanan kirimu, tetapi engkau akan tetap berdiri. .... Engkau akan melihat AKU bertindak. ..."


AMIIIIIIIINNNN... Yeah! Akhirnya Tuhan bertindak. Namun, mengapa Dia menunggu begitu lama? Beberapa orang berdoa: "Oh Tuhan, segeralah menolong kami sebelum ada korban lagi." Namun, Tuhan tidak segera bertindak. Hal yang sama juga pernah didoakan oleh para orang kudus. Namun, Tuhan tetap menunggu hingga genap jumlahnya.

Wahyu 6:10 Dan mereka berseru dengan suara nyaring, katanya: "Berapa lamakah lagi, ya Penguasa yang kudus dan benar, Engkau tidak menghakimi dan tidak membalaskan darah kami kepada mereka yang diam di bumi?"

Mengapa? Mengapa Dia menunggu begitu lama? Jika Dia cepat bertindak, seharusnya tingkat kejahatan dapat diminimalkan dan pelaku kejahatan tidak sampai membenarkan diri. Seharusnya begitu donk. Namun, mengapa Tuhan terasa melakukan pembiaran begitu lama? Bagaimana jika terlambat dan jumlah korban bertambah?

Lantas diriku terbawa ke alam mimpi. Kulihat diriku di dalam sebuah mobil di samping kiri pengemudinya. Kulihat ke kanan dan ternyata mama yang pegang kemudi. Karena mengenalnya, aku pun duduk dengan tenang. Namun, tiba-tiba kudengar aku berteriak kepada mama: "Putar balik... putar balik. Ma, putar balik... Duh, bablas (terlewat) dech." Ini maunya ke Sidoarjo, tetapi nyasar sampai ke Gresik.

Alhasil, aku datang terlambat. Meskipun demikian, aku memberanikan diri untuk tetap memasuki ruang ujian. Lantas aku segera menemui bapak pengawas ujian dan menjelaskan kronologi keterlambatanku sambil memohon agar aku tetap diperbolehkan mengikuti ujian. Bapak itu tersenyum sambil tetap berjalan menuju ruang ujian selanjutnya. Nah, sebelum memasuki ruangan itu dia berkata: "Oke, itu soalnya. (Sambil menunjuk ke sebuah meja) Kamu bisa mengikuti ujian sendirian di sini karena yang lain sudah selesai. Waktumu 45 menit." Lalu dia pergi ke ruangan selanjutnya dimana para peserta lain sudah menunggu di sana.

Oow... begitu terbangun dari mimpi, aku teringat dua hal, yakni:
1. Lagu 'Four Days Late'.
Four Days Late"Lord, we don't understand why You waited so long? But His way is God's way, not yours or mine. And isn't it great when He's four days late, He's still on time. He's still on time."
(Terlambat Empat Hari: "Tuhan, kami tidak paham mengapa Engkau menunggu begitu lama? Tetapi jalan-Nya adalah jalan Tuhan, bukan jalanmu atau jalanku. Dan bukankah luar biasa, walaupun Dia terlambat empat hari, Dia tetap tepat waktu.")

2. Pengalaman Terlambat Ujian Sekolah
Kala itu aku masih SMP, entah SMP kelas berapa. Hari itu seharusnya aku mengikuti ujian nasional olahraga secara tertulis. Aku pun naik bemo ke sekolah dengan seragam kotak-kotak yang amat khas. Seharusnya sopir bemo mengenali seragamku dan mengetahui tujuanku. Namun, hari itu si sopir tidak melewati jalan depan seperti biasanya. Entah mengapa dia melewati jalan belakang (area Bintoro). Alhasil, aku tidak mengenali jalan-jalan yang kulewati. Maka, aku hanya bisa berdoa agar Tuhan menolongku. Karena tidak melihat sekolahku, aku pun tidak jua turun dari bemo. Aku hanya merasa bahwa perjalanan itu begitu lama dan akhirnya aku tiba di tempat mangkal bemo itu di Kenjeran.

Di sana sopir memintaku turun dan pindah ke bemo lain karena dia mau pulang. Aku pun naik bemo yang sama ke arah berbeda. Namun, saat itu aku tidak berani ke sekolah karena sudah terlambat. Jadi, aku pulang ke rumah dan memberitahu ortuku kalau aku kesasar sampai Kenjeran sehingga tidak mengikuti ujian. Lantas aku minta dibuatkan surat sakti... eh, surat sakit agar bisa mengikuti ujian tulis susulan. (Psst... cara ini jangan ditiru lho.)

Keesokan harinya kubawa surat itu dan kuserahkan kepada wali kelas. Lantas aku diperbolehkan mengikuti ujian tulis susulan olahraga sendirian di tempat khusus bersama beberapa anak lain yang juga harus mengikuti ujian susulan karena beneran sakit. Eh, soal-soal ujiannya tepat sama dengan ujian utama... hahaha... Pada mulanya kupikir aku bisa tidak lulus karena terlambat ikut ujian tulisnya padahal dalam ujian praktek olahraga nilaiku juga selalu merah atau pas-pasan. Namun, sekalipun terlambat ujian, aku tetap bisa lulus tepat waktu.

Wkwwkw... pantas bapak pengawas ujian di dalam mimpiku tersenyum seperti itu. Senyumnya seakan berkata: "Ingatlah di dalam Tuhan tidak ada kata terlambat. Pertolongan-Nya selalu tepat waktu." Kemudian seorang teman bertanya: "Apa aku masih bisa mengikuti ujian CPNS? Usiaku sudah sekian tahun." Aku hanya menjawab: "Coba aja dulu."

TIADA yang MUSTAHIL
Pertolongan-Mu ya Bapa itu cukup bagiku. Tak pernah terlambat menolongku. Kaulah tempatku berharap di saat ku lemah. Kuyakin dan percaya tangan-Mu memegangku.
Tiada yang mustahil bagi Yesus Tuhan. Kuasa-Nya yang sempurna sanggup menolongku. Tiada yang tak mungkin bagi kita anak-Nya. Mujizat selalu ada saat ku meminta dan percaya.

Engkau akan Melihat …

Sunday, January 3, 2021

Menghadapi Binatang Buas

Perintah Tuhan
Catatan Ibadah Online Minggu 03 Jan 2021

Hiii... ketika Ps. Frederick Abel berbicara tentang binatang buas, aku langsung teringat akan mimpiku pada malam 26 Des 2020. Kala itu aku berada di dalam sebuah gedung yang memiliki tiga ruangan. Di bagian atas gedung tengah ada beberapa balkon tanaman hias yang dibangun bersusun-susun hingga mencapai salah satu jendela kamar atas. Di depan ruang tengah ada sebuah bangku panjang yang dikitari beberapa tanaman hias pula.

Nah, selagi santai di depan ruang tengah bersama seorang teman wanita, tiba-tiba terdengar suara pria dari kamar atas: "Awas! Singa-singa mulai dilepaskan." Seketika aku berlari dan memanjat beberapa balkon tanaman hingga duduk di salah satu balkon. Lalu kupanggil temanku untuk ikut naik. Namun, dia kesulitan naik di tempat yang sama. Dia melihat bahwa balkon yang kududuki tampak sempit untuk dua orang sehingga dia bergegas lari ke ruangan kanan untuk menyelamatkan dirinya dari singa-singa besar yang mulai keluar dari ruangan kiri.

1 Petrus 5:8 Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.

Tiba-tiba salah satu singa tiduran tepat di bawah balkon yang kududuki sambil melihat ke atas seperti menungguku turun. Wah... aku pun menoleh ke kiri kanan. Dari balkon terlihat bahwa ruangan kiri sudah dipenuhi banyak singa yang buesar buesar dengan surai kuning keemasan. Mereka terlihat begitu gagah, tetapi pasti mengerikan kalau sampai berhadapan muka. Untunglah di sebelah kanan balkon terlihat jalan setapak yang bisa dilewati satu orang. Lantas aku bergegas melewati jalan sempit itu.

Eh, ternyata jalan sempit itu mengarah ke anak tangga yang membawaku turun ke ruangan kanan nan besar dan luas. Di dalam ruangan ini ada banyak orang dari berbagai lapisan yang berkumpul untuk mencari perlindungan dari bahaya yang mengancam di luar sana. Kulihat meme sulung juga baru saja menuruni tangga dari sisi lain gedung itu untuk bergabung di ruangan keselamatan ini. Terdengar suara pria muda berkata: "Selamat datang di Gakindo - Gerakan Indonesia. Di sini kalian aman."

1 Petrus 5:9 Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama.

Lantas aku bercerita kepada beberapa orang di sana: "Singa-singa telah dilepaskan. Mereka amat sangat teramat besar. Guede guede." (Sambil kurentangkan tangan selebar-lebarnya karena panjang singa itu sekitar 2 meter, lebarnya sekitar 1 meter, dan tingginya sekitar 1,5 meter.) Seorang bapak menyeletuk: "Kalau singanya guede, guede, itu pasti bukan Lion King." Jawabku: "Iya, memang bukan. Itu singa jahat." Lantas kuraba kantongku dan aku mulai panik: "HPku tertinggal di ruang tengah."

Wuzzz... tiba-tiba seorang wanita muda berkuncir ekor kuda melesat pergi ke ruang tengah untuk mengambilkan HPku. Kulihat dari jauh ruang tengah tampak terang dengan cahaya kekuningan. Sementara itu beberapa singa terlihat bersantai di depan ruangan kiri. Wuzzz... wanita itu mengembalikan HPku dengan selamat dan kami kembali berada di dalam ruangan Gakindo.

Hahaha... "Eh, ternyata singa takut ketinggian," kataku kepada meme bungsuku di dalam perjalanan ke Ciputra World pada keesokan harinya 27 Des 2020. "Kamu tahu darimana?", tanyanya. Lantas kuceritakan mimpiku: "Tadi malam aku mimpi seram... dikejar singa buesar tetapi dia tidak bisa menyentuhku ketika aku naik ke atas." Ealah... mimpi... wkwwkw...

Namun, aku penasaran dengan kata Gakindo. Masa Gerakan Indonesia? Kata om Google: Gakindo tuh Gabungan Kontraktor Indonesia. Wah... Gakindo di dalam mimpiku tadi tidak berisi orang-orang yang memakai helm untuk proyek konstruksi. Mereka justru terlihat berpakaian sehari-hari. Mereka seperti orang-orang yang tergerak untuk membangun manusia. Mereka memberikan rasa aman kepada orang-orang yang melarikan diri dari kejaran musuh. Mereka pun telah berlatih dan bersiap mengalahkan musuh.

1 Petrus 5:10 Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya.

ANUG’RAH TERBESAR
Kasih-Mu tiada bertepi. Hati-Mu tak terselami. Betapa baiknya Engkau. Kubersyukur pada-Mu.
Perkenanan-Mu ya Tuhan nyata di dalam hidupku. Sungguh Kau yang termulia. Jiwaku pun menyembah.
Reff: Kuangkat hatiku, Tinggikan nama-Mu kar’na Yesus Kau anu’grah terbesar. Kunaikkan syukurku ‘tuk kemurahan-Mu. Hanya Yesus Kau anug’rah terbesar.

Sunday, June 14, 2020

Makan Ikan

Catatan Ibadah Online Minggu 14 Juni 2020

Nah, ketika aku telah tiba di penghujung antrian, aku pun berbelok ke kiri, ke kiri, dan ke kiri lagi untuk berdiri mengantri di belakang seorang bapak profesor yang memakai toga dan topi wisuda. Lantas seorang pria berjas hitam yang berada di balik meja di kanan depan profesor tersebut segera berkata: "Rully, kamu mau kemana?" Lalu aku menoleh ke kanan belakang dan menyadari bahwa aku antri di tempat yang salah. Maka, aku bergegas ke kanan belakang untuk menghadap Ps. Philip Mantofa. Lalu dia menumpangkan tangan sambil mengatakan sesuatu. Entah apa yang dia katakan.

Makan IkanBeberapa saat kemudian proses pemberian penghargaan selesai dilakukan. Semua orang yang hadir di sana segera ke area kanan untuk duduk makan di dalam restoran yang juga berada di padang rumput yang sama. Restorannya terbagi menjadi dua bagian: indoor (dalam ruangan) dan outdoor (luar ruangan). Aku pun memilih indoor. Di dalam ruangan aku sungguh was-was karena ketika makan rasanya sedang diawasi Ps. Philip Mantofa yang sedang duduk makan di luar ruangan. Aku pun segera menghabiskan ikan tauco yang tersaji di piringku setelah menyingkirkan duri-durinya. Kemudian aku bergegas ke luar ruangan untuk mencuci tangan di wastafel.

Sembari mencuci tangan aku menoleh ke dalam ruangan dan membatin: "Ealah... ini kaca satu arah. Dari dalam ruangan aku bisa melihat ke luar, tetapi yang di luar tidak bisa melihat ke dalam. Ini berarti dari tadi ko Philip juga tidak bisa melihatku sekalipun tatapan matanya mengarah ke dalam ruangan. Jika tahu begini, ngapain aku was-was?" Fiuh... seandainya aku tidak menghabiskan ikan, dia pun tidak akan mengetahuinya. Namun, yang boleh dibuang emang cuma duri-durinya ya...

Mimpi 12 Juni 2020Sebenarnya sich aku ingin segera diwisuda seperti bapak profesor itu. Namun, aku malah dipanggil untuk menerima penghargaan dan mendengarkan khotbah ko Philip. Hmm... semenjak pandemi Covid sudah dua kali aku bermimpi berada di sungai dan tidak tenggelam. Pada mimpi yang pertama aku bermimpi menyeberangi sungai dengan aman bersama sekelompok orang. Ketika aku nyaris tenggelam, ada tangan kuat yang memegangku. Pemilik tangan ini merupakan seorang teman wanita yang terlebih dahulu berjalan di depanku ketika harus menyeberangi sungai.
Yesaya 43:2a Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan;
Eh, kali ini malah bermimpi menyelamatkan orang tenggelam di sungai. Memang ya... kita ini diselamatkan untuk menyelamatkan sehingga tidak boleh buru-buru wisuda. Nanti pada akhir zaman beberapa orang akan antri untuk menerima penghargaan. Saat itu semua yang kita perbuat bisa ditampilkan kembali seperti rekaman film.

TANGAN KUAT yang MEMEGANGKU
Saat ku sendiri, tiada seorang pun yang memperhatikanku seperti Kau Tuhan. Saat kuberjalan dalam lembah kelam, kupercaya Kau selalu sertaku. Tangan kuat yang memegangku selalu menuntunku. Ku tak mau jalan sendiri. Tuhan kuperlu kasih-Mu, kuperlu kuasa-Mu sampai akhir hidupku.

Sunday, June 7, 2020

Tempat Lapang

Postur Hidup Kemenangan (2)
Catatan Ibadah Online Minggu 07 Juni 2020

Ketika pak Caleb menyebut tempat lapang, tiba-tiba aku teringat akan bunga tidur yang sempat kuterima beberapa minggu lalu. Padahal, mimpi tersebut hanya muncul selama beberapa detik. Di dalam mimpi tersebut kulihat diriku sedang berdiri di sebuah tempat yang amat sangat lapang. Di depanku ada sebuah gudang yang amat sangat besar dan terbuka lebar. Lampu gudang belum dinyalakan karena di luar gudang langitnya sangat cerah.
Yesaya 54:2-3 Lapangkanlah tempat kemahmu, dan bentangkanlah tenda tempat kediamanmu, janganlah menghematnya; panjangkanlah tali-tali kemahmu dan pancangkanlah kokoh-kokoh patok-patokmu! Sebab engkau akan mengembang ke kanan dan ke kiri, keturunanmu akan memperoleh tempat bangsa-bangsa, dan akan mendiami kota-kota yang sunyi.
Di sana tak terlihat penjaganya dan hanya terlihat beberapa kardus coklat kecil bertumpuk-tumpuk di dekat kiri pintu masuk gudang. Kardusnya polos tanpa sablon apapun sehingga aku tidak mengetahui isinya atau siapa pemiliknya. Aku pun tidak melihat sampai jauh ke dalam gudang. Aku hanya berdiri di depan gudang itu dengan kedua tangan kosong berada di samping tubuhku. Tampaknya aku sedang bersiap-siap memasuki gudang itu.

Mimpi BesarLalu tiba-tiba aku bisa melihat diriku dari perspektif berbeda. Sekalipun tubuhku masih berada di depan gudang itu, aku bisa melihat tubuhku dari sudut pandang kiri atas, seakan-akan rohku melayang sedikit lebih tinggi di atas permukaan tanah. Nah, dari ketinggian tersebut kulihat di balik punggungku hanya ada tempat lapang yang amat sangat luas sehingga aku terlihat begitu kecil di tempat yang amat sangat besar.

Tempat tersebut terlihat amat sepi sekalipun saat itu baru menjelang siang. Jangankan manusia, hewan, atau tumbuhan, mobil-mobil pengangkut barang pun tak terlihat. Tempat itu terkesan begitu kering. Namun, tempat lapang berlantai semen yang ada di depan gudang tersebut terlihat amat bersih. Jika demikian, tentulah ada yang menyapunya setiap hari meskipun si penyapu tak terlihat batang hidungnya.

Kira-kira gudang apa itu? Mungkinkah itu merupakan salah satu gudang perbekalan Tuhan yang luasnya tanpa batas? Buesaaar sekali tuh. Aku tak dapat melihat sampai ke ujung-ujungnya sehingga aku tidak tahu apa saja yang ada di sekitar tempat itu. Hmmm… di dalam sana ada apa saja ya? Bagaimana aku bisa tiba di sana? Mengapa aku ada di sana? Apa yang harus dipersiapkan untuk memasuki tempat lapang nan luas itu?

LAPANGKANLAH TEMPAT KEMAHMU
Verse 1: Lapangkanlah tempat kemahmu. Bentangkan tenda kediamanmu. Jangan menghemat panjangkan talinya dan pancangkan kokoh patokmu.
Chorus: S'bab engkau 'kan mengembang ke kanan ke kiri. Keturunanmu 'kan memp'roleh bangsa-bangsa dan mendiami kota-kota sunyi. Siapkanlah dirimu.
Verse 2: Tuhan ini kami hamba-Mu. Jadilah sesuai kehendak-Mu. Kami siap jalankan Firman-Mu. Nyatakanlah kemuliaan-Mu.

Monday, May 4, 2020

Sinful Mind

Catatan Ibadah Online Minggu 03 Mei 2020

Seorang pemuda berkata: "memang repot ya berurusan dengan orang kaya". Sebenarnya tidak repot sich jika mereka juga kaya di mata Tuhan. Beberapa orang kaya tuh memang bikin repot karena mendua hati. Sekalipun mengaku percaya kepada Tuhan yang tidak kelihatan, tindakan mereka justru mencerminkan kepercayaan kepada Mamon yang kelihatan.
Imamat 26:1 "Janganlah kamu membuat berhala bagimu, dan patung atau tugu berhala janganlah kamu dirikan bagimu; juga batu berukir janganlah kamu tempatkan di negerimu untuk sujud menyembah kepadanya, sebab Akulah TUHAN, Allahmu.
Dalam kondisi normal mereka sudah berusaha mengeruk keuntungan sebesar-besarnya sekalipun merugikan orang lain. Dalam kondisi krisis seharusnya mereka mendekat kepada Tuhan, tetapi justru mereka semakin memiliki alasan kuat untuk meraup keuntungan di tengah kesempitan.
Imamat 26:21 Jikalau hidupmu tetap bertentangan dengan Daku dan kamu tidak mau mendengarkan Daku, maka Aku akan makin menambah hukuman atasmu sampai tujuh kali lipat setimpal dengan dosamu.
Lantas aku terbawa ke dalam dunia mimpi untuk dipertemukan dengan pemuda tadi. Ketika senja menggelayut manja, kulihat diriku sedang berada di dalam sebuah kelas bersama sekitar 10 orang lainnya. Karena kelas telah usai, kami pun telah bersiap pulang seperti murid lain yang telah mendahului kami.

Ketika kulayangkan pandangan ke luar jendela yang terbuka lebar, tampaklah pemuda itu menerobos masuk ke dalam kelas melalui jendela tersebut. Dengan tersenyum lebar dia menghampiriku dan meminta persetujuanku lalu bergegas pergi ke luar kelas. Sejenak aku tertegun dibuatnya. Bagaimana mungkin dia masuk melalui jendela? Seharusnya dia masuk melalui pintu sekalipun kelas telah usai.
Yohanes 10:9 Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.
Kupandangi rerumputan kering di luar jendela. Tampaknya rembulan sudah kelihatan. Maka, aku bergegas ke luar kelas dan mencarinya di kantin, tetapi dia tak terlihat batang hidungnya. Lantas kuputari jalanan sekolah, tetapi dia tetap tak terlihat. Hmm... sepertinya dia sudah pulang. Menyebalkan. Mengapa dia suka mengambil jalan pintas dan pergi begitu saja?

Jalan Sempit
Karena langit semakin gelap, kuputuskan untuk segera pulang juga dengan berjalan kaki menyeberangi jembatan beraspal selebar 2 orang. Semula ada 2 pria yang asyik mengobrol di dekat jembatan tersebut. Ketika aku berjalan memasuki jembatan, mereka berdua ikut berjalan di belakangku. Mau apa mereka? Aku pun bergegas melangkah dengan cepat seperti meluncur bersama angin sembari menyongsong cahaya yang ada di seberang jembatan. Uwaahh.. rupanya hari sudah pagi.

Seandainya tadi kuminta pemuda itu mengantarku pulang, tentu aku tak perlu berjalan sendirian di tengah kegelapan malam diiringi dua pria yang tak jelas rimbanya itu. Namun, ini bisa saja diartikan bahwa aku menyetujui tindakannya yang suka mengambil jalan pintas. Jadi, jalan terbaik memang menyeberangi jembatan sempit itu ya...
Matius 7:13-14 Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya."
Sekalipun jalan tersebut tampak beresiko, di ujungnya terlihat cahaya yang terang benderang. Selain itu, aku merasa ada kekuatan angin yang menyertai langkahku sehingga aku bisa menjaga jarak aman dari kedua pria asing itu.

DENGAN-MU TUHAN
Tak pernah kuragu akan kesetiaan-Mu, Kau pegang hidupku. Sepenuh jiwaku kuyakin dan percaya Kau tuntun langkahku.
Yesus Kaulah Raja dalam hidupku, berkuasa berjaya untuk s'lamanya.
Reff: Hanya Kau Tuhan sumber kekuatan. Kuasa-Mu tercurah bagiku senantiasa. Dengan-Mu Tuhan ku'kan berjalan dari kemuliaan sampai kemuliaan s’lamanya.

Pada malam sebelumnya aku pun bermimpi diberi sebuah buku tebal bersampul cokelat dan sebuah bolpoin hitam oleh pemuda itu. Kala itu dia pun menyerahkannya sambil tersenyum lebar. Duh, rasanya ingin kucoret-coret saja buku itu. Mengapa dia bisa setenang itu ya? Dia seolah-olah menutup mata dan telinga terhadap kebenaran yang telah diketahuinya. Mengapa dia memilih jalan lebar? Mengapa aku memilih jalan sempit? Mengapa tiap akhir April dia membuatku bersusah hati dengan isi bukunya itu? Kapan ya dia pulang?

PULANG - Redo (GMS Live)
Kuingin kau hadir di sini bertemu dengan-Ku lagi. Ku hanya ingin kau datang di pelukan-Ku, terima berkat-Ku.
Kuingin kau hadir di sini bertemu dengan-Ku lagi. Ku hanya ingin memandang wajahmu s'lalu, memberkatimu.
Dengarlah ini rindu-Ku. Inilah isi hati-Ku
Chorus: Kurindu kau kembali pulang, berlabuh di dalam pelukan-Ku. Kau tahu tangan-Ku s'lalu terbuka untukmu, memberkatimu.
Kurindu ku kembali pulang berlabuh di dalam pelukan-Mu. Kutahu tangan-Mu s'lalu terbuka untukku. Pengampunan yang Kau b'ri bawaku kembali pada-Mu Bapa.

Friday, March 20, 2020

Teguhkanlah Hatimu

Catatan Mimpi 20 Maret 2020

Semalam aku bermimpi mendengar suara yang berkata: "Teguhkanlah hatimu" ketika menyeberangi sungai dengan berjalan di atas jembatan pada malam hari.

Nah, saat membaca kisah Yosua ini aku jadi teringat firman-Nya kepada Yosua ketika diperintahkan menyeberangi Sungai Yordan.
Ulangan 31:6 Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau."
Apakah saat ini di atas Sungai Yordan ada jembatan?

Lalu di mimpi itu aku juga melihat seorang anak muda mengajakku untuk mengikuti keyakinannya. Jadi, saat ini memang ada peperangan terhadap dasar keyakinan. Maka, teguhkanlah hatimu.

Dasar KeyakinanNah, beberapa hari ini kulihat perbedaan pendapat antara beberapa gembala. Ada gembala yang mengajak dombanya tetap ke gereja dan ada gembala yang meminta dombanya mengikuti anjuran pemerintah untuk social distancing sehingga meliburkan gereja. Mana yang benar?

Hehehe... Keduanya sama-sama benar karena memang ada orang-orang yang diperintahkan tetap maju perang, tetapi ada yang diperintahkan untuk pulang ke rumah masing-masing. Siapa yang harus maju ke medan perang dan siapa yang harus pulang? Tentu saja semua berpulang kepada suara Tuhan yang diterima oleh masing-masing orang.

Contohnya saja dalam peperangan Gideon. Gideon diminta maju dengan 300 orang, sedangkan yang lain diminta pulang sekalipun mereka juga mau maju perang.
Hakim-hakim 7:4 Tetapi TUHAN berfirman kepada Gideon: "Masih terlalu banyak rakyat; suruhlah mereka turun minum air, maka Aku akan menyaring mereka bagimu di sana. Siapa yang Kufirmankan kepadamu: Inilah orang yang akan pergi bersama-sama dengan engkau, dialah yang akan pergi bersama-sama dengan engkau, tetapi barangsiapa yang Kufirmankan kepadamu: Inilah orang yang tidak akan pergi bersama-sama dengan engkau, dialah yang tidak akan pergi."
Tuhan sendiri yang telah memutuskan orang-orang yang harus maju perang dan orang-orang yang harus pulang. Jika sudah diutus maju perang, sebaiknya tetap maju karena ada penyertaan Tuhan.
Bilangan 14:22-23 Semua orang yang telah melihat kemuliaan-Ku dan tanda-tanda mujizat yang Kuperbuat di Mesir dan di padang gurun, namun telah sepuluh kali mencobai Aku dan tidak mau mendengarkan suara-Ku, pastilah tidak akan melihat negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka! Semua yang menista Aku ini tidak akan melihatnya.
Jika tidak diminta maju perang, tetapi malah nekat maju, ya namanya mencari mati, seperti bangsa Israel saat itu.
Bilangan 14:40-41 Dan keesokan harinya bangunlah mereka pagi-pagi hendak naik ke puncak gunung sambil berkata: "Sekarang kita hendak maju ke negeri yang difirmankan TUHAN itu; memang kita telah berbuat dosa." Tetapi kata Musa: "Mengapakah kamu hendak melanggar titah TUHAN? Hal itu tidak akan berhasil.
Intinya, harus dengar-dengaran dengan Tuhan karena Tuhan punya rencana berbeda dengan masing-masing orang. Jika hanya membaca perdebatan gembala, ya malah bingung sendiri mau mendukung pendapat gembala yang mana.

Untunglah Tuhan berbicara kepadaku lewat mimpi dan dikonfirmasi dengan artikel rohani serta lagu penguat iman yang kudapat saat bangun tidur sehingga tidak perlu bingung lagi. Semuanya benar karena Tuhan memang berbicara spesifik kepada masing-masing orang. ...^.^...

Tinggi Nama-Mu DipujiTINGGI NAMA-MU DIPUJI
Verse 1: Dasar dari yang kuharapkan, Bukti dari segala yang tak kulihat, Iman b'rikanku kekuatan 'tuk melakukan perkara yang hebat.
Pre-chorus: Bersama ROH-MU kupasti menang.
Chorus: Tinggi nama-Mu dipuji, Hormat kemuliaan. Sorak dengan s'genap hati, Raja keagungan.
Verse 2: Kau tak biarkan pencobaan Melebihi batas kekuatanku. Kau yang berikanku kemuliaan, Semakin serupa dengan gambaran-Mu.

Tuesday, March 10, 2020

Siap Perang

Beberapa hari lalu aku bermimpi seram. Di alam mimpi aku berdiri di suatu tempat terbuka berlantai semen. Angin badai berhembus kencang dan sepertinya ada kekacauan besar. Malam itu orang-orang berlarian dan bersembunyi entah dimana. Aura kegelapan terasa sangat mencekam hingga rasanya aku pun ingin berlari dan bersembunyi.

Namun, pergerakan musuh terasa amat sangat cepat seperti kilatan cahaya. Semakin lama dia semakin mendekat ke arahku. Aku dapat merasakan kehadirannya. Di tengah kekalutan yang ada seorang teman yang ada di dekatku segera berlari pergi untuk mencari tempat yang aman.

Aku terdiam sesaat lamanya lalu dengan penuh tenaga segera kukepalkan kedua tanganku dan kugerakkan hingga berada di samping kedua tubuhku. Lantas aku berkata kepada diriku: "Aku tidak takut. Ada sebuah kuasa yang besar di dalam diriku. Ada kuasa dalam nama Yesus. Aku diberi kuasa untuk mengalahkan musuh." Kala itu angin seperti mengitari tempatku berdiri hingga seolah-olah aku berada di tengah-tengah lingkaran besar berpagar angin.
1 Yohanes 4:4 Kamu berasal dari Allah, anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi palsu itu; sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia.
Dont be Afraid
Maka, dengan kedua tangan tetap terkepal di samping tubuhku, aku bersiap menunggu kedatangan musuh. Karena gerakannya secepat kilat... set... set... set..., tiba-tiba sesosok wanita agak gemuk sekitar 60 tahun dengan rambut ekor kudanya muncul di depanku. Kami pun saling bertatapan muka.

Hah! Benar-benar sosok tak terduga. Karena terkejut dengan kemunculannya yang amat cepat dan wujud yang tak sesuai bayangan, aku pun terbangun dari mimpi. Fiuh... Wajahnya keibuan dan tidak tampak garang. Padahal, aura kegelapan sangat kental terasa ketika dia bergerak. Mungkinkah iblis akan hadir dalam wujud malaikat? Serem dech kalau benar terjadi.
2 Korintus 11:13-15 Sebab orang-orang itu adalah rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang, yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus. Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblis pun menyamar sebagai malaikat Terang. Jadi bukanlah suatu hal yang ganjil, jika pelayan-pelayannya menyamar sebagai pelayan-pelayan kebenaran. Kesudahan mereka akan setimpal dengan perbuatan mereka.
Siap Perang
Bangkitkan Gereja

ENGKAULAH PERISAIKU
Engkaulah perisaiku saat badai hidup menerpaku. Firman-Mu di dalamku, tenangkan jiwaku.
Ku 'kan berdiri di tengah badai dalam kekuatan yang Kau berikan. Sampai kapanpun ku 'kan bertahan kar'na Yesus selalu menopang.
Ku 'kan bertahan dalam tekanan dengan kekuatan yang Kau berikan. Sampai kapanpun tak tergoyahkan kar'na Yesus selalu menopang hidupku.

Sunday, February 23, 2020

Musuhnya Batman

Cara Memiliki Sukacita
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 23 Feb 2020

Minggu lalu di dalam sebuah gedung berlantai keramik putih terlihat kehadiran seorang pria berkaos putih. Tampaknya dia sedang menaiki tangga di tengah kerumunan orang yang berlalu lalang. Wajahnya tak terlihat, tetapi aura kegelapan langsung terasa pekat meskipun lampu ruangan masih terang benderang.

Sembari mengamati pergerakannya dari seberang tangga, aku berkata dalam hati: "Jika dia mau menyerang seseorang, aku akan melindunginya." Ketika dia semakin mendekati puncak tangga, aku bergegas ke arahnya. Sekilas kulihat ada seorang anak perempuan sekitar 9 tahun yang berpegangan erat-erat di bagian luar tangga gedung. Kupikir dia target musuh, tetapi dugaanku salah. Dia masih aman meskipun posisinya cukup berbahaya.

Dari puncak tangga pria itu hanya bisa melihat ada dinding putih di depannya dan di kirinya. Maka, tiba-tiba pria berkaos putih itu melesat ke kanan ke arah seorang wanita paruh baya yang berjalan ke arahnya. Aku pun berlari cepat dari arah berlawanan dan segera membuka kedua tanganku lebar-lebar untuk diarahkan kepadanya. Dari balik punggung wanita tersebut aku tak bisa melihat apa yang terjadi.

Lantas aku sedikit bergeser ke kanan untuk melihat sosok pria berbaju putih itu. Joker. Wajahnya yang penuh riasan tebal dengan senyum menyeringai itu tampak seperti joker. Kedua tangannya yang terangkat tampak membeku dan sedikit terlapisi bongkahan es. Kedua lutut dan pinggangnya juga bernasib sama. Wow... aku bisa membuatnya beku hingga tak sanggup bergerak.

Namun, kesenanganku tak berlangsung lama karena dia berkata: "Nanti aku akan membalasmu anak kecil." Sejenak aku merasa takut, tetapi kuputuskan untuk menyerangnya selagi dia masih membeku agar dia tak punya kesempatan untuk membalasku. Maka, kuarahkan kedua telapak tanganku ke arahnya lalu keluarlah api yang mengarah kepadanya.

Eh, tiba-tiba dia telah berpindah ke pojok ruangan dekat puncak tangga. Aku pun berlari ke arahnya dan kembali mengarahkan kedua telapak tanganku. Api pun berkobar ke arahnya. Dia berlari menuruni tangga dan aku terus mengejarnya dengan kobaran api hingga dia lari terbirit-birit meninggalkan gedung tersebut. Hahaha... Ternyata dia hanya gertak sambal. Jika dilawan dengan senjata yang tepat, dia bisa kabur juga.
1 Petrus 5:8-9 Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama.
Tak lama berselang kulihat semua bangku di gereja dipenuhi orang. Aku pun terheran-heran. Darimana orang-orang ini berdatangan? Kok tiba-tiba gereja penuh orang padahal sebelumnya banyak bangku yang kosong?

Oh, ternyata semua itu hanya mimpi... xixixi... Hingga mimpi berakhir Batman dan Robin juga tidak muncul padahal joker tuh musuhnya mereka. Andai mereka muncul, mungkinkah mereka akan marah karena musuhnya kulawan?

Sunday, September 15, 2019

Ketulusan Bisa Dirasakan

Pondasi Rumah
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 15 Sept 2019

"Ketulusan bisa dirasakan". Sepertinya tadi pak Arman mengucapkan kata-kata tersebut, tetapi diucapkan pada bagian yang mana ya? Duh, aku tidak ingat dan hanya mengingat detail mimpiku dengan jelas.

Ada sebuah rumah sederhana di dalam sebuah mall. Rumah ini disinggahi oleh seorang tamu wanita. Ketika pagi tiba, aku pun bersiap meninggalkan rumah untuk ke gereja. Namun, tiba-tiba aku mendapat titipan seorang balita laki-laki. Anak itu tidak mau dituntun dan tiba-tiba lari hingga terjerembab di ujung tangga.

Deg... hati ini seperti mau copot rasanya. Buru-buru kudatangi dia dan mengangkatnya sebelum dia jatuh terguling-guling ke lantai bawah dari lantai 3. Lalu kuserahkan dia kepada emaknya sambil marah-marah. "Begini nich kalau ortunya tidak mau menjaga anaknya sendiri dan selalu menitipkan anak. Anak ini hampir saja jatuh terguling-guling di tangga. Sekarang aku pun terlambat ke gereja karena harus menjaganya. Jadi, serahkan kembali anak ini kepada ortunya yang asyik makan-makan itu. Aku akan ke gereja nanti." Wew, aku harus balik lagi ke rumah karena sepatu ketinggalan.

Nah, setelah semua kembali ke tempatnya, aku pun berjalan menyusuri suatu jalanan. Di kiri jalan terlihat seorang anak laki-laki duduk di atas dinding dekat pagar sebuah rumah untuk mengemis. Tak jauh darinya ada seorang bapak berdiri di belakangnya. Lalu terlihat seorang pria menegur dan menasehati anak itu agar jangan mengemis.

Tulus PalsuBapak yang berdiri di belakang si anak segera ikut menegur anak itu: "Bapak sudah bilang agar kamu tidak mengemis. Mengapa kamu tidak mendengarkan omongan bapak?" Pria yang menegur si anak segera berpaling kepada bapak itu seraya berkata: "Jangan berpura-pura tidak tahu. Sudah jelas kamu sendiri yang menyuruhnya mengemis." Lantas mereka ribut dan aku berlalu begitu saja.

Beberapa waktu kemudian tak jauh dari jalan tersebut kutemukan seorang anak laki-laki terperosok dalam sebuah lubang yang ada di dekat pagar pembatas sungai. Aku pun mengangkatnya dan amat terkejut melihat wajahnya yang dibungkus rapat oleh plastik kedap udara. Buru-buru kulepas plastik pembungkusnya sebelum dia kehabisan nafas. Lalu aku bertanya: "Kamu baik-baik saja?" Dia hanya menjawab: "Aku ini bodoh... aku bodoh..."

"Tidak", kataku memotong perkataannya, "kamu tidak bodoh." Tiba-tiba amarah membakar hatiku karena mengenali anak tersebut. Anak inilah yang sebelumnya telah kulihat duduk di atas dinding. Seketika kuingat postur bapaknya yang besar dan dulunya mengenakan kaos putih. Argh... rasanya aku amat sangat kesal kepadanya hingga aku pun terbangun dari mimpi.

Maka, kusadari bahwa semua hanya mimpi. Namun, aku harus bergegas jika tak ingin terlambat ke gereja seperti dalam mimpi itu.

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.