Sunday, July 11, 2021

Pengalih Perhatian

Memasuki Era Baru (2)
Catatan Ibadah Online Minggu 11 Juli 2021

Beberapa saat lalu kami mendapat kehormatan untuk berada di medan pertempuran. Maka, mau tak mau, suka tak suka, kami terpaksa adu sakti. Sejak Maret 2020 aku telah diberitahu bahwa musuh akan menyerang. Karena pergerakannya lebih cepat daripada pergerakan vaksin, tentu saja adu sakti tak bisa dihindari.

Sekalipun kami telah melakukan prokes, tetap saja kedatangan musuh tak bisa dicegah. Genderang perang mulai ditabuh ketika seorang asisten rumah tangga dari tetangga di perumahan belakang datang ke toko ortu sambil menangis karena majikannya kritis di rumah sakit akibat serangan Covid. Katanya: "Majikanku kritis. Kalau dia meninggal, aku ikut siapa? Isteri dan anaknya juga kena."

Tak lama berselang engkim juga lemas dan hasilnya positif Covid karena tertular asisten rumah tangganya yang baru kembali dari Madura. Engku juga tertular. Rumah sakit pun penuh sehingga mereka harus isoman. Titi yang membantu mereka pun turut tertular. Pada saat hampir bersamaan temanku yang baru pulang dari Jogja juga sakit. Ketika aku melakukan tes karena menunjukkan gejala tidak baik, temanku terpaksa melakukan tes juga. Eh, ternyata temanku juga positif seperti diriku.

Jadi, aku mendapat serangan, baik dari dalam dan luar rumah. Tentu saja peperangan tak bisa dihindari. Jika serangan dari dalam gagal merebahkanku, sudah ada serangan dari luar yang siap menjatuhkanku. Namun, peperangan ini tak sesuai yang kupikirkan.

Awalnya kupikir Tuhan akan membuatku kebal agar bisa memenangkan pertempuran. Namun, tidak demikian adanya. Nah, ketika aku merasa tak berdaya karena diserang rasa mual yang luar biasa, aku pun berkata kepada Tuhan: "Mengapa bisa seperti ini? Kau memintaku hadapi musuh dan tidak melarikan diri, tetapi mengapa Kau biarkan aku rebah?"

Malam itu aku sempat kesulitan bernafas. Karena flu biasa bisa membuatku sesak nafas, aku pun selalu menyediakan fresh care di dekat bantalku. Ketika merasa sesak, kuoleskan fresh care di atas tissue lalu kuhirup baunya. Aku pun merasa sedikit lega lalu berbahasa Roh sembari bertanya: "Tuhan, Kau ada dimana? Kaulah nafas hidupku. Jika Kau pergi, bagaimana aku bisa bernafas? Tolong perlancar saluran nafasku."

Lalu sambil membayangkan batu nisan yang terbuat dari batu abu-abu, aku berkata: "Tak apa. Ditolong atau tidak ditolong, Kau tetap Tuhanku. Disembuhkan atau tidak disembuhkan, Kau tetap Tuhanku. Lebih baik di batu nisanku tertulis 'meninggal dalam iman' daripada hidup tanpa iman." Hahaha... Tuhan pun tertawa geli. Dia berkata: "Iman itu menyelamatkan dan menghidupkan, bukan mematikan."

S'LAMANYA KAU TUHAN
Dalam anugerah-Mu, dalam naungan-Mu kudapat merasakan kemuliaan-Mu Tuhan.
Kau yang menetapkan, Kau yang mencurahkan kuasa dari tahta-Mu, Membangkitkan rohku.
Reff: S'lamanya Kau Tuhanku yang terutama di hidupku. Tak akan kulepaskan pengharapan di dalam-Mu.

Keesokan harinya aku terbangun karena ada sebuah tangan kanan yang memegang tangan kiriku erat-erat. Aku berusaha melihat wajahnya, tetapi aku malah terbangun dari tidur. Meskipun demikian, kurasakan wajah itu tersenyum penuh kehangatan sehangat tangan kanan yang sempat memegangku. Tangan itu tetap terasa kehangatannya sekalipun aku telah terbangun dari mimpi seolah-olah itu bukan mimpi, tetapi benar-benar kualami di dunia nyata.

Lantas aku bertanya-tanya: "Siapa pemilik tangan itu?" Seketika aku teringat akan Yesaya 41:10 janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.

Oh, itu tangan yang membawa kemenangan. Kemudian aku juga beroleh lagu 'Allah yang Bela'. Di sini dikatakan bahwa kemenanganku sudah dijamin.

ALLAH yang BELA / YA TUHAN KUPERCAYA
Allah yang bela. Siapa lawan dia? Lebih dari pemenang dalam s'gala hal.
Ku pasti dapat lakukan semua. Yesus yang b'ri kekuatan. O terpujilah nama-Nya.
Ya Tuhan kupercaya. Aku percaya. Lewati lembah air mata aku percaya Firman-Mu ya dan amin. Aku percaya kemenangan sudah Kau jamin. Aku percaya.

Pencuri Perhatian

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.