Catatan Ibadah ke-1 Minggu 14 Mei 2017
Ps. Jusuf Soetanto: "Nanti 28 Mei 2017 di SIBEC ITC saya
akan mendoakan pasangan yang rindu mempunyai keturunan. Bagi yang ada di
satelit-satelit tidak perlu ikut datang ke sini karena banyak yang bersaksi
dari Jakarta dan kota-kota lain bahwa mereka dapat keturunan setelah didoakan
lewat live streaming. Jangan mengatakan jika dikasih, ya syukur dan jika tidak,
tak apa. Jika masih belum dapat keturunan, mintalah tetapi jangan menuntut.
Mohonlah. Jangan lihat saya tetapi lihat
Tuhan. Saya tidak enak kalau diliatin atau ditanyai kenapa saya tidak
dikasih keturunan? Bukan saya yang memberi tetapi Tuhan. Semua bergantung pada
kedekatan hubunganmu dengan Tuhan. Jika saya yang bisa memberi, saya akan buka
praktek... hahaha... Ini bercanda..."
Setuju pak. Diliatin emang
nggak enak. Ini sebabnya aku juga tidak suka berada di depan kamera dan alat
perekam. Kalau ada yang mau wawancara, ne ne ne. Aku harus mengambil langkah seribu alias kabur. Kalau ada yang mau memotret, menyingkir ah. Namun,
ketika ada teman yang mengajak selfie,
ya susah kutolak. Alhasil, di dalam foto hasil selfie seringkali diriku terlihat bermuka masam sehingga ada teman
yang berkata: "Kamu tersenyumlah. Kalau senyum, cantik." Lalu sesi selfie diulang kembali dan kupaksa
diriku untuk tersenyum kepada kamera itu tetapi hasil fotonya tetap tanpa
senyum.
Ah, susah dech kalau harus
tersenyum kepada benda mati. Selain itu, ketika aku masih remaja ada yang
berkata: "Jangan sembarangan
memberikan fotomu karena bisa diguna-guna atau dibakar orang. Jika fotomu
dibakar, kamu akan merasa panas." Maka, saat kubayangkan foto-fotoku
tersebar, wew... aku semakin tak ingin berfoto. Namun, pada suatu hari di akhir
2007 si jago merah merenggut album fotoku dan menghanguskan pula semua isinya
tetapi aku tidak merasa panas tuh. Ternyata itu cuma takhayul.
1 Timotius 4:7 Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah.
Meskipun begitu, aku tetap tak
ingin ada orang asing menyimpan fotoku sehingga aku tetap tidak suka berfoto.
Sekitar 3 tahun di GMS pusat aku pun tak pernah berfoto di dalamnya sekalipun
pada hari baptisku. Namun, aku yakin saat itu aku diamati oleh seluruh penghuni
Surga pula (karena Lukas 15:7 menyatakan bahwa ada sukacita di Sorga karena satu orang yang bertobat) ... sampai-sampai grogi dan nyaris terpeleset... wkwwkw...
Ketika pada suatu ibadah Ps.
Philip Mantofa meminta jemaat selfie
di gereja sebagai kenangan sebelum gereja dibongkar, aku pun tidak mau ikutan,
kecuali ada teman perempuan di dekatku yang mengajak selfie. Untunglah tidak ada karena aku selalu tegang kalau lihat
kamera. Hingga hari terakhir di gedung ini pun aku ingin melakukan hal yang
sama, yaitu tidak berfoto. Namun, sesuatu terjadi.
Hari ini aku tiba di gereja
lebih pagi daripada biasanya karena nebeng titiku yang mendapat tugas pelayanan
di pagi hari. Sementara menunggu ibadah dimulai kulihat bapak yang duduk di
kanan depanku sedang berdiri sambil memegang ponsel di depan hidungnya. Lalu dia
berputar perlahan bersama ponsel tersebut. Hmmm... pasti dia sedang merekam
karena sekilas terdengar dia berkata kepada wanita di sampingnya: "momen terakhir".
Ouw... apa dia juga merekamku?
EGP... yang penting aku tidak melihat ke arah ponselnya sehingga wajahku tidak
akan terlihat di rekamannya. Aku juga enggan selfie. Apalagi semua foto masa kecilku sudah menjadi abu. Lantas
tiba-tiba ulah pria itu membuatku teringat sepenggal adegan film Korea 'The Legend of the Blue Sea' episode 4 yang kutonton kemarin malam.
Pada saat melihat kembang api
Sim Cheong Yi bertanya kepada Heo Joon Jae: "Apa yang dilakukan oleh
orang-orang itu?" Jawabnya: "Mereka sedang mengambil gambar."
Karena Sim Cheong Yi merupakan putri duyung yang belum lama menjelma jadi
manusia, dia belum memahami kehidupan manusia sehingga dia bertanya lagi: "Apa itu mengambil gambar?"
Maka, Heo Joon Jae mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan caranya. Lantas Sim
Cheong Yi bertanya: "Mengapa kamu tidak ikut mengambil gambar seperti mereka? Tentu
kamu menyimpannya di hatimu."
Iya. Itulah yang dilakukan Heo
Joon Jae seperti pesan ibunya: "Karena hal-hal baik dan indah akan
menghilang dengan cepat, maka kau harus mengingatnya di dalam hatimu."
Nah, aku pun ingin seperti itu: menyimpan kenangan baik di hati dan bukan
mengabadikannya dengan kamera. Namun, tiba-tiba kurasakan dorongan untuk
mengambil ponsel dan membuka kamera. Mumpung gereja masih sepi. Ketika kulihat
kamera, aku melihat banyak cahaya lampu yang seakan-akan menyorotiku saja.
Tanpa sadar aku pun tersenyum lalu kutekan tombol. Klik. Lalu kuulangi sebanyak
3 kali lagi.
Kemudian kulihat hasil fotoku
dan ternyata foto terbaik adalah hasil jepretan pertamaku. Hasil jepretan ke-2
hingga ke-4 langsung kutanggalkan alias kuhapus karena lebih terlihat masam
daripada yang pertama. Hehehe... rupanya semakin lama fokusku semakin bergeser
ke kamera. Ketika sadar kamera, jelas
saja aku tak bisa tersenyum. Saat mengamati hasil foto pertama dan
terakhirku di dalam gedung gereja yang akan dibongkar, seketika itu juga aku
teringat sebuah ayat
Bilangan 6:25 TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia;
Hahaha... aku belum pernah foto
di gereja dan sekali foto malah ingat firman. Jadi, aku akan meninggalkan
gedung ini dengan membawa cahaya-Nya, kasih karunia-Nya, dan cerita ini...
xixixi... pengalaman dengan Tuhan. Nggak nyangka Tuhan ikut nonton film yang
kutonton kemarin malam... wkwwk...
YESUSKU DAHSYAT - Sari Simorangkir
Alangkah indahnya hidup di dalam Tuhan. Dia
mencurahkan berkat yang melimpah. Alangkah indahnya jalan bersama Tuhan. Dia
memb'rikan kuasa untuk menang.
Reff: Yesusku dahsyat. Ku tak ragu
kepada-Mu. Kau Tuhan yang setia di pihakku.Yesusku ajaib. Tak terbendung
kuasa-Mu. Kau yang terhebat, terbesar bagiku.
Ps. Jusuf Soetanto: "Mungkin
ada yang merasa baik-baik saja jika lupa berdoa dan lupa firman tetapi menjadi
masalah jika lupa bawa ponsel. Namun, Tuhan
mau kita banyak berdoa dan membaca firman. Minimal tiap hari berdoalah 5 menit
untuk Indonesia. Tuhan akan menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya
dan Dia memberikan kekekalan di hati kita sehingga tak seorang pun memahami
pekerjaan Tuhan tetapi rancangan-Nya adalah damai sejahtera dan penuh
pengharapan."
16 Mei 2017 melihat foto orang dibaptis.
"Ulala... aku baru ingat. My first look di GMS pusat terjadi setelah baptis karena saat itu diharuskan foto di sana (seperti foto KTP) untuk pembuatan sertifikat baptis. Tapi, fotonya untuk pribadi doank ye..."
0 komentar:
Post a Comment