Catatan
Ibadah Jumat Agung ke-1 (19/04/2019)
Salah satu hal yang pahit dalam kehidupan adalah menghadapi orang-orang
yang kepahitan. Karena mereka senantiasa mengalami penderitaan lepas
penderitaan, mereka pun hidup dalam kekecewaan yang tiada bertepi. Alhasil,
mereka selalu curiga atas setiap hal yang datang dalam kehidupan mereka, entah
itu hal baik, maupun hal buruk.
Mereka pun terpenjara oleh kegelapan pemikiran mereka sendiri. Ketika
mereka berhasil, mereka langsung memamerkan keberhasilannya, terutama kepada
orang-orang yang telah memahitkan kehidupan mereka. Ketika mereka gagal, mereka
langsung menyalahkan orang lain dan tidak merasa bertanggung jawab atas
kegagalan tersebut. Lantas ketika melihat orang lain berhasil atau bahagia,
mereka akan mencari kejelekan mereka dan cenderung berfokus kepada kelemahan
mereka daripada kelebihan yang mereka miliki.
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang patut dikasihani. Orang
yang kepahitan itu seperti orang yang menyimpan sampah atau rongsokan di hati,
tetapi tidak menyadarinya. Mereka membutuhkan bantuan orang lain untuk
memberitahu mereka bahwa simpanan mereka itu hanya sampah atau rongsokan. Meskipun
demikian, tak banyak orang sanggup berurusan dengan mereka karena seringkali aroma
sampah cenderung menusuk hidung, bahkan sebelum kita mendekati sumber sampah
tersebut. Oleh karena itu, kita membutuhkan masker, sarung tangan, dan berbagai
peralatan yang tepat untuk menangani sampah-sampah di hati mereka tersebut.
Love never fails.
Begitulah kata mereka yang telah berhasil menyingkirkan sampah-sampah
dari hati nan pahit. Hati yang pahit hanya bisa dihadapi oleh hati yang manis
karena orang yang kepahitan senantiasa membutuhkan penerimaan, kepercayaan, kesabaran,
pujian, dan kesempatan untuk mengaktualisasikan dirinya tanpa takut dihakimi
atau dikritik. Dengan kekuatan kasih Tuhan, niscaya kita bisa membersihkan
sampah-sampah tersebut dari hati mereka tanpa mencemari hati kita sendiri. Namun,
tetap saja tak ada kasih manusia yang betul-betul sempurna sehingga mereka
tetap bisa kecewa jika hanya berharap kepada kasih manusia. Hanya Tuhan yang
benar-benar sanggup mengubah sampah atau rongsokan menjadi hal-hal yang positif
dan bernilai, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.
KASIH MASIH
ADA
Hanya yang pernah merasakannya tahu duri dalam dagingku. Ternyata Kaulah
yang paling mengerti rahasia hatiku. Walau seakan tiada harapan, kasih yang
t’lah menjadi dingin. Kusuka cara-Mu ‘tuk memulihkan hatiku yang suam.
Reff: Saat yang lainnya begitu mudah sirna, kasih-Mu
ya Tuhan tetap bertahan. Engkaulah alasan hatiku percaya kasih masih ada dalam
dunia.
0 komentar:
Post a Comment