Jalan Orang Benar
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 9 Feb 2025
Mazmur 37:23-24 (TB)
TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya;
apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya.
Kulihat diriku berada di sebuah kamar besar
yang tampak sedang direnovasi. Semua dindingnya serba putih. Lantainya juga berkeramik
putih. Lantas kunaiki tangga kayu coklat yang bersandar vertikal dan agak
miring di dinding putih untuk membersihkan sudut langit-langit kamar yang
dipenuhi sarang laba-laba dengan beberapa rempeyek. Aneh sekali ada rempeyek di
langit-langit kamar. Seharusnya rempeyek ada di kotak kerupuk… wkwwkw…
Sementara itu, titiku sedang membersihkan
kamar sebelah. Tiba-tiba tangga yang kunaiki merosot. Seketika kupanggil
titiku, "Tolong, aku mau jatuh." Kulihat titiku menoleh sambil
terbengong. Dia berhenti membersihkan jendela dan bersiap untuk ke kamarku.
Sayangnya, tangga yang kunaiki tidak mau
menunggu kedatangannya dan secara perlahan-lahan tangganya bergerak ke arah
horisontal hingga sejajar dengan lantai keramik putih. Aku pun tetap
berpegangan pada tangga tersebut. Nah, ketika titiku muncul di pintu kamar, dia
hanya melihatku tersenyum sambil bangkit dari atas tangga yang telah
terbujur di lantai tersebut. Tak ada luka dan tak kurasakan sakit pula. Di samping
kananku kulihat sebuah dipan kayu menjadi saksi bisu atas peristiwa tersebut…
wkwwkw…
"Apabila Ia Jatuh, Tidaklah Dibiarkan Sampai
Terg'letak S'bab Tangan Tuhan Jua Yang Menopangku Dan Membangunkanku
Kembali."
Lantas aku berlari keluar ruangan dengan dua orang teman sebaya. Kudengar suara berkata, "Tunggu hingga ada pertemuan dengan anak penguasa." Whusz... tiba-tiba saja ada yang mengangkatku dan aku sudah berada di atas atap bercat putih bersih tanpa pagar pembatas sama sekali. Seketika aku tiarap di atas atap dan merangkak perlahan hingga berada di tepi atap.
Kulihat di bawah sana ada taman yang luas
dan sangat cocok untuk piknik. Banyak orang menggelar tikar di atas rerumputan
hijau dan mereka sedang mencetak sol sepatu. "Tunggu mereka selesai
berkarya," terdengar sebuah suara pria di kanan belakangku. Aku segera
mundur dari tepi atap dan berdiri.
Kulihat pria itu berpenampilan keren
seperti salah satu tokoh Saint Seiya. Ketika dia mengayunkan salah satu
tangannya, kusadari bahwa di sebelah kananku ada kursi santai dari kain dan
juga sebuah buku. Seketika aku tersenyum dan mengambil buku itu sambil berkata,
"Oke, lebih baik aku membaca buku sambil menunggu mereka selesai." Cuacanya sangat bagus, tidak dingin dan tidak panas. Seketika itu juga aku terbangun dengan lagu.
PADA-MU KUPERCAYA (Rany Simbolon)
Yang bagiku mustahil, itu 'kan mungkin bagi-Mu. Tiada yang melebihi
kuasa-Mu.
Meski bumi berguncang, gunung gunung beranjak, Kau Tuhan yang teduhkan
badai hidup.
Chorus: Tuhan pada-Mu kupercaya. Kuangkat tanganku berserah. Kumenaruh
imanku kepada-Mu. Kau Bapa yang selalu p'lihara. Tangan-Mu yang turut bekerja.
Engkaulah perisai perlindungan di hidupku.
0 komentar:
Post a Comment