Sunday, June 14, 2020

Panggilan

Catatan Ibadah Online Minggu 14 Juni 2020

Beberapa hari ini aku keracunan lombok alias cabe. Aduuuh... duh... kalau sakitnya kumat, bukan hanya perut yang terasa panas melilit, tangan kanan, punggung kanan, bahu kanan, dan pinggang kanan pun terasa panas dan serasa ditusuk-tusuk. Aduuuh... mengapa orang lain bisa makan banyak cabe dan tetap sehat-sehat saja sedangkan aku selalu kesakitan setiap kali makan cabe? Hmm... jika seperti ini aku jadi merasa renta dan rasanya ingin segera pulang ke rumah Bapa dimana tak ada rasa sakit lagi atau setidaknya Tuhan beri tubuh yang baru dech.
1 Petrus 5:9 Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama.
Ketika ikut ibadah doa Jumat malam kudengar ada beberapa orang yang minta didoakan karena sakit perut. Bahkan, ada yang sakitnya sudah sekitar semingguan. Aku tidak minta didoakan, tetapi turut mendoakan mereka sembari menahan sakit. Rasanya bisa kubayangkan betapa tersiksanya mereka seperti diriku ini. Ternyata ada ya yang senasib denganku pada saat hampir bersamaan. Namun, penyebabnya sama atau beda ya?

Hehehe... ketika sakit perut kambuh, rasanya sudah jera makan pedas sehingga berjanji pada diri sendiri untuk menjauhi cabe walaupun sedikit. Namun, ketika sehat, lupa dech. "Aku berjanji tidak makan cabe. Kalau makan cabe lagi, aku akan sakit perut lagi dan berjanji lagi." wkwwkw... Maka, muncullah istilah 'kapok-kapok lombok'.  Aduh, rasanya tak adil nich jika yang lain bisa tahan pedas, tetapi beberapa orang sepertiku malah tersiksa oleh cabe. Padahal, makan cabenya hanya sedikit pula. Hmm... mengapa desain perutnya terkesan berbeda ya?

Tetap TenangKemudian kudengar kesaksian pak Indra dan ibu Sweta tentang doa yang tidak dijawab. Mereka meminta agar papa ibu Sweta disembuhkan, tetapi malah berpulang ke rumah Bapa. Sebagai pendoa, dia telah melihat doa-doa orang lain dijawab, tetapi doanya malah tidak dijawab. Hmmm… aku juga meminta duri dalam daging ini dicabut, tetapi tetap saja tidak dikabulkan sehingga sewaktu-waktu bisa kambuh. Lantas aku tidur tanpa menyelesaikan ibadah doa malam tersebut.

Di dalam tidurku yang lelap aku pun bermimpi. Pada suatu malam yang gelap tampaklah banyak orang duduk berkerumun di suatu padang rumput yang luas. Beberapa di antaranya tampak berdiri mengantri. Rupanya malam itu beberapa orang akan diberi penghargaan. Di kiri atas tempat duduk para tamu undangan terlihat sebuah layar LCD TV seakan-akan mengambang di sana. Entah apa yang menyangganya.

Lalu kudengar namaku dipanggil"Rully, silahkan berdiri dalam antrian. Anda menerima penghargaan karena telah menyelamatkan orang yang nyaris tenggelam di sungai." Lalu layar LCD TV tampak terlihat menampilkan adegan tersebut. Maka, terlihatlah aku seorang diri sedang berdiri di tengah sungai yang airnya amat keruh setelah menyelamatkan meme bungsu. Sembari berjalan dalam antrian aku pun membatin: Sebenarnya aku tidak memerlukan penghargaan. Ini sudah termasuk penghargaan yang amat sangat luar biasa ketika bisa menyelamatkan meme sendiri. Bahkan, aku bisa menyelamatkannya dari sungai tanpa tenggelam padahal aku tak bisa berenang. Apa aku terlalu nekat? Untung kami sama-sama selamat karena sungainya tidak terlalu dalam. Bagaimanapun juga aku tidak boleh nekat. Aku harus benar-benar memakai pertimbangan yang matang jika mau menyelamatkan orang tenggelam.”

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.