Sunday, November 7, 2021

Memimpikan Pak Jusuf

Mewujudkan Impian Allah
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 7 Nov 2021

Pak Gatut: "... Kiranya Tuhan memperjelas mimpi..."

Hmm... malam minggu lalu aku bermimpi, tetapi menurutku itu mimpi tidak jelas dan tidak penting, tetapi khotbah pak Gatut hari ini malah mengingatkanku pada mimpi itu lagi. Mimpi yang membingungkan sih. Aku terkejut karena ketika aku terbangun aku sudah berada di luar kamar tidurku, yaitu di sebuah lobi hotel. Pikirku: "Apa ini acara karya wisata?"

Aku belum pernah berjalan dalam tidurku. Jadi, aneh donk kalau aku terbangun di luar kamarku. Lantas aku kebingungan mencari kamarku di lorong kiri lantai 1 - di belakang resepsionis, tetapi tidak kutemukan kamarku. Maka, aku keluar gedung. Di sebelah kanannya kulihat ada gedung dengan billboard Disney. Dalam hati aku berkata: "Waduh, aku mau menonton di sana, tetapi aku belum mandi. Aku harus segera menemukan kamarku. Mandi dulu baru ke sana. Tak mungkin lha aku ke sana sebelum mandi."

Aku bergegas memasuki gedung hotel itu lagi lalu segera menaiki tangga marmer yang ada di sebelah kiriku karena mungkin saja kamarku ada di lantai 2. Eh, di puncak tangga aku berpapasan dengan Pdt. Jusuf Soetanto. Kami pun saling memandang dan sama-sama diam, tetapi tidak diam terpaku... hehehe... Lantas kuteruskan perjalananku dengan menyusuri lorong.

Kulihat ke kanan kiri tak terlihat kamarku karena di sana hanya ada nomer kamar 120an, sedangkan kamarku seharusnya 208. Dengan agak menyesal aku berkata di dalam hati: "Ah, mengapa tadi aku tidak bertanya kepada pak Jusuf? Mungkin saja dia mengetahui lokasi kamarku. Tapi, sudahlah... tak ada gunanya kembali ke belakang. Mungkin dia sudah pergi. Lebih baik kulanjutkan perjalananku."

Sesampainya di ujung lorong aku menuruni tangga keramik putih lalu masuk ke sebuah ruangan. Kulihat seorang wanita muda di sana sedang mengamati tanaman indoor"Dimana letak kamar 208?", tanyaku kepadanya. Lalu dengan senang hati dia mau menemaniku untuk mencari kamarku. Lantas kami mengitari sebuah pekarangan lalu mengamati kamar demi kamar dari luar gedung.

Ada kamar yang berornamen Cina, ada kamar yang dilengkapi pot-pot tanaman di terasnya, dan semuanya berdinding putih, tetapi kamar yang kucari tetap tidak ditemukan. Kami kembali ke dalam gedung hotel. Lalu di depan sebuah kamar kuambil ponselku dan kutelepon teman sekamarku: "Bu, kamu tahu dimana letak kamar kita?" Eh, tiba-tiba aku sudah berada di sebuah persimpangan jalan yang amat ramai karena dipenuhi orang lalu lalang dan pedagang kaki lima.

Di sana juga terlihat rel kereta api yang simpang siur. Maka, aku tidak bisa mendengar suara teman yang kutelepon sekalipun aku sudah memakai earphone dengan volume paling keras. Jadi, kulanjutkan perjalanan kembali ke hotel. Sebelum masuk ke dalam gedung hotel tiba-tiba ada teman wanita yang mendatangiku bersama teman pria berkemeja putih. Sembari menunjuk temannya dia berkata: "Pria ini mengetahui jalannya." Lalu wanita itu menarik tangan kananku dan pria itu berkata: "Ikuti aku." Aku pun menoleh kepadanya, tetapi sinar matahari menyilaukan mataku sehingga aku tidak bisa melihat wajah pria itu.

Kupikir aku bisa melihat wajahnya setelah bergerak membelakangi cahaya matahari, tetapi suara di luar jendela kamar malah membangunkanku. Suara itu pastilah suara salah satu juru parkir yang biasa bertugas di depan ruko ortuku. Aku mengenali suaranya. Dia berkata kepada temannya: "Semalam aku susah tidur..."

Beberapa bulan lalu dia pernah bercerita kepada mama jika dia hanya tidur selama 2-3 jam sehari. Pagi sampai sore dia menjadi juru parkir. Kalau malam, dia membantu isterinya mengupas buah nanas yang dijual di pasar. Saat itu mama sudah mengingatkannya untuk menambah jam tidur karena kurang tidur bisa membuatnya sakit.

Maka, aku pun berkata dalam hati: "Bisa tidur adalah suatu anugerah. Kasihan mereka yang tidak bisa tidur. Aku ini malah susah bangun. Bagaimana mungkin aku tadi berputar-putar di alam mimpi? Jika tanganku tidak ditarik keluar dari keramaian itu, mungkinkah aku tidur selamanya? Hmm... Siapa ya pria itu tadi? Kenapa aku selalu terbangun dari mimpi tiap kali berusaha melihat wajah seseorang? Apa mereka semua sosok yang sama?"

Kalau Tuhan yang memberi mimpi, Dia pasti membangunkan kita untuk mewujudkan mimpi-Nya. Namun, jika siluman mimpi yang memberi mimpi, amsyong lha seperti dalam cerita Sun Go Kong... wkwwkw... Sinar matahari dalam mimpi tadi mengingatkanku pada gedung gereja yang saat ini sedang dipugar. Tapi, kenapa aku bisa bermimpi ketemu pak Jusuf? Apa aku harus beribadah offline? Nanti saja lha kalau sudah tidak ada batasan kuota. Lebih baik mendahulukan yang lain saja. Lagi pula ibadah jam 7 pagi masih belum ada. Hehehe... akhirnya kemarin Minggu ya tetap ibadah online sampai sekarang.

Tekuni Proses

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.