Sunday, February 7, 2021

Yang Tidak Terlihat ~ Ps. Lukas Wibisono

The Unseen
Catatan Ibadah Online Minggu 07 Februari 2021

Allah kita benar. Dia adalah hakim yang akan menghukum, akan memberikan konsekuensi kepada orang seturut apa yang dia lakukan. Namun, pengenalan kita akan Tuhan tak boleh berhenti di sini. Kita harus beranjak sehingga bukan sekedar takut kepada penghukuman. Kita harus menyadari bahwa Tuhan bukanlah Pribadi yang hanya menghukum kita, tetapi Dia juga rela mati untuk menggantikan hukuman kita.

Dia bukan hakim yang siap, seperti Yohanes Pembaptis beritakan: "kapak sudah siap, yang tidak berbuah akan ditebang..." Tuhan tidak mau hanya dikenal sebagai hakim yang adil, Dia juga mau dikenal sebagai Pribadi yang turun dari sorga. Tuhan adalah hakim, tetapi Dia juga hakim yang menggantikan posisi kita. Dia mati menggantikan kita. Mungkin ada yang ikut Tuhan karena mengalami mujizat-Nya. Namun, sekalipun Dia pembuat mujizat, kenalilah Dia sebagai Pribadi yang bukan hanya memberikan tangan-Nya buat hidup kita karena Dia juga memberikan nyawa-Nya buat hidup kita. Dia tinggalkan segalanya untuk hidup kita.

Mungkin ada yang ikut Tuhan karena pernah ditolong-Nya. Dia memang penolong yang sejati di saat-saat genting dalam hidup kita. Ketika dalam masalah, pak Lukas pun pernah mengalami divine connection (koneksi ilahi). Orang yang tidak pernah terpikirkan olehnya bisa hadir pada saat yang tepat sehingga masalahnya selesai begitu saja. Namun, kenalilah Tuhan bukan sekedar sebagai penolong, melainkan juga kenalilah Dia sebagai Juruselamat yang memberikan nyawa-Nya untuk kita. Dia telah memberikan darah-Nya hingga tetes terakhir. Dia curahkan buat hidup kita.

Dia tidak ingin sekedar menjadi Allah yang besar dalam hidup kita. Dia mau menjadi Allah kita secara pribadi. Allah bukanlah suatu energi yang lebih besar daripada kemampuan kita. Allah harus menjadi Allahku. "I am Yours and You are mine.” (Aku milik-Mu dan Engkau milikku.) Kita perlu mengenal Allah sebagai penyelamat hidup kita. Suatu hari Tuhan berkata kepada pak Lukas: "Seandainya hanya ada satu orang saja yang berdosa di dunia ini dan itu adalah kamu, Aku akan tetap datang dan mati buat kamu." Hal ini membuat pak Lukas tidak lagi sekedar ikut Tuhan karena takut, tetapi ikut Tuhan karena kasih. Jadi, seandainya di dunia ini semua orang hidup kudus, tidak ada marah, tidak ada dengki, tidak ada dosa di dunia ini, dan hanya kamu yang berdosa, Tuhan tetap akan datang ke dunia dan mati untukmu.

Dasar yang benar adalah mendengarkan suara Tuhan dan melakukan yang Dia firmankan. Bayangkan ada seorang perampok mendatangi saudara. Dia mau menusuk saudara, tetapi ada yang melindungi saudara sehingga bukan saudara yang kena tusuk, melainkan dia yang kena tusuk. Sambil menahan sakit menjelang kematiannya, dia berkata kepada saudara: "aku mengasihimu... ja...ngan... ni... kah."

Karena dia sudah menyelamatkanmu, sekalipun 1000 undangan di sebelah kananmu, 10.000 undangan di sebelah kirimu, engkau akan tetap teguh dan berkata: "aku akan tetap tidak menikah karena ada orang yang mati buat aku dan dia berpesan jangan nikah." Maka, Valentine bukan lagi jadi momok buat hidupmu. Sementara saudara belum ada gandengan sama sekali dan iblis mulai berkata dalam hidupmu 'truk aja punya gandengan', saudara bisa berkata 'saya bukan truk, tetapi biji mata Allah.' Saudara memenuhi pesan terakhirnya karena saudara tidak bisa membalas cintanya lagi karena dia sudah mati.

Pengenalan kita akan Allah seharusnya tidak lahir dari perspektif manusia, tetapi dari pewahyuan Allah. Kalau kita mau membangun pondasi yang kokoh, kita harus berpikir seperti Allah, bukan berpikir seperti manusia. Ini bukan berarti hidup kita jadi aneh. Ketika melihat bakso, kita akan memandangnya sebagai roh jahat yang harus dihabisin. Bukan seperti itu. Namun, pikiran kita harus selaras dengan pikiran Allah. Pikiran yang selaras dengan Allah adalah pikiran yang selaras dengan Firman Allah.

Yang Tak Terlihat

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.