Sok Tahu
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 11 Juni 2023
Tuhan sanggup merendahkan orang yang
congkak dan sok tahu seperti Nebukadnezar. Hal yang sama juga bisa dialami oleh
Sisoktau. Namun, apa yang menyebabkan dia seperti itu? Ada suatu selubung gelap
yang menutupi mata rohaninya. Jika selubung itu tidak dibuka, selamanya dia
akan hidup dalam kegelapan Injil Kemakmuran.
Sisoktau hanya mau mengikuti
pendeta-pendeta kaya karena menurutnya firman terbukti bekerja di dalam hidup
mereka. Menurutnya, firman tidak bekerja pada pendeta-pendeta miskin karena
mereka tidak mampu menolong dirinya sendiri.
Hal ini pun mengusik hati Simotau untuk
menelusuri kisah pendeta idolanya. Menurut Wikipedia, mulanya pria itu enggan
menjadi pendeta. Namun, suatu hari dia menabrak seorang anak kecil hingga
nyaris mati. Keluarga anak itu marah dan mau memenjarakannya jika anak itu
sampai mati.
Lantas pria itu berdoa agar Tuhan
menyelamatkan anak itu. Jika Tuhan mengabulkan doanya, dia mau menjadi pendeta.
Maka, terjadilah sesuai imannya. Anak itu sembuh dan pria itu menjadi pendeta. Pada
mulanya dia tergabung dalam gerejanya pendeta Niko.
Lalu dia memisahkan diri dari pak Niko dan
mendirikan gereja sendiri. Sebagai pendeta, dia memiliki impian untuk membangun
seribu gereja besar dan megah. Impian ini tercapai sehingga dia dikenal
sebagai pendeta yang selalu berhasil meraih impiannya.
Majalah online lainnya menuliskan bahwa dia
diusir oleh anak kandungnya dari gereja besar yang telah didirikannya itu.
Namun, anaknya tidak mau memberikan konfirmasi terkait berita ini.
Kabarnya, pendeta hebat itu pun menyesal karena tidak bisa menjadikan gereja sebagai milik jemaat, tetapi membiarkan gereja itu menjadi milik pribadi. Dia pun meninggal sebelum berhasil mewujudkan impiannya untuk mendirikan menara doa yang besar dan megah.
Seketika kasus perdata dianggap selesai dan
anaknya bisa mengambil alih semua gereja itu. Ini merupakan catatan bagi
gereja-gereja Kristen karena seringkali mereka terpecah karena masalah
penggunaan harta.
Apa gereja Kristen memang selalu dikelola
seperti perusahaan keluarga yang bersifat tertutup dan turun temurun? Hal ini
tak sama dengan gereja-gereja Katolik yang dikelola secara sentralisasi. Dengan
cara ini gereja Katolik tidak bisa diwariskan turun temurun pada keluarga tertentu.
Namun, bagaimanapun cara pengelolaannya,
benarlah kata pendeta bahwa di dunia ini tidak ada gereja yang sempurna.
Ini sebabnya lambat laun pasti kecewa jika mengidolakan gereja tertentu atau
pendeta tertentu.
Maka, tidaklah mengherankan jika Sisoktau
seperti anak ayam yang kehilangan induknya ketika pendeta idolanya itu
meninggal. Dia pun mencari induk lain yang sama kaya atau lebih kaya dari induk
sebelumnya hingga tersesat pada Injil Kemakmuran. Jika pendeta idola Sisoktau mengakhiri
hidup dalam penyesalan kendati telah berhasil mendirikan seribu gereja besar
dan megah, rasul Paulus berbeda.
2 Timotius 1:12 (TB)
Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena
aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa
memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan.
Kendati begitu, menjelang hari terakhirnya Paulus menunjukkan bahwa dia telah beroleh kepuasan hati sejati dan hidupnya sangat jauh dari penyesalan. Dia pun mewariskan iman dan karakter yang tepat kepada Timotius, anak rohaninya.
2 Timotius 4:7-8
(TB) Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis
akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota
kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada
hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang
merindukan kedatangan-Nya.
Alhasil, Timotius bisa melanjutkan
perjuangan Paulus dan tidak seperti anak ayam yang kehilangan induk. Sekalipun
kemungkinan besar Timotius mengidolakan Paulus, dia pasti selalu diarahkan
untuk memandang kepada Kristus. Jadi, saat ditinggalkan oleh Paulus, Timotius
sudah siap dan tidak lagi mencari-cari induk lain yang sama menderitanya
seperti Paulus.
Timotius pasti sudah diajari oleh Paulus bahwa
panggilan setiap orang belum tentu sama. Timotius hanya perlu menghidupi
panggilannya sendiri. Dia tidak harus turut menderita seperti Paulus karena dia
hanya perlu menanggung penderitaan yang sebatas porsi imannya. Ini sebabnya
Timoutis tetap berpegang pada Injil Kristus dan tidak tersesat pada Injil Penderitaan.
KAMI T'RIMA
Kami yang t'lah ditebus
dengan darah yang kudus Mengangkat pujian bagi-Mu. Kami bait kudus-Mu s'bagai
bukti karya-Mu, Nyatakan Kau besar dan hidup. Berlari sampai tujuan mendapatkan
mahkota kekal.
Chorus: Kami t'rima kuasa-Mu Tuhan. Kami t'rima kemenangan yang Engkau
sediakan 'tuk kami bawa di setiap langkah. Dimanapun kami berdiri, kemanapun
kami pergi, di situ pasti mujizat-Mu terjadi.
0 komentar:
Post a Comment