Sunday, June 11, 2023

Sok Tahu

Komentar Terakhir
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 11 Juni 2023

Keesokan paginya Simotau melihat Sisoktau membalas komentarnya, "Para rasul memang luar biasa, tetapi aku hanya mengikuti kata-kata Yesus dalam 4 kitab saja, yaitu Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes karena kitab-kitab lain hanyalah penafsiran manusia." Hehehe ... Simotau tertawa di balik layar dan bertanya-tanya, "Bagaimana cara mengenal Yesus tanpa melalui rasul-Nya? Yesus tidak menulis kitab atau buku dan juga tidak punya YouTube dan Instagram.”

Lalu Simotau menjawab, "4 kitab ini ditulis oleh rasul Yesus. Mungkin sekarang kamu belum bisa mengerti dan hanya bisa minum susu, tetapi akan tiba waktunya kamu didewasakan dan diberi makanan keras. Saat itu tiba jangan tinggalin Yesus lho >> https://youtu.be/hxvUgTceuuI"

Lalu Sisoktau bertanya, "Makanan keras itu seperti apa?? Kehendak Tuhan itu yang bagaimana??" Katanya dia sering mendengar khotbah semacam ini, tetapi tidak beroleh jawaban yang memuaskan.

Karena tak ingin menyesatkan Sisoktau yang sudah tersesat, Simotau hanya menjawab, "Hal ini tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata saja, butuh waktu untuk mengalaminya sendiri, tidak perlu buru-buru. Nikmati aja dulu masa kanak-kanak yang menyenangkan. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. Tak perlu berpikir melampaui takaran iman yang sudah Tuhan berikan saat ini. Tuhan tahu waktu yang tepat."

Eh, Sisoktau mengatakan bahwa jawaban tersebut tak ada bedanya dengan jawaban pendeta. Simotau bergumam, "Ah, yang benar saja. Masa jawabanku disamakan dengan pendeta? Pendeta pasti lebih tahu. Lagipula mana mungkin tidak ada pendeta yang bisa menjawabnya. Kemungkinan besar dia hanya bertanya kepada satu pendeta, tetapi langsung menilai semua pendeta sama saja."

Oleh karena itu, Simotau mendesak Sisoktau untuk membuka link https://youtu.be/hxvUgTceuuI yang tadi dia berikan dan memintanya untuk nonton sampai habis. Ini karena proses pendewasaan tidak instan dan baru bisa dipahami setelah mengalami Tuhan secara langsung.

Namun, Simotau mengatakan bahwa dia sudah dewasa karena selalu belajar dari pendeta-pendeta luar negeri. Dia pun memberikan link para pendeta tersebut yang semuanya kaya raya dengan gedung gereja yang besar dan megah serta jemaat yang luar biasa banyak.

Bahkan, dia juga menuliskan beberapa ayat kemakmuran sambil bertanya, "Apakah ayat-ayat ini adalah kehendak Tuhan?" Kemudian dia menyebutkan nama seorang almarhum pendeta ternama di Surabaya. Dia hanya mengidolakan pendeta itu karena menurutnya pendeta lain hanya seperti motivator. Dia juga kembali bertanya, "Apa sudah bisa menjawab pertanyaanku tadi?"

Dengan bantuan Roh Kudus, Simotau menjawabnya:
"Makanan keras tuh tidak bisa langsung ditelan seperti minum susu. Contoh jasmani: makan nasi goreng harus dikunyah dulu, makan ikan nasi goreng butuh proses lebih lagi. Dalam kerohanian juga sama."
"Nah, link tadi adalah salah satu makanan keras yang perlu proses untuk menikmatinya karena tidak bisa langsung diklik. Makanan keras tidak bisa langsung dicerna. Makin banyak porsinya, makin lama prosesnya."

"Sebenarnya kehendak Tuhan juga sudah diringkas dalam 2 perintah utama-Nya, yaitu:
1. Kasihi Tuhan dengan segenap hatimu, segenap pikiranmu, segenap akal budimu, dan segenap jiwamu. Jadi, segala sesuatu yang kamu perbuat, perbuatlah itu seperti untuk Tuhan dan bukan manusia.
2. Kasihi sesama seperti dirimu sendiri. Dengan kata lain, apapun juga yang kamu kehendaki orang lain perbuat untukmu, perbuatlah juga untuk mereka. Kalau kamu ingin diberkati, berkatilah orang lain. Kalau kamu ingin kaya, perkayalah orang lain. Kalau kamu ingin diberi, berilah orang lain karena dengan memberi kamu menerima. GBU"

Lantas Sisoktau mengatakan bahwa dia sudah penuh kasih dan semua kemauannya selalu dipenuhi oleh Tuhan. Dia pun mempertanyakan kedewasaan Simotau, tetapi Simotau menjawab, "Biar Tuhan yang menilai sendiri."

Dengan kesal Sisoktau berkata, "Saya punya Roh Kudus di dalam diri saya sehingga tahu tingkat kedewasaan saya. Misalnya, Anda umur 40 tahun, masa Anda tidak tahu kalau Anda sudah dewasa? Ada yang salah dengan diri Anda kalau harus orang lain yang menilai kedewasaan Anda."

Dengan tenang Simotau menjawab, "Bukan orang yang memuji diri yang tahan uji, tetapi orang yang dipuji Tuhan." Lantas Sisoktau mengakui bahwa dia seperti itu karena mau menyombongkan Tuhan dimanapun dia berada dan dia mau membagikan kemenangannya.

"Males ah melanjutkan pembicaraan dengan orang sombong. Sejak kapan Roh Kudus menyetujui kesombongan?" Tanya hati Simotau. Karena kesombongannya, Sisoktau tidak pernah mengetahui bahwa link yang diberikan Simotau tidak berkaitan dengan teologi, tetapi berisi kesaksian iman Maria Shandi.

Oleh karena itu, kita harus hati-hati dalam menjaga hati agar terhindar dari tinggi hati yang membuat kita berpikir telah meninggikan Tuhan padahal sebenarnya hanya meninggikan diri sendiri.

Menjelang Hari Terakhirnya

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.