Sunday, February 19, 2023

The Bridge ~ Pdt. Andy Setiawan

Catatan Ibadah ke-1 Minggu 19 Feb 2023

Roma 8:28-29 (BIMK) Kita tahu bahwa Allah mengatur segala hal, sehingga menghasilkan yang baik untuk orang-orang yang mengasihi Dia dan yang dipanggil-Nya sesuai dengan rencana-Nya. Mereka yang telah dipilih oleh Allah, telah juga ditentukan dari semula untuk menjadi serupa dengan Anak-Nya, yaitu Yesus Kristus.

Itu versi Bahasa Indonesia Masa Kini atau bahasa sehari-hari. Allah mengatur segala hal. Ini termasuk hal-hal yang tidak menyenangkan. Semua ini untuk mendatangkan kebaikan.

Coki Pardede merupakan seorang stand-up comedy atau pelawak yang mengaku tidak beragama. Dia berasal dari keluarga Kristen, tetapi dia kepahitan terhadap keluarganya. Jika merindukan masakan mamanya, dia akan meminta masakan itu dikirimkan kepadanya, tetapi dia tidak mau menemui mamanya. Leluconnya pun bernuansa gelap.

Suatu hari dia ditahan karena kedapatan menggunakan narkoba. Lantas pihak manajemen memberinya treatment untuk melayani orang lain. Menurut dunia, dengan melayani orang lain, seseorang akan mengalami pertumbuhan spiritualitas.

Ketika mengalami masalah, seringkali kita berpikir bahwa kita ini paling sial. Namun, saat melayani orang lain, kita menyadari bahwa masih ada orang lain yang lebih susah daripada kita. Melayani orang lain akan menumbuhkan dan mendewasakan kita.

Tahun ini tema gereja adalah hidup dalam kelimpahan kasih karunia (grace). Kasih karunia berarti kita diampuni sekalipun kita tidak layak diampuni. Apakah Sambo pantas diampuni? Mungkin banyak yang menjawab 'Tidak' dengan penuh emosi dan ingin dia segera dihukum.

Namun, apakah dia layak diampuni? Orang dunia tidak mengenal grace, tetapi mereka mengenal grasi. Jika presiden memberinya grasi, berarti dia menerima pengampunan yang tidak layak diterimanya. Namun, jika dia diampuni pastilah akan ada banyak orang yang marah.

Kita semua mendapat grace bukan karena kebaikan atau kekudusan kita. Siapa yang rajin membaca Alkitab? Kenapa masih berdosa? Siapa yang rajin berdoa? Kenapa masih berbuat salah? Kekudusan kita masih ada cacatnya.

Kita semua tidak bisa memenuhi standar kebenaran Tuhan. Kita tidak layak menerima pengampunan. Lalu mengapa kita diampuni? Ini karena Tuhan mengasihi kita. Maka, setelah diampuni tentu saja kita diharapkan untuk menjadi jembatan atau penghubung dengan Tuhan dan sesama.

Kis 17:16 (BIMK) Sementara Paulus menunggu Silas dan Timotius di Atena, hatinya sedih melihat kota itu penuh dengan berhala-berhala.

Kita semua cenderung menghakimi. Kita beranggapan bahwa orang tertentu tidak layak di gereja. Mungkin kita berkata kepada sesama, “Kamu kurang berdoa.” Ketika ada pendeta-pendeta yang jatuh, jemaat menghakimi mereka. Pendeta pun menghakimi jemaat. Padahal, Tuhan tetap mengasihi mereka.

Pak Andy tidak sabar ketika menerima konseling sehingga dia sering menolak konseling. Namun, suatu hari ada yang ingin konseling. Dia pun langsung ingin menyebutkan poin-poin kesalahannya. Namun, jika telah menerima grace, kita bisa seperti Paulus. Dia tidak menghakimi para penyembah berhala dan justru merasa kasihan. Alkitab menulis bahwa hatinya sedih.

Kis 17:17 (BIMK) Oleh sebab itu di rumah ibadat, Paulus bertukarpikiran dengan orang-orang Yahudi dan orang-orang lainnya yang menyembah Allah di situ. Begitu juga di pasar setiap hari ia bertukarpikiran dengan setiap orang yang berada di situ.

Untuk menjangkau atau melayani orang lain, kita harus bertukar pikiran terlebih dahulu dengan mereka. Kita tidak boleh langsung menghakimi dan cari tahu terlebih dahulu hal-hal yang melatarbelakangi tindakan mereka.

Proses tanya jawab tersebut harus berlangsung dua arah secara terus menerus. Dengan melayani sesama, kesombongan kita akan terkikis. Kita tidak akan menepuk dada dan merasa paling benar. Kita pun bersedia mendengarkan orang lain.

Jembatan

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.