Sunday, June 18, 2023

Go and Do ~ Ps. Arman Hariyanto

Go Do
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 18 Juni 2023

Setiap kita juga pasti memiliki talenta unik yang harus dikembangkan. Namun, beberapa orang tua justru memaksa anaknya untuk mengembangkan hal lain yang tidak sesuai talentanya.

Ada anak yang ingin menjadi chef, tetapi orang tuanya malah ingin anaknya belajar teknik. Ketika hasil tes bakat yang dilakukan pak Arman menunjukkan hasil yang sama dengan permintaan anaknya, mamanya berpikir bahwa pak Arman sudah bekerja sama dengan anaknya. Padahal, hasil tes menunjukkan hal yang sebenarnya.

Jika anak itu dipaksa belajar teknik, mungkin saja dia akan memunculkan menu baru, yaitu sop baut. Oleh karena itu, para orang tua diharapkan untuk bisa mendukung pengembangan talenta unik dari anak-anak.

Lukas 10:35 (TB) Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.

Orang Samaria tadi juga membawa orang yang terluka itu ke hotel. Dia pun siap membayar kekurangan biaya penginapannya jika masih kurang. Mungkin saja dia merupakan pemilik hotel Samaria Inn sehingga pemilik penginapan percaya kepadanya.

Inilah pentingnya menjaga kepercayaan dengan integritas dan akuntabilitas. Anak pak Arman bersekolah di sekolah internasional. Suatu hari dia membawa kue sus dan dicoba oleh temannya. Karena enak, temannya minta dibawakan lagi.

Ketika anaknya membawa dua kue sus, ada teman dari Tiongkok yang melihatnya lalu anak Tiongkok itu meminta kue susnya. Namun, anak pak Arman tidak mau memberikannya karena dia sudah berjanji kepada teman lain. Maka, anak Tiongkok itu menawarkan sejumlah uang kepadanya hingga seratus ribu rupiah untuk satu kue sus, tetapi anak pak Arman tetap menolak karena sudah janji kepada teman lain.

Anak Tiongkok pun berkata, "Di negaraku pasti ada yang mau menjual kalau dibayar lebih tinggi. Kenapa kamu tidak mau?" Banyak orang memang rela melepaskan integritas demi mamon, padahal seharusnya tidak demikian.

Beberapa hari kemudian anak pak Arman membawa 3 kue sus dan anak Tiongkok itu melihatnya. Dia ditanya, "Mau berapa?" Karena anak Tiongkok itu mau 2, anak pak Arman menjawab, "Dua ratus ribu rupiah." Hehehe ...

Ketika sepupu pak Arman yang berkecimpung di dunia politik meninggal, anaknya berkata, "Saya akan melipatgandakan kebaikan ayah saya." Ayahnya tidak pernah berkata-kata tentang kebaikannya, tetapi anaknya bisa melihat hal itu.

Pak Arman sudah berada di Surabaya sejak Rabu dan rencananya dia akan kembali ke Jakarta pada Minggu malam. Namun, ketika mendengar ada kedukaan, dia segera pulang dulu ke Jakarta lalu kembali lagi ke Surabaya untuk berkhotbah.

Temannya berkata, "Sebulan belum tentu aku terbang 2 kali, tetapi kamu ini malah terbang sehari 2 kali seperti naik mikrolet." Ini karena pak Arman punya rasa tanggung jawab. Akuntabilitas harus dijaga.

Orang tua juga harus sepakat sehingga anak tidak bingung mengikuti arahan orang tua. Jika ayah berkata A, ini berarti ibu juga berkata A. Ketika anak bertanya, "Dimana ibu?", jangan dijawab, "Tidak tahu" atau "Lihat saja Instagramnya". Namun, kita harus mengetahui jadwalnya.

B'RIKANKU HATI SPERTI HATI-MU
B'rikanku hati s'perti hati-Mu yang penuh dengan belas kasihan. B'rikanku mata s'perti mata-Mu memandang tuaian di sekelilingku.
Reff: B'rikanku tangan-Mu 'tuk melakukan tugasku. B'rikanku kaki-Mu melangkah dalam rencana-Mu. B'rikanku, b'rikanku, b'rikanku hati-Mu.

Ini karena Heartless

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.