Sunday, June 18, 2023

Keterbatasan Bahasa

Diakah Orang Samaria itu?
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 18 Juni 2023

Beberapa waktu lalu Mr. Bright berkata, "Sekalipun aku sudah kembali ke Taiwan, kalau kamu membutuhkan bantuan, hubungi saja aku. Kamu kan sudah menyimpan nomerku." Ketika mendengar perkataan ini, Lui nyaris menangis haru karena seumur hidupnya dia belum pernah mendengar kata-kata semacam ini. Kebanyakan orang malah selalu kabur saat dimintai bantuan.

Namun, Lui khawatir Mr. Bright hanya berbasa-basi. Selain itu, di sana juga ada penerjemah wanita yang tidak seperti Aon. Sayangnya, dia juga akan resign. Jadi, Lui hanya mengangguk dan melupakan tawaran Mr. Bright. Eh, siapa sangka Mr. Bright malah japri Lui ketika dia benar-benar kesal kepada Aon. Mungkinkah dia seperti orang Samaria yang baik hati itu? Hehehe ...

Selain itu, awalnya Lui enggan curhat kepadanya karena dia belum cukup mengenalnya. Selain itu, kendala bahasa membuat Lui enggan berkomunikasi dengan Mr. Bright. Namun, ketika tak ada pilihan lain, Lui terpaksa berteman baik dengan Google Translate untuk menyampaikan maksud hatinya kepada Mr. Smart melalui Mr. Bright.

Sekalipun Google Translate tak pernah terlelap dan tertidur, dia bisa salah menafsirkan maksud hati kita, terutama jika kita menggunakan kalimat tidak baku atau tidak lengkap. Jadi, tulisannya tidak bisa langsung jadi dalam sekali klik Indonesia - Inggris. Namun, harus bolak balik Indonesia - Inggris - Indonesia – Inggris - Indonesia - Inggris.

Setelah makna pesannya tak berubah, barulah Lui mengirimkannya kepada Mr. Bright. "Kasih dapat menciptakan jembatan yang mampu mengatasi perbedaan." Nah, Google Translate merupakan perwujudan kasih itu.

SELALU ADA UNTUKKU
Tak selamanya mentari bersinar. Tak selamanya dunia berputar. Namun, kasih-Mu tetap selamanya. Janji-Mu Tuhan tak pernah berubah.
Selamanya kucintai tempat kediaman-Mu Tuhan. Selamanya kukagumi kasih-Mu tiada batasnya. Takkan pernah Kau kuingkari. Kasih-Mu selalu ada untukku.

Hahaha ... tak pernah terpikir oleh Lui bahwa suatu hari dia akan curhat kepada orang asing dalam bahasa asing. Padahal, dari dulu dia sudah berusaha menghindarinya karena bahasa asing selalu menjadi obat insomnia yang paling mujarab baginya.

Eh, rencana Tuhan tetap tak bisa digagalkan olehnya. Beneran lho. Iki iso nulis Inggris jalaran kepekso demi menyelamatkan anggota tim dan perusahaan dari para penjilat.

Ujar Lui dalam hati, "Ah, rasanya benar-benar tak nyaman. Aku merindukan masa-masa indah sebagai ekor. Dulu kalau ada masalah, tidak perlu repot mencari solusi dan tinggal memilih untuk ikut maju atau mundur teratur. Kenapa sekarang harus menjadi kepala yang cari solusi buat ekor?"

Pengkhotbah 7:10 (TB) Janganlah mengatakan: "Mengapa zaman dulu lebih baik dari pada zaman sekarang?" Karena bukannya berdasarkan hikmat engkau menanyakan hal itu.

Hmm ... iya ya ... hikmat, oh hikmat. Banyak orang yang sebenarnya mampu memperjuangkan hak orang lain, tetapi tak banyak orang yang mau melakukannya. Hehehe ... pada akhirnya dipilihlah orang yang mau lalu dipaksa untuk mampu. Ehm, kira-kira kapan ya bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional?

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.