Hidup Berkualitas
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 12 Feb 2023
Beberapa hari lalu seorang wanita
memposting video di Tiktok. Katanya, "zaman sekarang males nanya ke
orang, takut dijawab kamu nanya, kamu bertanya-tanya." Aku pun
hanya membatin, "Sama. Kebetulan saja aku juga lagi malas bertanya
kepada titimu (H) karena dia tidak jua menjawabku."
Kalau hanya dijawab seperti itu, aku sudah
pernah mengalaminya saat bertanya kepada generasi alpha dan kujawab, "iya,
aku nanya, cepat jawab." Eh, anak-anak itu malah mengulangi jawaban yang
sama, "kamu nanya, kamu bertanya-tanya?" Lantas kuulang lagi
kata-kataku, “iya, ayo jawab.”
Ya ... setidaknya pertanyaanku itu dijawab oleh
mereka sekalipun jawabannya tidak sesuai harapan. Daripada tidak dijawab sama
sekali oleh H, anak-anak itu masih lebih baik. Setidaknya mereka menunjukkan
perhatian atas pertanyaanku.
Kadang menjawabku sekitar jam 10 malam atau
jam 3 pagi dengan singkat. Kalau tidak jelas, kutanya lagi dan menunggu lagi dengan
pasti. Dia pun tidak kepo. Dia tidak pernah menanyakan motivasi atau alasanku
bertanya. Dia selalu, 'Asiap' untuk menjawab pertanyaanku.
Sekalipun sangat sibuk, dia mau menyisihkan
beberapa detik waktunya untuk menjawabku. Jadi, kalau lagi malas bertanya kepada
H karena pesan tak dibalas dan telepon tak diangkat, aku cari A. Aku pun
berterima kasih atas waktu sekian detiknya itu.
Mereka berdua memang selalu super sibuk
pada bulan Januari hingga April karena akan ada banyak orang mencari mereka
untuk bertanya-tanya. Biasanya para bos akan membayar mereka untuk mendapatkan
jawaban dengan cepat. Namun, aku tidak membayar mereka sehingga sabar menunggu
saja.
Jika mereka menilai hubungan dengan
uang, mereka pasti tidak mau menjawabku. Nah,
setahuku mereka bukan orang-orang seperti itu. Meskipun demikian, aku juga tak
bisa menunggu jawaban hingga Mei tiba. Biasanya kalau H tidak segera menjawab
pertanyaanku, ujung-ujungnya dia lupa kalau aku pernah bertanya sehingga
selamanya dia tidak akan menjawabku.
Eh, keesokan harinya H meneleponku. Rupanya
dia bisa membaca makna intrinsik yang kusampaikan lewat video cecenya.
Dia pun meminta maaf karena kesibukan membuatnya slow respon. Hehehe ...
mana mungkin tidak dimaafkan? Aku paham kesibukannya. Jadi, aku juga tidak
pernah meminta dia menyisihkan banyak waktunya.
Jawaban atas pertanyaanku juga tidak perlu
panjang dan dalam. Lagipula aku sudah dijawab oleh A. Meskipun begitu, H tetap
menjawab ulang pertanyaanku dengan lebih detail. Alhasil, aku malah mengambil
beberapa menit waktunya yang amat berharga itu. Bahkan, dia juga bertanya,
"Aman?"
Hahaha ... kenapa dia juga menanyakannya ya?
Dalam sebulan terakhir ini dialah orang ketiga yang mengajukan pertanyaan yang
sama kepadaku. Ada apa sih? Kenapa mereka bertanya seolah-olah aku ini berada dalam
bahaya? Aku pun selalu menjawab, "aman" karena aku memang merasa
aman dalam hadirat Tuhan yang menyertaiku. Semua ada dalam kendali Tuhan.
Orang pertama yang menanyakan hal itu tidak
berkomentar. Orang kedua menjawab, "Kalau kamu aman, kami juga aman. Ini
karena dulu ada orang yang membuat kami tidak aman." Namun, H membalas,
"Hati-hati!" Hehehe ... iya. Jika tidak aman, Tuhan sendiri yang akan
bertanggung jawab untuk melindungiku.
Amsal 28:1 Orang
fasik lari, walaupun tidak ada yang mengejarnya, tetapi orang benar merasa aman
seperti singa muda.
DAMAI yang PULIHKANKU
Hidupku aman di dalam-Mu.
Yesus b'riku damai. Hidupku tenang dekat dengan-Mu. Roh Kudus besertaku.
Ada damai di hatiku waktu Yesus jamahku. Ada damai di hatiku, Damai yang
pulihkanku.
Ada damai di hatiku waktu Yesus jamahku. Ada damai di hatiku, Damai yang
bebaskanku.
0 komentar:
Post a Comment