Pengelola yang Handal
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 5 Februari
2023
Uang itu seperti api dan hati kita seperti
minyak. Jika hati kita kotor, uang akan memunculkan kekotoran itu. Contoh, ada
orang yang hatinya suka berselingkuh. Namun, dia tidak berselingkuh karena
tidak punya uang. Nah, begitu punya banyak uang, pastilah dia berselingkuh.
Pengkhotbah
5:10 (5-9) Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa
mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Ini pun sia-sia.
Jangan mengira seseorang jadi bertambah
murah hati setelah memiliki banyak uang. Jika hatinya pelit, makin banyak
uangnya, dia akan tetap pelit. Jadi, uang bagaikan api yang menyulut minyak di
dalam hati kita.
1 Timotius 6:10
Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah
beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan
berbagai-bagai duka.
Penting sekali bagi kita untuk belajar
mengelola uang dengan baik agar nama Tuhan dipermuliakan. Selain itu, banyak
pakar memprediksi tahun 2023 sebagai tahun yang gelap. Jika kita bisa mengelola
uang dengan baik, hal ini bisa menjadi terang.
Ada banyak pakar keuangan yang menyarankan
kita untuk membagi penghasilan kita. Kita bisa mempelajari hal itu dan
menyesuaikannya dengan firman Tuhan karena Tuhan pasti berbicara secara pribadi
kepada setiap kita.
Pak Abel biasanya menyisihkan 10% untuk
persepuluhan, 10% untuk tabungan, 20% untuk hutang, dan 60% untuk kebutuhan
sehari-hari. Ini tidak mutlak dicontoh dan hanya berbagi cara saja karena masih
sama-sama belajar.
Pastinya uang persepuluhan tidak boleh diambil untuk hal-hal lain karena mengambilnya sama saja dengan merampok Tuhan. Di Maleakhi kita dapat membaca betapa ngerinya hukuman yang Tuhan berikan kepada mereka yang tidak memberikan persepuluhan.
Lalu uang tabungan sebaiknya dikhususkan
agar tidak bisa diambil sewaktu-waktu. Jika bisa diambil setiap saat, ini bukan
tabungan. Tabungan ini hanya untuk kebutuhan darurat.
Kebanyakan bank tidak mau memberikan kredit
jika kita sudah memiliki 20% - 30% hutang dari total penghasilan. Misalnya,
penghasilan kita Rp 1 juta dan kita sudah memiliki hutang 300 ribu rupiah, maka
kita tidak bisa berhutang lagi. Namun, pak Abel mengambil batas bawah, yaitu
20%.
Hutang ini bisa digunakan untuk cicilan
motor atau mobil atau KPR rumah. Namun, bukan berarti jatah ini harus
dihabiskan semuanya untuk hutang. Ini juga bisa termasuk investasi, tetapi
pastikan investasinya bukan investasi bodong.
Kalau memberi persembahan untuk gereja,
kita bisa ambil dari 60%nya. Jangan ambil jatah
persepuluhan. Kalau mau turut membantu pembangunan gereja, ambil pula dari
60%nya ini, bukan ambil dari jatah persepuluhan.
Nah, janda di Sarfat itu mengambil dari 60%nya
untuk memberi Elia. Ini bukan berarti kita harus memberi hamba Tuhan. Ini hanya
contoh bahwa kita bisa memberi dari 60% ini jika kita digerakkan oleh Tuhan
untuk memberi seseorang.
Mungkin saja 60% milik janda itu sudah
tinggal sedikit karena sudah akhir bulan. Maka, dia berkata kepada Elia bahwa
dia akan mati setelah memberikan milik terakhirnya itu. Namun, ternyata 60%nya
tidak pernah habis.
Seorang jemaat pun bersaksi bahwa dia
digerakkan oleh Tuhan untuk mempersembahkan sejumlah uang bagi pembangunan
gereja. Dia pun mendapat persetujuan istrinya dan memberi dengan sukacita. Tak
lama berselang dia mendapat orderan berkali lipat lebih banyak daripada
pemberiannya itu.
Namun, kesaksian ini bukanlah tentang formula pelipatgandaan uang. Jika memberi sekian, belum tentu kita mendapat sekian kali lipat. Jadi, lewat kesaksian ini jemaat tersebut hanya ingin menyatakan bahwa Tuhan tak pernah berhutang.
0 komentar:
Post a Comment