Sunday, February 16, 2020

Pemurnian ~ Gina Dharmawan

Catatan Ibadah ke-3 Minggu 16 Feb 2020

Setiap tahun kita bertambah tua karena umur kita bertambah. Namun, tua belum tentu dewasa. Kedewasaan kita tidak ditentukan oleh banyaknya lilin yang ditiup tiap tahunnya. Kedewasaan ditentukan dari pengalaman hidup yang dialami. Setiap pengalaman up and down (naik dan turun) inilah yang membuat seseorang menjadi dewasa. Kedewasaan berkaitan dengan pemurnian. Menurut kamus Oxford, pemurnian adalah proses untuk membuat segala sesuatu menjadi murni dengan menghilangkan isi pokok / substansi / hakekat yang kotor, membahayakan, dan tidak diinginkan.

Jadi, pemurnian berkaitan dengan proses dan bukan hasil. Agar murni, emas harus dilebur dulu. Berlian juga harus diasah. Hasilnya berlian itu tampak indah, tetapi diasah itu menyakitkan. Dupa pun harus dibakar terlebih dahulu agar bisa mengeluarkan keharuman. Pemurnian memang menyakitkan, tetapi ini diperlukan untuk membuat kita naik kelas. Kita harus menikmati prosesnya dan hasil akan mengikuti dengan sendirinya.

Better BitterAgar bisa terus naik dan tidak turun, menjadi kepala dan bukan ekor, kita harus mau dimurnikan dan berhenti protes. Lewat pemurnian kita akan mengalami pertumbuhan ke atas. Kita harus bisa naik kelas agar tidak perlu mengikuti her (ujian perbaikan) lagi. Pemurnian bisa membuat kita better (lebih baik) atau bitter (lebih pahit). Semua ini bergantung pada pengelolaan hati kita.

Bu Gina pun harus mengalami pemurnian. Tahun lalu terjadi perpecahan di dalam keluarga intinya, bukan dengan pasangan, tetapi dengan saudara. Karena sesama hamba Tuhan, tentu saja dinilai lebih oleh banyak orang. Meskipun demikian, penyertaan Tuhan sungguh sempurna. Dia mendapatkan anugerah. Ketika mau berbicara kepadanya, Tuhan bisa melakukannya lewat mimpi, tetapi tidak sering.

Kali ini dia bermimpi melihat dirinya di belakang kemudi dengan posisi gigi netral, tetapi dia tidak langsung memahami mimpinya. Lalu dia bermimpi lagi. Dia melihat suaminya di balik kemudi dengan posisi gigi netral pula. Namun, dia masih belum memahaminya sehingga dia mendapatkan mimpi lagi. Kali ini dia bermimpi melihat sopirnya yang duduk di belakang kemudi dengan posisi gigi netral. Netral, bukan ngegas atau parkir. Tuhan meminta dia netral sehingga tidak perlu ngegas atau marah. Biar Tuhan saja yang berperang.

Tadi di ibadah kesatu telah dibahas tentang pengelolaan hati dan mulut. Hati dan mulut saling berkaitan karena yang terucap dari mulut seringkali berasal dari hati. Orang yang baik tidak mungkin mengucapkan hal yang jahat. Orang yang jahat juga tidak mungkin mengucapkan hal yang baik. Jadi, tidak seharusnya mulut yang dipakai untuk memuji Tuhan juga digunakan untuk mengutuk orang.
Lukas 6:45 Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya."
Daud meminta Tuhan menjaga pintu bibirnya. Pintunya perlu dijaga karena di dalamnya ada lidah yang tak bertulang. Maksudnya: kita harus berhati-hati dengan ucapan kita karena perkataan yang telah terucap tidak bisa ditarik kembali.
Mazmur 141:3 Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku!
Ketika kita merasa tertekan dan tidak kuat dengan pemurnian yang kita alami, mungkin hati kita terasa hancur berkeping-keping. Lantas kita merasa lebih baik menceritakan satu kepingnya kepada A dan keping berikutnya diceritakan kepada B. Hasilnya cerita berkembang menjadi B kuadrat. Daripada cerita kepada manusia seperti orang bebal, lebih baik kita cerita kepada Tuhan.
Amsal 18:2 Orang bebal tidak suka kepada pengertian, hanya suka membeberkan isi hatinya.
Orang bebal suka membeberkan isi hatinya. Ini disebut ember. Sementara itu, orang yang bercerita kepada Tuhan, sebutannya curhat. Ketika curhat kepada Tuhan, perasaan kita akan lega.
Mazmur 62:9 Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita. Sela
Selain menjaga mulut, kita harus menjaga jempol. Kita harus berhati-hati dengan postingan kita.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.