Pengelola Handal
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 5 Februari
2023
Belasan tahun lalu mama berkata, "Kamu
ini lucu. Beli motor pakai nama mama, yang pakai titimu, tapi yang bayar
kamu." Jawabku, "Justru yang lucu itu kalau aku yang pakai motornya,
tapi yang bayar orang lain."
~ Lebih berbahagia memberi daripada
menerima karena hidup ini bukan tentang aku, aku, dan aku, melainkan
sebuah kesempatan untuk berbagi berkat. ~
HIDUP INI adalah KESEMPATAN
Hidup ini adalah kesempatan.
Hidup ini untuk melayani Tuhan. Jangan sia-siakan apa yang Tuhan beri. Hidup
ini harus jadi berkat.
Reff: Oh Tuhan, pakailah hidupku selagi aku masih kuat. Bila saatnya
nanti ku tak berdaya lagi, hidup ini sudah jadi berkat.
Beberapa tahun lalu titi berkata,
"Mobilnya pakai namamu saja ya?" Ini karena aku sudah membantunya
melanjutkan cicilan mobil tersebut. Namun, aku tidak mau karena aku tidak
membutuhkannya. "Pakai saja namamu," jawabku.
Dia tak akan sanggup bepergian tanpa
kendaraan pribadi. Jadi, kuberikan saja kepadanya. Namun, jika dia meminta
rumah, tentu saja tak akan kuberikan begitu saja karena aku masih membutuhkannya.
Bahkan, akan kukerahkan tentara surga untuk menghalangi niatnya mengambil rumah.
Nah, pada saat hampir bersamaan seorang
teman berkata, "Kamu nggak pengin belajar nyetir motor atau
mobil? Bukankah kamu sudah punya di rumah? Bayangkan berapa rupiah yang bisa
kamu hemat jika bisa menyetir sendiri." Hehehe ... ngapain dia
hitung-hitung pengeluaranku? Tampaknya dia iri.
Jawabku, "Aku ini sedang memberkati para sopir angkutan umum dan sopir online. Jika tak ada orang-orang sepertiku, bagaimana mereka bisa makan? Beberapa sopir itu kesulitan mendapatkan pekerjaan di pabrik atau kantor. Nah, mereka membutuhkan orang-orang sepertiku. Ini juga salah satu cara mengurangi kemacetan. Hahaha ..."
Temanku hanya bisa tertawa dan tak mampu
berkata-kata. Lantas dia mencari dukungan teman lain sembari mengulang
jawabanku. Namun, teman lain juga tak mampu berkata-kata. Meskipun demikian,
ada yang berkata, "Jangankan motor atau mobil, menyetir sepeda ontel aja
dia tak bisa ... hahaha ..." Ada pula yang berkata, "Iya, dia orang
kaya, sopirnya banyak, tiap hari bisa ganti sopir ... wkwwkw..."
"Apa sih enaknya bisa nyetir
sendiri?" tanyaku balik kepada mereka. Sebagai akuntan, tentu saja sudah capek
kerja begitu lama di depan komputer. Pulang kerja, maunya ya santai karena mata
dan tangan sudah lelah. Masa masih harus kerja sebagai sopir pula?
Buat apa menyiksa tubuh ini dengan
berbagai-bagai duka? Uang hanyalah alat tukar. Jika
masih bisa menukarnya dan memang perlu menukarnya, tukarkan saja daripada
kehabisan tenaga karena segala sesuatu harus dikerjakan sendiri. Ini namanya
kerjasama yang baik ... xixixi ... Jika bisa menyetir sopir, bukankah lebih
baik karena bisa saling memberkati?
"Lurus pak, belok kiri, belok kanan,
berhenti, dan terima kasih." Biasanya mereka pun menjawab,
"Sama-sama, Mbak / Bu." Nah,
mata dan tanganku tak perlu bertambah capek dan sopir-sopir itu pun bisa
bergantian mendapatkan sejumlah uang untuk memberkati keluarga mereka. Ini
namanya win-win solution. Hehehe ... teman-temanku pun terpaksa
mengangguk-angguk setuju.
Jadi, sebenarnya teman-temanku menyetir
sendiri karena terpaksa, bukan karena menikmatinya. Lalu mereka ingin aku turut
menikmati derita mereka? Maaf saja ya ... Tuhan tahu aku tak akan sanggup
menjadi mereka.
Nah, bukankah Tuhan memberkati sesuai
kesanggupan kita? Ini sebabnya berkat untukku tak sama dengan mereka. Maka,
sudah selayaknya jika mereka juga tidak iri denganku yang bisa bergonta-ganti
sopir. Bukankah demikian?
ALLAH SUMBER KUATKU
Hanya Kau milikku di surga.
Tiada yang ku ingini di bumi, hanya Kau. Tak ku andalkan kekuatanku. Namun,
yang pasti Kau tetap selamanya.
Allah sumber kuatku. Allah sumber kuatku. Allah sumber kuatku dan bagianku
selamanya.
0 komentar:
Post a Comment