Saturday, December 5, 2020

Reawaken ~ Ps. Sam Hartanto (Bandung)

Catatan Ibadah Online Minggu 06 Des 2020
Bacaan hari ini: Matius 13 Perumpamaan tentang Seorang Penabur

Matius 13:1 Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau.

Rumah itu dimana? Setelah Yesus ditolak di Nazaret Dia pindah ke Kapernaum, yang berada di sekitar danau Genesaret. Di Kapernaum inilah dia tinggal di sebuah rumah yang dijadikan pusat pelayanan-Nya. Di dalam Matius 8, 9, 10 kita bisa membaca bahwa Yesus telah melakukan banyak mujizat di Kapernaum. Ini sebabnya banyak orang mencari-Nya. Karena terdesak, Yesus pun naik ke perahu untuk mengajar mereka.

Matius 13:2 Maka datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai.

Seringkali kebisingan membuat kita tidak bisa mendengar suara di dalam diri kita dengan jelas. Ini sebabnya ada waktu tertentu dimana Tuhan Yesus pun menyingkir ke tempat sunyi dan menjaga jarak dari keramaian. Orang Kristen memang perlu menjalin persekutuan. Namun, ada kalanya kita diminta sendiri agar bisa mendengar suara Tuhan dengan jelas.

Matius 13:3 Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: "Adalah seorang penabur keluar untuk menabur.

Orang-orang lebih menyukai mujizat atau perbuatan Yesus daripada perkataan-Nya. Padahal, manusia hidup bukan hanya dari roti saja, tetapi juga dari firman atau perkataan Tuhan. Maka, Yesus mengajar orang banyak dengan perumpamaan tentang seorang penabur.

Matius 13:9 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"

Banyak orang hanya berfokus kepada hasil. Hasil memang penting karena dari buahnya kita dinilai. Namun, Yesus ingin kita lebih fokus kepada benih daripada hasil atau buah. Tujuan utama dari benih adalah growth (pertumbuhan) dan hasil akan mengikuti sendiri. Ketika kita ijinkan segala kebisingan di dalam kehidupan ini kita diamkan, maka yang di dalam akan bersuara lebih jelas lagi.

Richard J. Foster menulis buku Celebration of Discipline. Di dalam buku ini dia mengajarkan banyak disiplin. Orang Kristen pun memerlukan kedisiplinan, yaitu the discipline of solitude (disiplin kesunyian) agar bisa mendengar suara Tuhan.

~ "Superficiality is the curse of our age." ~ Richard J. Foster

Di dalam bukunya dia juga menuliskan bahwa ketidakaslian atau kepura-puraan adalah kutuk dari zaman ini. Banyak orang mengharapkan pujian atau like status dari manusia sehingga tidak ada waktu untuk sendiri bersama Tuhan. Mereka mencari kepuasan yang instan. "The doctrine of instant satisfaction is the primary spiritual problem." (Doktrin kepuasan instan merupakan masalah spiritual yang utama.)

Richard J. Foster: "The desperate need today is not for a greater number of intelligence people, or gifted people, but for deep people." We need deeper people. Saat ini dunia tidak membutuhkan orang pintar atau orang bertalenta karena sudah banyak orang semacam ini. Kita membutuhkan orang yang dalam karena hubungannya dengan Tuhan. Ketika dia berbicara walau hanya satu kalimat, perkataannya akan memberkati orang lain.

Yohanes 12:24 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.

Kita harus fokus kepada benih. Benih itu ditanam di dalam tanah. Benih tidak berfokus kepada buah. Benih tidak memikirkan buahnya akan manis atau asam. Benih hanya berfokus kepada pertumbuhan dan menyerap semua nutrisi yang ada di dalam tanah.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.