Catatan Ibadah Online Minggu 06 Des 2020
Bacaan hari ini: Matius 13 Perumpamaan tentang
Seorang Penabur
Matius 13:1 Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau.
Rumah itu dimana? Setelah
Yesus ditolak di Nazaret Dia pindah ke Kapernaum, yang berada di sekitar danau
Genesaret. Di Kapernaum inilah dia tinggal di sebuah rumah yang dijadikan pusat
pelayanan-Nya. Di dalam Matius 8, 9, 10 kita bisa membaca bahwa Yesus telah
melakukan banyak mujizat di Kapernaum. Ini sebabnya banyak orang mencari-Nya.
Karena terdesak, Yesus pun naik ke perahu untuk mengajar mereka.
Matius 13:2 Maka datanglah orang
banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan
duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai.
Seringkali kebisingan
membuat kita tidak bisa mendengar suara di dalam diri kita dengan jelas. Ini
sebabnya ada waktu tertentu dimana Tuhan Yesus pun menyingkir ke tempat sunyi
dan menjaga jarak dari keramaian. Orang Kristen memang perlu menjalin
persekutuan. Namun, ada kalanya kita diminta sendiri agar bisa mendengar suara Tuhan
dengan jelas.
Matius 13:3 Dan Ia mengucapkan
banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: "Adalah seorang penabur keluar untuk menabur.
Orang-orang lebih
menyukai mujizat atau perbuatan Yesus daripada perkataan-Nya. Padahal, manusia
hidup bukan hanya dari roti saja, tetapi juga dari firman atau perkataan
Tuhan. Maka, Yesus mengajar orang banyak dengan perumpamaan tentang seorang
penabur.
Matius 13:9 Siapa bertelinga,
hendaklah ia mendengar!"
Banyak orang hanya berfokus kepada hasil. Hasil memang penting karena dari buahnya kita dinilai. Namun, Yesus ingin kita lebih fokus kepada benih daripada hasil atau buah. Tujuan utama dari benih adalah growth (pertumbuhan) dan hasil akan mengikuti sendiri. Ketika kita ijinkan segala kebisingan di dalam kehidupan ini kita diamkan, maka yang di dalam akan bersuara lebih jelas lagi.
Richard J. Foster menulis
buku Celebration of Discipline. Di dalam buku
ini dia mengajarkan banyak disiplin. Orang Kristen pun memerlukan kedisiplinan,
yaitu the discipline of solitude
(disiplin kesunyian) agar bisa mendengar suara Tuhan.
~ "Superficiality is the curse of our age." ~ Richard J. Foster
Di dalam bukunya dia juga
menuliskan bahwa ketidakaslian atau kepura-puraan adalah kutuk dari zaman ini.
Banyak orang mengharapkan pujian atau like
status dari manusia sehingga tidak ada waktu untuk sendiri bersama Tuhan.
Mereka mencari kepuasan yang instan. "The
doctrine of instant satisfaction is the primary spiritual problem." (Doktrin kepuasan instan merupakan masalah spiritual
yang utama.)
Richard J.
Foster: "The desperate need today is
not for a greater number of intelligence people, or gifted people, but for deep
people." We need
deeper people.
Saat ini dunia tidak membutuhkan orang pintar atau orang bertalenta karena
sudah banyak orang semacam ini. Kita membutuhkan orang yang dalam karena
hubungannya dengan Tuhan. Ketika dia berbicara walau hanya satu kalimat,
perkataannya akan memberkati orang lain.
Yohanes 12:24 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak
jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak
buah.
Kita harus fokus kepada
benih. Benih itu ditanam di dalam tanah. Benih tidak berfokus kepada buah.
Benih tidak memikirkan buahnya akan manis atau asam. Benih hanya berfokus
kepada pertumbuhan dan menyerap semua nutrisi yang ada di dalam tanah.
0 komentar:
Post a Comment