Budaya Bangsa
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 22 Jan 2023
Setiap bangsa memiliki budayanya. Biasanya
orang Cina memercayai bahwa dewa dapur akan mengawasi dan melaporkan segala
perbuatan seisi rumah kepada kaisar langit. Maka, dua puluh hari sebelum Imlek
mereka akan mengolesi mulut patung dewa dapur dengan madu. Mereka juga
memberinya manisan, kue keranjang, dan uang untuk menyuapnya.
Semua itu bertujuan agar dewa dapur hanya
melaporkan hal-hal baik. Hal ini menunjukkan bahwa bangsa Tionghoa percaya
jika semua perbuatan harus dipertanggungjawabkan. Hal tersebut juga
menunjukkan jeritan hati mereka akan pengampunan, tetapi caranya salah.
Maka dari itu, kita perlu memberitahu
keluarga kita yang belum diselamatkan bahwa Yesus mencintai mereka. Kita tidak
perlu berbicara panjang lebar. Tugas penginjilan kita saat ini hanyalah
berkata, "Yesus cinta kamu."
Bangsa Tionghoa juga percaya bahwa mereka
tidak boleh menyapu pada saat Imlek karena bisa membuang rejeki. Jika anggota
keluargamu ada yang masih memercayai hal ini, tidak perlu bertengkar dengannya.
Hormati saja agar kita tidak menjadi batu sandungan. Namun, tidak masalah jika
memberikan angpao karena ini seperti berbagi berkat.
Kita juga tidak perlu membangun makam
senilai sepuluh milyar rupiah untuk menghormati orang tua yang sudah meninggal.
Lebih baik uangnya digunakan saja untuk membiayai anak-anak yang tidak bisa
bersekolah. Sebaiknya menghormati orang tua dilakukan pada saat mereka masih
hidup.
Ada pula legenda tentang naga yang disebut nian.
Naga ini tidur selama setahun. Ketika bangun dari tidur, dia kelaparan hingga
mau mau memakan warga. Mereka pun mengusirnya dengan petasan dan memakai baju
merah.
Kita boleh memakai baju merah, tetapi bukan bertujuan untuk mengusir nian. Budaya ini hanya memberi pesan bahwa tiap tahun umur manusia digerogoti oleh waktu. Maka, kita harus mengisi waktu dengan sebaik mungkin.
Lantas ada pula pertunjukan barongsai. Jika
sekadar ikutan, tak masalah. Namun, jika sampai dimasuki roh barongsai, ini
salah. Dulu ada yang mengalami kelepasan pada saat pelajaran MSJ (My Spiritual
Journey). Manifestasinya berupa barongsai. MSJ terpaksa dihentikan. Karena dia
sudah terlalu lama terikat dengan roh tersebut, tentu saja membutuhkan waktu
cukup lama untuk menanganinya.
Jika sekadar memakai ulos, tak masalah.
Namun, jika ulos sudah diisi dengan roh jahat hingga bisa terbang, ini salah. Jadi,
kita tidak perlu menolak semua budaya dan juga tidak perlu kompromi dengan
semua budaya. Beberapa budaya tetap bisa kita ikuti asalkan tidak
bertentangan dengan firman Tuhan.
TUHAN MEMBERIKAN NYANYIAN BARU
Tuhan memberikan nyanyian
baru dalam mulutku untuk memuji-muji Allah kita. Banyak orang akan
melihatnya dan menjadi takut. Lalu percaya kepada Tuhan.
Yesus cinta saya. Yesus cinta kamu. Yesus cinta semuanya. Firman-Nya
digenapi. Lord Jesus loves me. Lord Jesus loves you. Lord Jesus loves
everyone. This is what the bible say. Cu Ye Su ai wo. Cu Ye Su ai ni. Cu
Ye Su ai ta. Se ching.
Papa pak Caleb merupakan empat belas
bersaudara. Jika berkumpul saat Imlek, suasananya seperti demo karena banyak
sekali anggota keluarga besarnya. Namun, makin lama jumlahnya makin berkurang
karena ada yang telah meninggal.
Semula hanya papanya yang masuk Kristen
karena menikah dengan mamanya yang Kristen. Tiap kali bertemu emaknya, papa pak
Caleb akan berkata, "Yesus cinta kamu." Lantas emaknya akan
menjawab, "Aku tahu. Tapi, nanti aku ingin berkumpul lagi dengan suamiku
yang meninggal terlebih dahulu."
Meskipun demikian, papanya tetap mengatakan
hal yang sama, "Yesus cinta kamu." Pada akhirnya emak pak Caleb mau
menerima Yesus sebelum ajal menjemputnya. Saat itu semua anggota keluarga sedang
berkumpul. Maka, pada hari itu juga semua saudaranya turut menerima Yesus.
Inilah angpao terbaik yang bisa diberikan pada saat Imlek.
0 komentar:
Post a Comment