Sunday, September 18, 2022

Rebutan Hasil Bisnis

Domba yang Ditransformasi
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 18 Sept 2022

Seorang karyawan bercerita bahwa anak bosnya saling berebut hasil bisnis padahal orang tuanya masih hidup. Ini seperti kisah Esau yang tidak terima dengan pembagian berkat untuknya. Esau membenci Yakub karena kelicikannya dalam memperoleh berkat. Yakub berdalih bahwa bertindak licik itu benar karena merasa pembagiannya tidak adil jika anak pertama mendapat bagian lebih banyak darinya.

Karena saat itu aku teringat pebisnis lain yang juga pernah senasib dengan mereka serta pebisnis bernama Ishak, kubilang sama dia: "Daripada berebut, lebih baik salah satunya mengalah dan pergi saja membuka bisnis lain." Namun, karyawan itu menjawab: "Kamu tidak paham bisnis sehingga berkata seperti itu."

Maka, kuceritai dia tentang pebisnis ikhlas yang pernah senasib dengan anak-anak bosnya. Ketika pebisnis itu masih muda, dia tidak mendapat apa-apa dari papanya karena semua bisnis papanya akan diberikan kepada koko-kokonya. Maka, dia pergi begitu saja mencari lahan lain. Di lahan baru dia kurang berhasil, tetapi dia mampu bertahan bersama isterinya.

Beberapa tahun kemudian papanya meminta dia kembali pulang karena si sulung nyaris membuat bisnis papanya bangkrut. Tanpa dendam dia kembali begitu saja... Dia juga tidak berkata: "Pas lagi jaya nggak ngasih aku apapun. Tapi, pas lagi susah kok nyari aku?" Ini agak mirip sama Yefta yang tetap mau kembali setelah tidak diberi warisan.

Hakim-hakim 11:2 Juga isteri Gilead melahirkan anak-anak lelaki baginya. Setelah besar anak-anak isterinya ini, maka mereka mengusir Yefta, katanya kepadanya: "Engkau tidak mendapat milik pusaka dalam keluarga kami, sebab engkau anak dari perempuan lain."

Berbeda dengan Yefta, pebisnis itu masih anak sah. Namun, budaya papanya memprioritaskan pemberian harta kepada anak laki-laki yang pertama lahir. Anak laki-laki kedua juga diberi karena papanya punya 2 bisnis dan 2 rumah. Namun, sebagai anak laki-laki ketiga, sudah tidak ada bagian untuknya, kecuali papanya bisa menambah bisnis dan rumah lagi. Kalau anak perempuan, pasti tidak dapat warisan.

Lantas dia mengelola bisnis papanya dan berhasil mencegahnya dari kebangkrutan dengan bantuan modal usaha dari tabungan isterinya. Karena keberhasilannya, papanya bisa membuka bisnis baru dan membeli rumah baru untuk si sulung. Sayangnya, bisnis si sulung gagal lagi karena dia tidak belajar dari kegagalannya.

~ Daripada berebut ikan, lebih baik belajar cara memancing ikan. ~

Ketika ortunya meninggal, si sulung dan cecenya berebut warisan yang tidak seberapa. Pebisnis sukses tadi hanya berkata: "Biasanya orang rebutan karena tidak mengetahui caranya mencari uang. Kalau sudah mengetahui caranya, ngapain rebutan? Biar mereka ambil saja." Justru karena keikhlasannya, pebisnis itu diberkati berlimpah-limpah sehingga bisa menjadi saluran berkat.

Amsal 11:24-25 Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan. Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum.

Lantas karyawan itu bertanya: "Siapa Ishak?" Kuberitahu dia bahwa Ishak itu anaknya Abraham, yang dikenal sebagai Ibrahim oleh muslim. Ishak itu juga pebisnis yang sumurnya direbut berulang kali oleh orang Filistin, tetapi dia selalu ikhlas memberikannya kepada mereka.

Sayangnya, dia mengatakan bahwa ikhlas itu susah. Maka, sekalipun dia tidak menyukai bosnya, dia tetap bertahan di sana walaupun harus bekerja seperempat hati. Ini karena bosnya berjanji akan mengembalikan gaji yang telah dipotongnya selama masa pandemi. Dia tidak mau mengikhlaskannya sekalipun bosnya terkenal suka janji dan jarang menepati.

Kukatakan pula bahwa semua yang menjadi berkat kita pasti kembali pada kita dan caranya juga tak harus sesuai dengan cara kita. Kadang kala ada orang berhutang sama kita dan tidak mau membayarnya, eh tiba-tiba ada orang lain yang memberi kita. Namun, dia tidak mau. Dia berkata: "Kalau yang hutang bos, aku harus dapat dari bos. Kalau diberi orang lain, itu berkat lain lagi."

Jawabku: "Nggak juga. Aku pernah dengar cerita tentang seorang bapak yang mobilnya mogok di tengah malam lalu dia ditolong seorang pria. Pria itu tidak mau dibayar sekalipun membutuhkan uang untuk persalinan isterinya nanti. Maka, bapak itu meneruskan perjalanannya. Dia mampir ke sebuah restoran. Kemudian dia memberikan tip sejumlah uang kepada seorang pelayan yang sedang hamil tanpa mengetahui bahwa pelayan itu adalah isteri pria tadi. Isteri pria itu ingat nopol mobilnya dan memberitahu suaminya."

Nggak nyangka ya. Jadi, yang menjadi hak kita nggak harus diterima oleh kita sendiri. Kadang kala hak kita bisa diterima oleh orang-orang terdekat kita, baik ortu, pasangan maupun anak. Kadang kala juga tidak langsung diterima, tetapi baru diterima beberapa waktu kemudian. Jadi, suka tidak suka, kita harus belajar ikhlas. Namun, dia tetap tidak mau.

Padahal, buah keikhlasan itu sungguh-sungguh nyata lho. Sayang sekali dia tidak bisa melihat dan mendengarnya dengan mata kepala sendiri dari sumbernya langsung. Sekalipun dia mempercayai ceritaku, dia tetap mengatakan bahwa ikhlas itu susah. Alhasil, dia susah sendiri. Yah... Jika kita yakin susah, ya pasti susah. Jika kita yakin bisa, kita pasti bisa. Kita pasti memperoleh sesuai keyakinan kita.

BAGI TUHAN TAK ADA YANG MUSTAHIL
Kuyakin saat Kau berfirman. Ku menang saat Kau bertindak. Hidupku hanya ditentukan oleh perkataan-Mu. Ku aman karna Kau menjaga. Ku kuat karna Kau menopang. Hidupku hanya ditentukan oleh kuasa-Mu.
Reff: Bagi Tuhan tak ada yang mustahil. Bagi Tuhan tak ada yang tak mungkin. Mujizat-Nya disediakan bagiku. Kudiangkat dan dipulihkan-Nya.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.