Catatan Ibadah ke-1 Minggu 16 Feb 2024
Hakim-hakim 11:1
(TB) Adapun Yefta, orang Gilead itu, adalah seorang pahlawan yang gagah
perkasa, tetapi ia anak seorang perempuan sundal; ayah Yefta ialah Gilead.
Karena hal itu, Yefta diusir oleh
saudara-saudaranya. Lantas dia bergabung dengan semacam kelompok preman jalanan
untuk merampok bersama mereka. Namun, beberapa waktu kemudian bani Amon berperang
melawan orang Israel.
Orang Israel selalu kalah dalam peperangan
tersebut. Maka, pemimpin suku memutuskan untuk meminta bantuan Yefta yang jago
bertempur. Yefta setuju membantu mereka dengan syarat, "Jika aku berhasil
menang, aku harus menjadi pemimpinnya." Karena tidak ada pilihan lain,
semua orang menyetujui permintaannya.
Hakim-hakim 11:30-31
(TB) Lalu bernazarlah Yefta kepada TUHAN, katanya: "Jika Engkau
sungguh-sungguh menyerahkan bani Amon itu ke dalam tanganku, maka apa
yang keluar dari pintu rumahku untuk menemui aku, pada waktu aku kembali dengan
selamat dari bani Amon, itu akan menjadi kepunyaan TUHAN, dan aku akan
mempersembahkannya sebagai korban bakaran."
Pada akhirnya Yefta menang perang. Hal
pertama yang keluar dari pintu rumahnya adalah anak perempuan tunggalnya.
Seketika Yefta mengoyakkan pakaiannya dan memberitahu anaknya perihal nazarnya
kepada Tuhan.
Hakim-hakim 11:36
(TB) Tetapi jawabnya kepadanya: "Bapa, jika engkau telah membuka mulutmu
bernazar kepada TUHAN, maka perbuatlah kepadaku sesuai dengan nazar yang
kauucapkan itu, karena TUHAN telah mengadakan bagimu pembalasan terhadap
musuhmu, yakni bani Amon itu."
Meskipun sedih, anaknya mendukung papanya
untuk menepati nazarnya. Namun, dia meminta waktu dua bulan untuk menangisi
kegadisannya bersama teman-temannya.
Hakim-hakim 11:39a
(TB) Setelah lewat kedua bulan itu, kembalilah ia kepada ayahnya, dan ayahnya
melakukan kepadanya apa yang telah dinazarkannya itu; jadi gadis itu tidak
pernah kenal laki-laki.
Ada dua versi penafsiran tentang hal tersebut. Versi minoritas mengatakan bahwa putri Yefta menjadi biarawati. Namun, versi mayoritas yang sesuai dengan keadaan pada masa itu mengatakan bahwa putrinya benar-benar dibakar sesuai budaya pada masa itu.
Ketika mendengar hal itu, mungkin kita
memiliki banyak pertanyaan, antara lain:
* Mengapa Yefta menepati nazarnya ketika mengetahui dia anaknya? Mengapa dia
tidak mencari alasan atau cara untuk membatalkan nazarnya?
* Mengapa Tuhan membiarkan hal itu terjadi? Kita pun pasti pernah kecewa ketika
seseorang sakit atau meninggal? Ketika Raditya Oloan dipanggil Tuhan, pak Andy
pun sangat terpukul karena hal itu.
Karena Yefta tidak mengenal Tuhan dengan
benar, dia melakukan kesalahan besar. Sekalipun melayani Tuhan, Yefta tidak
mengenal isi hati Tuhan. Padahal, Tuhan sudah pernah melarang Abraham
mempersembahkan anaknya sebagai korban bakaran. Selain itu, Tuhan juga
menentang para orang tua yang mempersembahkan anaknya sebagai korban bakaran
kepada dewa-dewa mereka. Dengan kata lain, Tuhan telah mengatakan bahwa dia
tidak sama dengan dewa-dewa lain.
Ulangan 12:31 (TB) Jangan
engkau berbuat seperti itu terhadap TUHAN, Allahmu; sebab segala yang menjadi
kekejian bagi TUHAN, apa yang dibenci-Nya, itulah yang dilakukan mereka bagi
allah mereka; bahkan anak-anaknya lelaki dan anak-anaknya perempuan dibakar
mereka dengan api bagi allah mereka.
Yefta melakukan kesalahan besar karena
mengira bahwa dia telah melakukan kehendak Tuhan, padahal dia justru menyakiti
hati-Nya. Selain itu, Yefta cenderung transaksional. Ketika diminta melayani,
dia meminta jabatan. Transaksional berarti mempertimbangkan untung rugi.
"Jika saya melayani, apa yang saya dapatkan?"
0 komentar:
Post a Comment