Sunday, June 12, 2022

Iman Kerumunan ~ Ps. Jeffrey Rachmat (JPCC)

Catatan Ibadah ke-1 Minggu 12 Juni 2022

TUHAN yang BESAR
Kuhidup kar’na percaya. Kau yang berjanji setia. Pengharapanku s’lalu ada di dalam-Mu.
Ku tidak akan menyerah meski dalam kesesakan. S’luruh hidupku dalam genggaman-Mu.
Aku punya Tuhan yang besar yang t’lah berjanji dan sanggup menggenapi.
Imanku bersepakat percaya kuasa-Nya. Kut’rima s’karang, kemenangan dari-Mu.

1 Samuel 17 (BIS)
17:4 Maka seorang jago berkelahi yang bernama Goliat, dari kota Gat, keluar dari perkemahan Filistin untuk menantang orang Israel. Tingginya kira-kira tiga meter,
17:5 dan ia memakai topi tembaga dan baju perang tembaga yang beratnya kira-kira lima puluh tujuh kilogram.
17:6 Kakinya dilindungi oleh penutup kaki dari tembaga, dan di bahunya ia memanggul lembing tembaga.
17:7 Gagang tombaknya sebesar kayu pada alat tenun, dan mata tombaknya kira-kira tujuh kilogram beratnya. Seorang prajurit berjalan di depannya dengan membawa perisainya.

Biasanya tentara Israel selalu menang perang. Mereka tak pernah kalah melawan orang Filistin. Maka, orang Filistin menggunakan strategi baru untuk menghadapi tentara Israel, yaitu satu lawan satu. Goliat pun menantang tentara Israel. Selama 40 hari Goliat terus menerus mencemooh tentara Israel. Karena mereka biasa berperang secara berkelompok, mereka langsung ketakutan. Tak ada yang berani menghadapi Goliat. Iman mereka merupakan iman kerumunan atau iman gerombolan.

1 Samuel 17:9-10 (BIS) Jika dalam perang tanding itu, aku terbunuh, kami rela menjadi hambamu, tetapi jika aku yang menang dan membunuhnya, kamulah yang akan menjadi hamba kami. Sekarang juga, kutantang tentara Israel; pilihlah seorang untuk bertanding melawan aku!"

Di dalam film-film silat ada orang yang berlagak jagoan ketika bersama-sama kelompoknya, tetapi dia tidak berani saat sendirian di pasar. Banyak orang Kristen juga bersikap seperti itu. Di dalam kelompok kita memang bisa nunut atau nebeng imannya orang lain. Ketika melihat orang lain memuji Tuhan, kita yang awalnya enggan bisa jadi ikutan memuji pula. Namun, di luar kelompok malah lupa semua lagu pujian ketika menghadapi masalah atau krisis.

Biasanya di dalam kelompok bisa bernyanyi 'ku 'kan terbang bagai rajawali', tetapi saat sendirian dalam menghadapi masalah atau krisis malah lupa lagu itu. Padahal, rajawali mampu terbang di atas badai. Di dalam kelompok ada kesembuhan dan kekuatan karena ada yang mendoakan dan menguatkan, tetapi di luar kelompok malah tidak berani.

Sementara itu Daud diminta oleh Isai - ayahnya untuk mengecek keadaan saudara-saudaranya: apakah mereka masih hidup di medan perang. Nah, ketika Daud tiba di sana, dia mendapati bahwa tak seorang pun berani melawan Goliat. Padahal, Saul menjanjikan hadiah besar kepada orang yang bisa mengalahkan Goliat.

1 Samuel 17:25 Berkatalah orang-orang Israel itu: "Sudahkah kamu lihat orang yang maju itu? Sesungguhnya ia maju untuk mencemoohkan orang Israel! Orang yang mengalahkan dia akan dianugerahi raja kekayaan yang besar, raja akan memberikan anaknya yang perempuan kepadanya dan kaum keluarganya akan dibebaskannya dari pajak di Israel."

Daud pun turut mendengar cemooh Goliat terhadap Israel. Lalu dia berkata: "Siapa yang berani mencemooh barisan tentara Allah yang hidup?" Tentara Israel berfokus kepada besarnya masalah, tetapi Daud berfokus kepada Allah yang hidup. Imannya tumbuh dalam kegiatan sehari-hari.

Ketika harus berada di rumah pada masa pandemi, tanpa iman personal kita akan kalah. Sekalipun perlu membangun iman personal, janganlah menjauhi persekutuan karena iman kerumunan juga penting. Meskipun demikian, ada kalanya kita harus sendirian. Di sinilah iman personal diperlukan.

Iman Personal

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.