Iman Kerumunan
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 12 Juni 2022
1 Samuel
17:32-33 (TB) Berkatalah Daud kepada Saul: "Janganlah seseorang
menjadi tawar hati karena dia; hambamu ini akan pergi melawan orang Filistin
itu." Tetapi Saul berkata kepada Daud: "Tidak mungkin engkau
dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda,
sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit."
Daud menawarkan diri untuk mengalahkan
Goliat, tetapi kakak-kakaknya tidak menyetujui hal itu karena Daud masih
muda dan belum berpengalaman. Mereka takut Daud terbunuh. Bagaimana mereka
akan bertanggung jawab kepada ayah mereka?
Bahkan, Saul - pemimpin tentara Israel juga
mengatakan bahwa hal itu tak mungkin. Orang yang tawar hati memang selalu
melihat kemustahilan. Namun, iman Daud bukanlah iman yang nekat. Daud mengenal
Allah yang hidup. Dia sudah terbiasa memecahkan masalah.
Daud sudah terbiasa berperang sendirian.
Ketika ada singa atau beruang yang mau menyerang domba-dombanya, dia segera
melawannya. Saat itu tak ada yang bisa membantunya. Domba-dombanya pun tak
mungkin membantunya. Daud bukan sengaja mencari gara-gara terhadap singa,
tetapi dia mau melindungi domba-domba yang dipercayakan ayahnya.
Karena mengenal Allah yang hidup, Daud melihat Goliat sebagaimana adanya. Dia tidak membesar-besarkan masalah. Daud melihat Goliat sama seperti dia melihat singa atau beruang. Daud mengetahui bahwa Allah yang mampu melepaskannya dari cakar singa dan beruang juga akan mampu mengalahkan Goliat.
Mazmur 23:2-3 Ia
membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang
tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena
nama-Nya.
Iman Daud timbul dari pengenalannya akan
Tuhan. Semula Daud menggunakan kata 'Ia' untuk membicarakan Tuhan. Namun,
ketika berada di lembah kelam, Daud menggunakan kata 'Engkau'.
Mazmur 23:4 Sekalipun
aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau
besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.
Kata 'Engkau' menyatakan hubungan yang
lebih dekat daripada kata 'Ia'. Kedekatan ini justru muncul di lembah kelam,
bukan di padang rumput hijau dan air tenang.
Ketika Maria - ibu Yesus mengandung dari
Roh Kudus, kepada siapa dia bisa bercerita? Begitu pula dengan Yusuf. Kadang
kala ada masalah yang tak bisa diceritakan karena ceritanya mungkin akan
diragukan oleh pendengarnya. Mungkin pula pendengarnya cuma bisa 'iya iya',
tetapi tidak memberi solusi. Ada saatnya ketua kelompok selmu cuti dan
pendetamu sedang ke pesta ketika kamu dalam masalah. Pada situasi seperti
inilah kamu membutuhkan iman personal.
IMAN YANG MENGALAHKAN DUNIA
Sekalipun ku memiliki iman
sekecil biji sesawi, namun kukenal yang kusembah. Tuhan yang besar di atas
segalanya.
Reff: Kupercaya laut dapat menjadi jalan, kupercaya badai pun dapat Kau
redakan, kupercaya gunung pun dapat kupindahkan dengan kuasa iman yang
mengalahkan dunia.
0 komentar:
Post a Comment