Vitamin Vitamin Vitamin
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 4 Juni 2023
Beberapa hari lalu aku mendengar mantan
rekan kerjaku dilempar botol minum plastik tebal oleh mantan bosku karena dia
ketahuan bermain Shopee pada saat jam kerja. Memang sih dia salah,
tetapi tak pantas lha melemparkan botol.
Sudah sekitar delapan tahun lamanya karyawan
itu bekerja untuknya. Pada mulanya dia memang disayang-sayang hingga si
karyawan diberi panggilan sayang, “B”. (Big) Namun, setelah ada karyawan
baru yang lebih disayang olehnya, temanku sering dimaki-maki. Bahkan,
diusir-usir.
Ajaibnya, hingga kini dia masih saja mau bertahan
di sana. Aku aja hanya bertahan empat tahun kurang beberapa bulan. Kalau
si bos memang sudah benci atau muak kepada karyawan lamanya itu, alangkah
baiknya dia melemparkan surat PHK dan uang. Hal ini tentu lebih terhormat
daripada melemparkan botol.
Masa habis manis, sepah dibuang gitu aja?
Bagaimana jika nantinya Tuhan juga membuang bos itu? Nah, beberapa malam
lalu aku mendengar bincang-bincang beberapa jemaat gereja sebelah tentang bos toxic. Si
koko mengatakan bahwa dia pernah diphk karena toxic. Hal inilah yang
menyadarkannya untuk pulih dari toxic-nya.
Sementara itu, si cece pernah menjadi
korban bos toxic. Dia pun mengatakan bahwa seharusnya kita tetap setia
ketika ditempatkan di bawah kekuasaan bos toxic karena orang-orang
itulah yang dipakai oleh Tuhan untuk membentuk karakter kita. Setia
kepada Tuhan yang baik sih masuk akal, tetapi setia kepada bos toxic,
amit-amit deh. Kalau bisa, maunya ya cepat-cepat pamit.
Katanya pula, “Seringkali kita merasa tidak
sanggup padahal Tuhan mengetahui bahwa kita masih sanggup. Jadi, Tuhan
membiarkan kita tetap di sana hingga kita sudah terbiasa dengan polanya. Ketika
sudah merasa nyaman, kita pasti dipindahkan lagi karena dari SD pasti diharapkan
naik ke SMP. Begitu pula dalam kehidupan ini kita juga akan diarahkan untuk
naik kelas. Namun, ketika kita benar-benar tidak sanggup, Tuhan sendiri yang
akan memindahkan kita.”
Sambung si koko, “Kebanyakan pekerjaan yang kita dapatkan bukanlah hasil pencarian, tetapi karena ditelepon oleh seseorang.” Hmm ... benar juga. Hal-hal tersebut pernah kualami ketika salah lompat. Demi menghindari dua rekan kerja yang toxic, aku langsung menerima tawaran kerja dari temanku.
Eh, setiba di sana aku malah diamplas oleh
puluhan orang toxic. Namun, aku berpikir bahwa aku bisa menjadi seperti lilin kecil dalam lagu Chrisye karena di sana aku masih memiliki
seorang teman baru. Teman baruku ini bergabung di perusahaan tersebut pada hari
yang sama denganku. Dia pun teracuni oleh puluhan rekan kerja toxic itu.
Kalau aku keluar, kasihan dia sendirian
menghadapi kegelapan itu. Jadi, aku bertahan demi dia. Suatu hari aku mengalami
sakit kepala berat hingga telinga berdenging. Dokter mengatakan bahwa aku stres,
tetapi aku tidak percaya karena pikirku, "Segala perkara dapat
kutanggung di dalam Dia yang memberiku kekuatan." Aku pun sempat mengalami vertigo dan kukira hanya karena salah makan.
Tak lama sesudah itu aku difitnah oleh
atasanku lalu dipecat bos setelah bekerja selama hampir dua tahun. Saat itulah
aku baru menyadari bahwa aku salah lompat. Ini bukan yang pertama dan terakhir kalinya aku salah lompat. Namun, kendati
salah lompat, Tuhan tetap menyertaiku.
Nah, setelah dikeluarkan dari tempat
terkutuk itu, aku tidak lagi mengalami sakit kepala, telinga berdenging, maupun
vertigo. Saat itulah aku baru mengakui bahwa dokternya benar. Kelihatannya saat
itu aku terlalu memaksakan diri dalam menanggung perkara.
Jika aku tidak dikeluarkan dari tempat itu,
mungkin aku bisa depresi berat. Setelah aku dikeluarkan, teman baruku itu juga
bisa keluar dan pindah ke tempat lain yang lebih baik. Padahal, sebelumnya kami
sama-sama tidak mau keluar duluan.
0 komentar:
Post a Comment