Sunday, June 26, 2016

Aku Mau ...

Catatan Ibadah ke-2 Minggu 26 Juni 2016

Beberapa bulan lalu telinga kiriku terasa penuh seperti kemasukan air dan berdenging, kepalaku pening, dan tenggorokanku juga terasa kering. Maka, aku pun ke dokter untuk mengetahui penyebabnya. Dokter pun balik bertanya: "apa kamu flu?" Jawabku: "iya... sepertinya gejala flu tetapi ini pertama kalinya telingaku berdenging." Lalu dia memeriksa telingaku dan memberikan obat flu, obat pengencer dahak, dan antibiotik.

Setelah meminum obat pemberiannya selama beberapa hari telingaku malah bergema. Kemudian aku pun menjelajah internet untuk mengetahui penyebab telinga berdenging atau bergema. Ternyata itu bukan penyakit tetapi merupakan pertanda adanya penyakit di dalam tubuh dan kemungkinan penyakitnya bisa bermacam-macam. Kemungkinan terbesar adalah adanya kotoran yang menyumbat telinga atau penyumbatan saluran pernafasan.

Namun, jika dokter tidak dapat menemukan penyakit di tubuh kita, biasanya dokter akan menyatakan bahwa kita terkena stres. Hmmm... stres??? Masa aku stres? Bukannya masalahku baru saja selesai beberapa hari lalu? Setelah obat habis, telingaku masih juga bergema sehingga kuputuskan balik lagi ke dokter. "Dok, setelah meminum obat yang dokter berikan... telingaku jadi bergema dan juga terasa seperti ada dahak di tenggorokanku yang tidak bisa dikeluarkan. Namun, setelah meminum wedang jahe tenggorokan ini terasa lebih enak daripada sebelumnya."

Sembari tertawa dokter kembali melihat telingaku dan mengatakan bahwa telingaku baik-baik saja. Namun, dengan tampang bingung dia kembali meresepkan obat pengencer dahak dan antibiotik. Selain itu, dia menambahkan obat tetes telinga dengan pesan: "Jika mulutmu terasa pahit setelah obat diteteskan di telinga, cepat kembali ke sini."

Dengan terheran-heran aku bertanya: "Kalau tidak terasa pahit, gimana?" tetapi dia hanya menjawab: "ya dicoba saja dulu... kalau masih tidak enak, kembali saja ke sini." Ealah... sepertinya dokter hanya memintaku coba-coba obat tetes telinga. Ah... kelihatannya dia tidak mengetahui penyakitku. Nggak beres nich dokter.

Hmmm... ya udah dech... kucoba dulu obat tetesnya dan ternyata mulutku tidak pahit sehingga aku tidak langsung kembali menemuinya. Obat-obat yang dia berikan memang membuat kepalaku tidak lagi pening tetapi gema di telinga kiriku membuat suasana hati tidak enak. Hmmm... kalau begini terus, aku bisa stres. Mungkinkah aku memang sudah stres?

Iya... ya... aku ingin begini tetapi kenyataan begitu. Kala itu masalah datang silih berganti tanpa henti hingga tanpa kusadari aku sungguh merasa letih. Rasanya banyak sekali roh-roh jahat yang mengusik ketenanganku. Apa ikut Tuhan harus berperang terus dan tidak boleh berlama-lama di zona nyaman? Aku ya capek... aku ingin liburan. Aku tidak suka berperang.

Bahaya Zona Nyaman
Jika kamu selalu berada di zona nyaman, kamu bisa mati konyol seperti kodok yang direbus dalam panci. Sesungguhnya ketika air terasa hangat, kodok masih bisa melompat keluar dari panci tetapi dia tidak melakukannya karena terlanjur merasa nyaman. Ketika air semakin panas, dia pun mati. Daud pun jatuh ke dalam dosa perzinahan dengan Batsyeba ketika dia tidak berperang. Kamu mau seperti itu?

Tidak mau lha. Namun, rasanya aku menyesal sudah pergi sejauh ini. Firman-Nya mengatakan bahwa aku harus pergi mengintai tanah Kanaan tetapi benarkah tempat itu memang tanah Kanaan-ku? Jika benar, mengapa malah banyak masalah di sana? Mungkinkah aku salah mendengar firman? Mungkinkah itu bukan tanah Kanaan-ku? Ah... aku ingin secepatnya keluar dari sana. Namun, bagaimana caranya? Kepalaku semakin pening saat berusaha memikirkan jalan keluarnya.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.