Pada saat lagu 'Allah Roh Kudus'
dinyanyikan di Festival Kuasa Allah beberapa orang terjamah lidahnya. Seingatku
di
sela-sela lagu tersebut berulang kali terdengar suara orang berseru-seru: "aku haus... aku haus... aku haus...
aku sangat haus... aku haus... aku haus akan Engkau... aku haus... Roh Kudus datanglah..."
Kala itu aku malah
bertanya-tanya: "Apa maksudnya? Haus
seperti apa? Gimana caranya memiliki kehausan? Sepertinya sich aku tidak haus. Kalau tidak haus, mana mungkin meminta
minum?" Lalu sebuah
suara lembut menjawabku dari dalam hati: "nanti
kamu akan mengetahuinya".
- ‘Di Bilur-Mu’ dan ‘Kaulah Tuhan Penyembuhku’
- ‘Tetap Tersenyum’
- ‘Mujizat Adalah’
- ‘Kutahu Rencana-Mu’
- ‘Hanya Dekat Pada-Mu’
- ‘TERIMA KASIH’.
Lagu-lagu itu (terutama lagu
'TERIMA KASIH') sungguh mengharu-birukan hati ini dan cetar menggelora di
pelupuk mata hingga akhirnya lidahku ikut terjamah karena terhanyut hadirat-Nya.
Saat itulah aku mulai
mengerti arti sebuah kehausan akan Tuhan. Kelihatannya kehausan semacam itu
memang tidak bisa dipaksakan tetapi harus timbul dari lubuk hati yang
terdalam. Rasa haus itu baru muncul pada saat:
- menyadari bahwa hanya Tuhan yang sanggup membantu ketika tak ada yang dapat membantu,
- merasakan betapa luar biasa besarnya kasih setia dan penyertaan Tuhan di dalam hidup ini.
- Ketika Festival Kuasa Allah: sembari ikut menyanyikan lagu 'Allah Roh Kudus' aku bertanya: "Apa maksudnya? Haus seperti apa? Gimana caranya memiliki kehausan? Sepertinya sich aku tidak haus. Kalau tidak haus, mana mungkin meminta minum?"
- Ketika pelajaran pra baptisan air (setelah Festival Kuasa Allah): sembari pura-pura ikut menyanyikan lagu 'Mengalirlah Kuasa Roh Kudus', aku berkata dalam hati: "Ah, dia pasti berpikir bahwa setiap orang yang mau dibaptis sudah hafal lagu ini padahal ini ‘kan pertama kalinya kudengar lagu ini. Kalau memang harus ikutan menyanyi tanpa diberi teks lagu, yach ikut mangap-mangap aja dech biar nggak ditegur. Setidaknya aku ‘kan tidak menyanyi sendirian jadi dia tak mungkin tahu bahwa aku cuma pura-pura nyanyi. Lagipula kenapa aku harus meminta bahasa Roh? Aku ’kan tidak mau berbicara dalam bahasa yang tidak kumengerti." Yah... untunglah saat itu suara hatiku tidak ikut memaksaku.
Hahaha... rasanya aku ini
seperti seorang anak kecil yang ingin menempuh jarak 1000 mil. Lantas teman dan
saudaraku menyarankanku untuk meminta diantar sopir dengan mengendarai
mobil tetapi aku tidak mau memintanya. Kataku: “Kenapa
aku harus naik mobil bila aku masih bisa berjalan kaki?”
Namun, Bapa telah mengetahui bahwa
aku tak mungkin bisa berjalan kaki sejauh 1000 mil. Maka
dari itu, Bapa senantiasa mengiringi perjalananku dan bersiap mencukupkan semua
yang kubutuhkan tepat pada waktunya. Pada akhirnya, hari yang ditunggu-Nya
tiba. Setelah menempuh jarak beberapa meter aku mulai menyadari segala keterbatasanku.
Nah, saat itulah Bapa memberikanku mobil dan tiada lagi alasan untuk menolaknya.
“Bocah... bocah...”
Dapatkan album 'KuPercaya
Mujizat'
>> di:
Pustaka Rajawali
Jl. Cempaka 25
Surabaya
Tel: +6231 6000
7000
Email: info@pustakarajawali.com
0 komentar:
Post a Comment