Sunday, January 8, 2023

Siapa yang Mau Membajak?

Berjalan dalam Kelimpahan Kasih Karunia
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 08 Jan 2023

Wah... pegang bajak tuh emang berat. Jangankan pegang bajak, pegang sikat pembersih toilet aja, telapak tanganku sudah sedikit lecet. Mungkin karena terbiasa pegang keyboard komputer... hehehe...

Namun, membajak hati orang bolehlah kucoba. Kalaupun sakit hati, toh tidak separah sakit gigi... xixixi... Sakit hati hanya perlu mencari Tuhan tanpa antri dan obatnya hanya bersyukur, bersyukur, bersyukur, dan syukurin ajalah karena dapat hikmahnya... hahaha...

Kalau sakit gigi, harus siap antri di rumah sakitnya. Pengobatannya pun tidak nyaman, eh masih harus bayar pula. Namun, berbahagialah mereka yang pernah mengalami sakit gigi karena hal itu telah menjadi berkat bagi para dokter gigi... xixixi...

Eits, ngapain kubahas gigi? Aku mau membajak hati seorang single mom di Tiktok. Pada mulanya gara-gara aplikasi satu ini ponselku terdiam begitu lama. Tampaknya dia stress karena kelebihan memori. Lalu kucari solusinya lewat Om Google di laptop. Setelah berhasil kupaksa restart, akhirnya kubuang tuh aplikasi Tiktok.

Nyerah? Mana mungkin anak Tuhan nyerah. HPku mungkin sudah jelek, tetapi masih bisa disiasati. Sebagai solusinya, kupasang Tiktok Lite dan FB Lite. Hehehe… jelek-jelek gini HPnya masih berguna juga loh. Tadinya sih kucoba mengirimkan pesan pribadi kepadanya, tetapi tak bisa terkirim karena kami tidak berteman.

Alhasil, kuputuskan untuk membajak hatinya lewat kolom komentar. Sekalipun komentarku dibaca banyak orang, tak masalah karena aku memakai nama samaran. Lagipula komentarku juga positif kok karena hanya menyalin beberapa pesan Tuhan yang pernah kuterima.

Suatu hari dia menerbitkan video tentang perbedaan pacar, teman, dan sahabat lalu menyimpulkan bahwa dia lebih membutuhkan sahabat daripada teman. Aku hanya berkomentar, "Yesuslah sahabat sejati. Hanya dia satu-satunya yang setia menemani kita, bahkan sekalipun pada saat kita tidak setia."

Dia pun langsung membenarkan hal itu dan membalas, "Kita tidak bisa mengandalkan manusia." Setuju deh. Dari TK aku sudah diajar tentang hal tersebut. Ini sebabnya aku bisa menerima dengan ikhlas ketika titinya memilih pergi jauh daripada membantuku. Hal ini juga bukan alasan untuk tidak peduli kepada cecenya yang belum kukenal.

Eh, tak lama berselang single mom itu menerbitkan video yang berisikan penggalan lagu berikut, "S'lamat tinggal, masa lalu. Aku 'kan melangkah. Maafkanlah segala yang pernah kulakukan padamu." Ehm... alih-alih berkomentar, aku malah kesal karena teringat lagi pada kata-kata titinya, "Perpisahannya nanti saja ya..."

Oh... kukira aku memahami kata 'nanti' yang dia ucapkan, ternyata aku belum paham. Kupikir nanti tuh sama dengan tanggal sekian. Namun, faktanya dia tidak pernah mengucapkan kata perpisahan hingga hari terakhirnya bekerja.

Tampaknya 'nanti' yang dia maksud tuh berkaitan dengan waktu Tuhan yang disebut kairos, bukan chronos. Jadi, tidak ada tanggal pastinya. Mungkin ini seperti menantikan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya. Kapan waktunya? Pokoknya 'nanti'... xixixi...

Maka, aku bermaksud memberikan link video single mom itu kepada titinya. Namun, suara hatiku menyela niatku dengan berkata, "Terlalu cepat bagimu untuk mengucapkan selamat tinggal."

Balasku, "Terlalu cepat gimana? Ini sudah lebih dari setengah tahun. Justru terlalu lambat kalau aku menyampaikannya sekarang."

Namun, aku tidak peduli jika dia mau pergi tanpa pamit karena aku sudah terbiasa menghadapi dirinya yang suka menghilang tanpa kabar, terutama saat ada masalah. Lagipula lagu 'Selamat tinggal masa lalu' itu tidak sesuai dengan diriku lha.

Mazmur 138:8 TUHAN akan menyelesaikannya bagiku! Ya TUHAN, kasih setia-Mu untuk selama-lamanya; janganlah Kautinggalkan perbuatan tangan-Mu!

Aku bukan cecenya. Selesai atau tidak selesai, kuanggap sudah selesai karena aku percaya selalu ada Tuhan yang menyelesaikannya bagiku. Jadi, aku tidak akan memakai lagu itu. Aku pun tidak perlu memberitahunya bahwa aku tahu cecenya. Diamnya akan kubalas diam pula.

Cecenya juga tidak perlu tahu jika aku sempat mengenal titinya. Ketika tangan kanan memberkati, bukankah tangan kiri tak perlu tahu? Hehehe... cukup Tuhan saja yang mengetahuinya.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.