Monday, April 4, 2016

8 Tahun Bertumbuh Tanpa Figur Orang Tua

Ayah yang Berkomitmen

Catatan Ibadah ke-3 Minggu 3 April 2016
Ketika aku hampir 5 tahun dan memeku hampir 4 tahun, kami diajak papa berkunjung ke salah satu rumah saudaranya di luar kota. Meskipun mama tidak ikut, kami tetap merasa senang karena kata papa kami akan diajak jalan-jalan. Nah, setelah langit gelap kami pun meninggalkan tempat tersebut tetapi tanpa sengaja aku terpeleset di atas pasir hitam yang ada di depan rumah itu. Tangan kananku pun terluka. Namun, kami tetap melanjutkan perjalanan hingga kami memasuki sebuah rumah besar dan bertemu seorang suster.

Ketika melihat tangan kananku berdarah, suster segera membersihkan dan mengobati lukaku dengan salep betadine. Lalu suster berkata kepada papa: "Malam ini bawalah mereka pulang... kasihan tangan anak ini terluka. Besok pagi saja baru kembali kalau lukanya sudah hampir sembuh karena kalau malam ini ditinggalkan di sini dalam keadaan terluka dia bisa trauma."

Maka, mau tak mau papa menuruti sarannya untuk membawa kami kembali ke rumah. Hehehe... itulah upahnya kalau membohongi anak kecil. Akibatnya papa harus mengeluarkan biaya transportasi lebih banyak. Hahaha... ternyata jatuh terpeleset bisa membawa keberuntungan bagiku dan meme agar punya sedikit waktu lebih lama di rumah. Sayangnya bekas luka itu masih tampak hingga kini dan bisa memancing pertanyaan orang yang melihatnya. Huff...

Semenjak saat itu aku kesal kepada papaku. Meskipun kami amit-amit nakalnya tetapi kami masih imut-imut lho. Lha kok tega meninggalkan kami di asrama? Alasannya mencari uang agar kami bisa bersekolah padahal saat itu kami merasa tidak membutuhkan uang atau sekolah. Bagi kami yang penting bisa berkumpul dengan orang tua.

Di asrama tak ada tempat untuk bermanja-manja. Ketika ditindas atau diancam oleh anak yang lebih tua, kami tak bisa melapor kepada orang tua karena mereka nun jauh di sana. Suster pun tak bisa memanjakan ratusan anak sekaligus. Dengan demikian, mau tak mau aku dipaksa menjadi kuat hingga bisa menjaga diri sendiri, adikku, dan teman-teman terdekatku. Kalau anak lelaki harus kuat dan tidak boleh menangis, aku pun harus bisa melakukan hal yang sama. Meskipun harus menangis di hadapan Tuhan, setidaknya aku tetap tersenyum di depan manusia... hahaha...

Aku tahu aku harus kuat karena tidak akan ada orang tua yang setiap hari bertanya kepadaku: “Hari ini mau makan apa? Bagaimana sekolahmu hari ini? Belajar apa saja? Bagaimana temanmu? Bagaimana gurumu? Apa sekolahmu menyenangkan? Apa ada masalah? Can I help you?” NO! Tidak akan ada orang tua yang seperti itu di asrama. Mau tidak mau, suka tidak suka, anak asrama harus makan semua yang telah disajikan. Kalau ada masalah, ya hadapi sendiri. Kalau sudah amat terpaksa, barulah lapor kepada guru asrama atau suster.

Ketika SD, ada pertanyaan ujian seperti ini: "sebutkan 5 perbedaan antara pria dan wanita". Salah satu jawabanku adalah "pria tidak punya perasaan sedangkan wanita punya perasaan." Namun, jawabanku yang ini langsung disalahkan gurunya tanpa penjelasan. Hehehe... aku hanya ingat coretannya yang panjang. Padahal, pengalamanku membuktikan mama tak tega meninggalkan kami di asrama sehingga tak ikut mengantar kami sedangkan papa tega. Suster tak tega melihat tangan kananku terluka sedangkan papa terkesan tega. Jadi, apa yang salah dengan jawabanku? Lalu Tuhan jawab.

Suatu ketika Irma - teman seasrama dari Flores dikunjungi papanya tetapi dia tampak ketakutan. Dia berkata kepadaku dan beberapa teman lainnya: "Ayo ikut aku... bantuin jaga karena aku takut sama papaku. Dulu sebelum masuk asrama aku dan adikku disuruhnya mengemis. Jika kami tidak mau, kami dipukuli. Aku takut dibawa papaku lagi. Enak di asrama."

Ketika mendengar penjelasannya, aku prihatin sekaligus bersyukur. Syukurlah papaku tidak sejahat papanya. Setidaknya papaku sendiri yang mencari uang di negeri seberang dan kami tidak pernah disuruh mengemis seperti Irma.

Suatu hari suster kembali ke asrama sambil membawa David - seorang anak yang kakinya lumpuh. Kata suster anak itu ditemukan di tempat sampah dan kemungkinan besar sengaja dibuang oleh orang tuanya. Fiuh... untunglah aku dan adikku tidak dibuang ke tempat sampah dan hanya dititipkan di asrama. Oh... ternyata masih ada orang tua yang lebih tega hati daripada papa. Kemungkinan besar David tidak bisa bertemu orang tuanya lagi sedangkan aku masih bisa berkumpul dengan mereka lagi.
Kolose 3:15  Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.
Kedamaian Hati
Hehehe... realita di asrama membuatku belajar bersyukur dalam segala keadaan. Sewaktu kecil aku membaca kisah dua sahabat yang tidak puas dengan orang tuanya sehingga mereka memutuskan bertukar posisi dan kedua orang tua mereka juga setuju. Namun, setelah bertukar orang tua, mereka malah merindukan orang tua mereka masing-masing.

Kita tidak bisa memilih siapa orang tua kita tetapi kita bisa memilih untuk bersyukur atas orang tua yang telah Tuhan berikan kepada kita. Papaku bukan sosok ayah yang sempurna tetapi aku bersyukur papaku tidak sekejam papanya Irma dan David. Meskipun segala yang terjadi tak selalu seiring sejalan dengan keinginanku, kini kutahu pasti semuanya untuk kebaikanku. Seandainya aku tidak masuk asrama, mungkin aku menjadi anak yang manja dan nakal. Hehehe... mungkin saja begitu.

SEMUA BAIK. Dari semula t’lah Kau tetapkan Hidupku dalam tangan-Mu, Dalam rencana-Mu Tuhan. Rencana indah t’lah Kau siapkan Bagi masa depanku yang penuh harapan. Reff: S'mua baik, s’mua baik. Apa yang t’lah Kau perbuat di dalam hidupku. S’mua baik, sungguh teramat baik. Kau jadikan hidupku berarti.

Kita tidak kebetulan berada di dalam sebuah keluarga. Ada rencana Tuhan di dalamnya.
Yesaya 42:6, 8  Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa, Aku ini TUHAN, itulah nama-Ku; Aku tidak akan memberikan kemuliaan-Ku kepada yang lain atau kemasyhuran-Ku kepada patung.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.