Panggilan Bermultiplikasi
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 19 Juni 2022
Katanya: "Perpisahannya nanti saja
ya..." Jawabku: "Iya…". 31 Mei lalu aku sudah
menanyakan tanggal terakhirnya di Surabaya, yaitu 30 Juni. Jadi, aku memahami
maksud kata 'nanti' yang dia ucapkan. Meskipun demikian, aku pun terheran-heran
dengan karya Roh Kudus.
Semasa SMA aku tuh sebel banget kalau
ditempatkan duduk sebangku dengan teman yang bau rokok. Aku selalu
berusaha menjaga jarak dari mereka. Saat itu aku pun ingin pindah tempat duduk
agar bisa bernafas lega, tetapi tak bisa karena teringat masa SMP.
Kala itu aku dihukum hanya karena pindah tempat duduk. Jadi, mana mungkin kuulangi kesalahan yang sama? Kalau mau buat kesalahan, ya
kreatif dikit lha biar tidak seperti babi yang kembali ke muntahnya… hehehe…
Kemudian aku tinggalkan dia sekalipun dia
lebih baik daripada teman pertama yang malah menyemburkan asap rokoknya ke
arahku ketika aku menutup hidung saat mencium aroma rokoknya. Eh, di tempat
lain dan pada kesempatan lain malah dipertemukan lagi dengan teman yang juga
bau rokok. Sekalipun bukan teman sekantor, tetap saja sesekali bertemu dia.
Aku pun sudah beberapa kali berusaha
menjauhinya, tetapi ada aja hal-hal yang terjadi sehingga aku kembali
menghubunginya. Ketika ditegur atau diingatkan agar berhenti merokok serta
diberi firman, tentu saja dia diam saja. Namun, aku dapat membaca wajahnya yang
kesal dengan teguranku.
Nah, ada kalanya kekesalan terpendamnya itu
tersampaikan lewat perkataan atau sikapnya. Ketika hal ini terjadi, tentu saja
aku ikutan kesal. Aku pun selalu berkata: "Cukup sudah. Ini yang
terakhir. Aku tidak mau berurusan dengannya lagi."
Namun, suara hatiku selalu berkata: "Ini
belum berakhir. Ini hanya belokan. Yang terakhir akan menjadi yang terdahulu
dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir." Wew... yang benar saja.
Masa sudah diabaikan, ditolak, dibohongi, diomeli, dicuekin, dan dihindari,
tapi tetap saja berusaha menghubungi dia? Dimana harga diriku? Masa aku nggak
punya gengsi? Ini malu-maluin lha.
Roma 10:11 Karena
Kitab Suci berkata: "Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan
dipermalukan."
Eh, ternyata benar lho. Entah bagaimana ceritanya, sampai kini aku masih saja mengingatkan dia agar menjauhi rokok dan masih saja memberinya firman. Padahal, acapkali kesal sama dia, aku sudah sering bilang: "Ini yang terakhir", tetapi ternyata belum berakhir.
Hahaha... sampai akhirnya 31 Mei lalu dia
berkata: "Perpisahannya nanti saja ya..." Hahaha... aku
sampai heran dan bertanya-tanya: "Ada apa denganku? Ada apa dengannya?
Apa Tuhan tidak mengetahui bahwa dia akan pergi?" Aku sih
bertanya-tanya: "Mengapa Roh Kudus amat ngotot? Padahal, kalau aku
gagal membuatnya berhenti merokok, Tuhan bisa memakai orang lain lagi."
Ah, kurasa Roh Kudus belum mau menyerah
terhadapnya. Roh Kudus masih mau terus berjuang hingga detik-detik terakhir.
Nah, masalahnya Roh Kudus tuh tidak punya tubuh. Jadi, dia menggunakan tubuh,
hati, jiwa, dan pikiranku hingga rasanya sempat nggak karuan. Rasanya
ingin menyerah, tetapi kok tak bisa menyerah? Maka, aku hanya bisa menyanyikan lagu
di bawah ini.
TIADA yang LAIN
Selain Kau tiada yang lain. Hanya
Kau milikku di Surga. Sekalipun dagingku lenyap, Hatiku lelah tak berdaya.
Kusembah Engkau, Allah yang perkasa. Kusanjung tinggi nama-Mu di hidupku. Tuhan,
tiada yang lain. Hanya Kau satu di hatiku.
Wah, jangan-jangan target Roh Kudus bukan
cuma dia. Jangan-jangan aku juga ditarget agar bisa semakin gigih dan sabar,
seperti nabi Yeremia yang pantang patah arang. Sekalipun selama di Bumi dia
tidak melihat tuaiannya, dia tetap menabur... wkwwkw...
0 komentar:
Post a Comment