Sunday, August 10, 2025

Yang Ditakutkan Malah Menakut-nakuti

Melihat yang Tidak Kasat Mata
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 10 Agustus 2025

Amsal 19:21 (TB) Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan TUHANlah yang terlaksana.

Itulah bunyi ayat perjamuan kudus hari ini. Faktanya, ya memang seperti itu. Seringkali kita ingin lewat jalan tol yang mulus tanpa hambatan, tetapi faktanya banyak rintangan untuk mencapai suatu tujuan. Ini karena Tuhan tidak pernah menjanjikan kemudahan. Dia hanya menjanjikan penyertaan. Seringkali aku merancangkan hal-hal yang mudah. Jika bisa dipermudah, mengapa dipersulit? Namun, iblis suka membuat segalanya serba sulit. Untunglah Tuhan turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita.

Yeremia 29:11 (TB) Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.

Ketidakpastian akan hari esok seringkali juga menimbulkan kekuatiran. Namun, Tuhan mengatakan bahwa rancangan-Nya adalah hari depan yang penuh harapan. Jika bisa mempercayai hal ini, tentulah tak ada yang perlu ditakutkan.

Ayub 3:25 (TB) Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku.

Kadang kala kita takut ketika harus menghadapi hal-hal yang tidak kita sukai atau berada di luar zona nyaman kita. Namun, ketika kita merasakan penyertaan Tuhan, rasa takut itu sirna. Sejak dulu aku selalu menghindari pembicaraan dengan orang asing dan pergi ke tempat asing.

Untuk mengatasi hal ini, aku sudah belajar membaca wajah, bahasa tubuh, karakter, dan mencari informasi terkait orang dan lokasi tersebut. Namun, tetap saja harus ada penyertaan Tuhan karena seringkali ada kejutan di luar informasi dan pengetahuan yang kita miliki.

Proses menumbuhkan keberanian memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Ada banyak rasa takut yang terlebih dahulu harus kita hadapi sebelum keberanian itu muncul dan menetap dalam diri kita. Ketika ikut karya wisata ke Bali semasa remaja, beberapa teman suka mendekati bule untuk berbincang dengan mereka. Namun, aku lebih suka tidak melibatkan diri dengan mereka.

Ketika kuliah, aku pun melakukan hal yang sama. Sekalipun sempat sekelas dengan orang Korea, aku pun menjaga jarak dari mereka. Sebelum itu aku pun sengaja pergi dari asrama supaya tidak disekolahkan di Belanda oleh suster Belanda. Bahkan, aku batal kuliah hukum demi menghindari belajar bahasa Belanda. Eh, ketika naik bemo, justru ada cowok Indonesia yang lahir di Belanda sengaja duduk di sampingku. Untunglah dia berbahasa Indonesia karena katanya dia ingin meningkatkan kemampuan bahasa Indonesianya.

Suatu hari tanteku berkata, "Nanti kalau saya punya uang, saya akan bayari kalian supaya bisa pergi ke Kanada." Syukurlah hingga dia pensiun dan pindah ke Amerika, rencananya tak pernah terwujud... hehehe... Beberapa orang pun takut ke negara lain. Namun, ada orang yang justru suka berpindah-pindah negara. Ketika ada yang bertanya kepadaku, "Apa mau pergi ke Jepang?"; "Siapa mau pergi ke Cina?", tentu saja aku pasti tidak mau sekalipun gratis.

Kemudian ada bos Taiwan berkata, "Jika kalian bekerja dengan baik, nanti ada hadiah jalan-jalan ke Taiwan." Pikirku, "Itu hadiah atau hukuman? Bagi orang lain, itu hadiah, tetapi bagiku, lebih baik kasih uangnya saja atau tidak usah memberi hadiah." Hehehe… untunglah dia tipe omdo (omong doang) seperti salah satu tanteku itu karena seringkali mereka menyampaikan rencana yang terlampau jauh ke depan alias belum tentu direalisasikan. Jadi, aku sih masih bisa tenang... wkwwkw...

Jadi, apa yang kita takutkan justru menimpa kita atau sering menakut-nakuti kita. Ketika hal ini terjadi, lebih baik kita hadapi setahap demi setahap bersama Tuhan. Lambat laun keberanian kita akan meningkat.

Penawar Rasa Takut

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.