Pembaca Hati
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 2 Juli 2023
Kemudian sambil menggerakkan tangan ke arah
Femin, Maskul seolah-olah berkata kepada pak Engkok, "Sampaikan kepadanya."
Ketika pak Engkok menerjemahkan semua perkataan Maskul, Femin hanya membatin,
"Kenapa dia menyampaikan hal ini di depan para pria dan bukan para wanita?
Di sini hanya ada satu wanita Bro."
Maka, mengertilah Femin bahwa kemarin sore
Maskul memang sempat kesal kepadanya, seperti dirinya. Namun, pada saat
bersamaan kelihatannya Maskul dan Femin sama-sama ditegur oleh hati kecilnya.
Mungkin sama seperti Femin, Maskul juga ditegur lewat filosofi teh sehingga
hari itu Maskul meminum teh di depan Femin.
Amsal 21:1 (TB) Hati
raja seperti batang air di dalam tangan TUHAN, dialirkan-Nya ke mana Ia ingini.
Femin hanya membatin, "Dia benar
sekali. Ini bukan zamannya wanita dijajah pria. Aku bukan wanita yang bisa
berperan seperti Siti Nurbaya. Aku tidak bisa menunggu pria melakukan perubahan dalam hidupku. Jika aku
ingin perubahan, lebih baik aku bertindak seperti R.A. Kartini, Cut Nyak Dien,
atau para pahlawan wanita lainnya."
Sambung pikirannya, "Kalau menunggu bantuan pria, bisa makan ati Bro. Mereka tuh terlalu takut bertindak atau sok jual mahal. Tapi, kenapa ya dia bisa mengatakan semua itu? Mungkinkah dulu dia dan papanya juga menekan memenya? Ah, untunglah aku tak pernah punya koko."
Lalu Maskul berkata lagi, "Mulai
sekarang kamu kuberi tanggung jawab lebih banyak. Kamu harus urus ini dan
itu." Femin mengangguk sambil membatin, "Oke, kuterima
tantanganmu." Jadi, Maskul menambahkan lagi, "Kamu urus semuanya.
Bukan hanya secara tepat waktu, tetapi juga akurat."
Femin tersenyum kecil karena menyadari
bahwa Maskul masih menyimpan sedikit kekesalan terhadapnya. Dia pun hanya
berkata-kata di dalam hatinya, "Aku akan berusaha semampuku. Kalau
aku sudah tak mampu, aku akan minta Tuhan turun tangan."
Maskul juga tersenyum. Dia terlihat amat
gemas terhadap Femin. Gemas tuh merupakan campuran rasa kesal dan kasih.
...ihihihi... Di satu sisi Maskul dan Femin sama-sama kesal karena perbedaan
realita dengan harapan yang ada, tetapi di sisi lain keduanya sama-sama
berusaha saling mengerti perbedaan itu.
Dulu Femin yang selalu membuat orang
bertanya, "Kok kamu bisa tahu?" Eh, sekarang Femin yang bertanya-tanya, "Kok Maskul bisa tahu? Bagaimana mungkin
hati dan pikiranku tak tersembunyi darinya? Aku seperti telanjang di depannya,
sangat transparan seperti teko tehnya. Bagaimana jika dia memanfaatkanku?
Seharusnya tidak bisa sih selama aku juga bisa membacanya."
Namun, untuk berjaga-jaga, Femin pun
memohon kepada Tuhan agar kemampuan Maskul dalam membacanya dibatasi. Ah,
seharusnya hanya Tuhan yang mampu melihat hal-hal tersembunyi di hati ini,
tetapi beberapa orang memang diberi karunia khusus dalam membaca emosi dan
situasi. "Ah, kenapa harus belajar membuka hati kepadanya?" Tanya
Femin.
PRIBADI yang MENGENAL HATIKU
S'perti rusa yang haus Rindu
aliran sungai-Mu, Hatiku tak tahan menunggu-Mu. Bagai tanah gersang Menanti
datangnya hujan, Begitupun jiwaku Tuhan.
Hanya Engkau Pribadi yang mengenal hatiku. Tiada yang tersembunyi bagi-Mu.
S'luruh isi hatiku Kau tahu dan bawaku 'tuk lebih dekat lagi pada-Mu, Tinggal
dalam indahnya dekapan kasih-Mu.
0 komentar:
Post a Comment