Sunday, December 19, 2021

Ada Apa dengan Gereja?

One Last Look Then Go!
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 19 Des 2021

Ketika kudengar ada gereja yang menargetkan sejumlah jiwa untuk membangun sejumlah gereja, aku pun bertanya-tanya. Mengapa gereja zaman sekarang hampir menyerupai sistem dunia? Mengapa ada gereja yang tampak fokus memperbesar kuantitas orang yang direkrut? Apakah kualitasnya juga benar-benar diperhatikan? Mengapa di Alkitab tidak tertulis bahwa Tuhan pernah fokus memperbesar kuantitas murid-Nya?

Murid Yesus hanya 12 orang. Mengapa Dia tidak memperbanyak murid? Sekalipun Dia benar-benar fokus pada kualitas 12 murid, Dia masih bisa gagal dengan satu orang. Namun, Yesus benar-benar memperhatikan kualitas hati dan iman para murid sehingga dia sudah memprediksi kegagalan murid-Nya. Yesus pun tidak pernah memaksa orang untuk dimuridkan oleh-Nya. Ketika banyak murid mengundurkan diri (Yohanes 6:60-66), Dia tidak berusaha membujuk mereka. Bahkan, Yesus malah memberikan penawaran pada 12 murid untuk mengundurkan diri juga.

Yohanes 6:67 Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: "Apakah kamu tidak mau pergi juga?"

Ketika Gideon diminta mengusir musuh, Tuhan juga tidak mau memakai banyak orang. (Hakim-hakim 7) Tuhan justru memulangkan banyak orang yang mungkin awalnya terpaksa ikut maju.

Hakim-hakim 7:3 Maka sekarang, serukanlah kepada rakyat itu, demikian: Siapa yang takut dan gentar, biarlah ia pulang, enyah dari pegunungan Gilead." Lalu pulanglah dua puluh dua ribu orang dari rakyat itu dan tinggallah sepuluh ribu orang.

Jemaat gereja mula-mula juga bertambah banyak bukan karena program pemuridan mereka yang luar biasa. Tuhan menambah jumlah mereka karena kehidupan mereka bisa menginspirasi orang lain untuk mengikuti mereka. Mereka melakukan segala sesuatunya dari hati sehingga seperti ada suatu dorongan dari dalam hati mereka yang menjamah kehidupan orang lain di luar gereja. (Kisah Para Rasul 2:41-47)

Hal itu sungguh berbeda dengan gereja zaman now. Dulu ada orang Kristen yang rajin pelayanan hingga dia membawaku masuk ke gerejanya. Namun, kini dia sudah berubah. Jangankan pelayanan di gereja, dia tidak mau ke gereja lagi. Ada apa dengannya? Ada apa dengan gereja?

Ada teman senior dari gereja lain yang mengatakan enggan ke gereja karena ribet kalau harus daftar online dulu. Maklumlah tidak semua generasi memahami teknologi baru. Beberapa orang masih terpatri dengan cara tradisional karena faktor usia dan lain hal sehingga pendaftaran online terasa menyulitkan. Maka, aku bertanya kepada saudara seimanku itu, "Kamu mau ke gereja? Kamu mau ikut ibadah Natal? Kalau mau, kudaftarin." Namun, dia menolak, baik ibadah Minggu maupun ibadah Natal. Ada apa dengan dia? Ada apa dengan gereja? Bukankah dulu dia begitu berapi-api melayani Tuhan? Mengapa kini nyalanya meredup?

Beberapa gereja selalu mendorong jemaat untuk melayani di gereja. Padahal, tidak semua orang mendapat dorongan dari dalam hatinya untuk melakukan hal itu. Karena segan atau tak enak hati dengan pimpinan atau jemaat senior, mereka pun terpaksa mengikuti program pemuridan gereja hingga melayani di gereja. Kalau tidak mau ikut, mereka akan ditelepon terus menerus hingga dijemput di rumah.

Dengan demikian, gereja yang awalnya berfungsi untuk meringankan beban, pada akhirnya malah membuat beberapa orang tertekan dengan beban berat karena adanya tuntutan ini dan itu. Alhasil, ketika diterpa masalah, beberapa jemaat bisa kehilangan sukacita dalam melayani. Karena kehilangan sukacita di gereja, beberapa orang mulai meninggalkan gereja. Bahkan, ada yang menjadi batu sandungan di dalam gereja.

Untuk menarik orang terhilang, Gereja harus pergi keluar dan bukan memaksa mereka masuk ke dalam gereja. Apa ada gunanya jika gereja banyak dipenuhi oleh orang Kristen KTP atau orang Kristen robot? Nah, ketika orang terhilang mulai merasakan kehadiran Tuhan dalam keseharian mereka di luar gereja, dengan sendirinya Tuhan akan menanamkan kerinduan ilahi di hati mereka. Hal ini seperti dorongan hati yang pernah dirasakan Yeremia.

Yeremia 20:9 Tetapi apabila aku berpikir: "Aku tidak mau mengingat Dia dan tidak mau mengucapkan firman lagi demi nama-Nya", maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku tidak sanggup.

~ Perubahan sejati selalu dimulai dari dalam lalu memancar keluar. ~

Panggilan Tuhan juga seperti itu. Panggilan-Nya selalu disertai dorongan Roh Kudus dari dalam hati dan dorongan itu tidak bisa diredam oleh kita sekalipun kita berusaha mati-matian untuk meredamnya. Bahkan, keterbatasan kita pun tak bisa menghalangi-Nya bekerja di dalam diri kita.

PENGUASA yang KEKAL
Kupandang wajah-Mu ya Bapaku. Dengan senyuman-Mu Kau meneduhkanku. Kupanggil nama-Mu, oh Yesusku. Dengan pasti Engkau menjawabku.
Kau menjadikanku sahabat-Mu. Tiada sekalipun Kau membiarkanku. Di saat ku lelah 'tuk berjalan dengan seg`ra Engkau menggendongku.
Reff : Kuasa-Mu sempurna menjamah hatiku. Kuasa-Mu sempurna selamatkan hidupku. Kau s`lalu berikan kesempatan baru di dalam hidupku. Hanya Engkau Tuhan yang s`lalu kupegang. Hanya Engkau Tuhan yang s`lalu kusembah. Di setiap waktu ku 'kan mengikut-Mu dan memuliakan-Mu.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.