Saturday, July 12, 2014

Hari Ke-16: Hidup adalah Mengasihi

Renungan Hari ke-16 dari buku 'Purpose Driven Life' ~ Rick Warren (Untuk Apa Aku Ada di Dunia Ini)
Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Galatia 5:14) 
Bagaimanakah aku dapat mulai memperlakukan orang percaya lainnya sebagai anggota keluargaku sendiri?
Lirik Lagu 'Bahasa Cinta'
(http://youtu.be/n_jU9g6S3PE)

Reff:
Ajarilah kami bahasa cinta-Mu agar kami Dekat pada-Mu ya Tuhanku.
Ajarilah kami bahasa cinta-Mu agar kami Dekat pada-Mu.

Andaikan aku lakukan yang luhur mulia, Jika tanpa kasih cinta hampa tak berguna. ---Reff
Andaikan aku pahami bahasa semua, Hanyalah bahasa cinta kunci tiap hati. ---Reff
Cinta itu lemah lembut, sabar, sederhana. Cinta itu murah hati, rela menderita. ---Reff
Andaikan aku dermakan segala milikku, Tapi hanyalah cintaku sanggup membahagiakan. ---Reff

Tak Kenal maka Tak Sayang: Mulai Kenalan Dulu Yuuk :)

Beberapa minggu setelah dibaptis aku berkenalan dengan Nico - saudara seiman yang beda rumah. Saat itu dia belum mengetahui agamaku tetapi dengan yakinnya dia bertanya: "Ce, kamu ikut gereja mana?" Lalu aku sedikit bergumul di dalam hati: "Enaknya jawab apa ya? Aku emang sudah dibaptis di gereja tapi sertifikat baptis 'kan belum keluar. Enaknya jawab sesuai KTP dulu atau sesuai fakta yang ada?"

Akhirnya kuputuskan untuk bicara sesuai fakta: "mmm...di GMS tapi aku masih baru baptis beberapa minggu lalu." Eh, ternyata dia masih tanya lagi: "Kok isa dibaptis ce? Ya apa ceritaè?"

Aku langsung berpikir: "Waduuuh...ceritanya 'kan panjang dan aku kurang suka bicara panjang lebar terutama kepada orang yang baru kukenal. Cerita nggak ya?"

Lalu aku teringat pada doa kelepasan saat pelajaran pra-baptis 27 April 2014. Saat itu di dalam salah satu doanya bu Majid mendoakanku agar berani menyatakan kebenaran. Maka, setelah berpikir sejenak kuberanikan diriku bercerita tentang keajaiban-keajaiban yang membuatku dibaptis. Lantas aku mulai bercerita tentang:
Setelah mendengar ceritaku dia berkata: "Kalau dapat lagu-lagu, mungkin Tuhan ingin cece menyembah. Mungkin cece diminta menjadi full timer gereja. Nti kasih kesaksian ya ce?" Seketika itu juga di dalam pikiranku langsung terlintas diriku sedang bersaksi di depan banyak orang sehingga buru-buru kujawab: “Nggak lha.” Lalu aku segera mengalihkan topik pembicaraan ke arah dirinya: "Kalau kamu, gimana ceritanya bisa dibaptis?" Lantas dia pun menceritakan kisahnya tetapi tidaklah sedramatis kisahku J.

Berawal dari perbincangan tersebut aku seolah-olah mendapatkan dorongan kuat dari sosok tak terlihat untuk mulai menulis kesaksian hidupku. Di sisi lain, perbincangan itu juga menimbulkan sedikit kecemasan di hati: "Full timer gereja??? Bersaksi di gereja? Aku tidak mau, Tuhan. Tidak bolehkah aku mempunyai keinginanku sendiri? Oh..., tentunya Kau tidak ingin aku jadi robot."

Lantas seminggu kemudian aku menghadiri pertemuan keluarga Allah lagi. Pada malam ini seorang bapa rohani berkata: "Kami telah memiliki banyak full timer gereja dan kami tidak membutuhkan full timer gereja lagi. Namun, Tuhan sangat membutuhkan banyak full timer Kristiani. Jadi, setiap orang Kristen jangan hanya hidup Kristen di gereja tapi hiduplah secara Kristen setiap saat."

Bersyukur atas Anugerah Tuhan
Seketika itu juga aku merasa lega: "Ah... Syukurlah. Puji Tuhan. Jika Tuhan tidak memaksaku menjadi full timer gereja, tentu tak seorang pun dapat memaksaku..hehehe... Senang mendengarnya. Damailah hatiku. J"

Rasanya saat itu juga aku ingin segera menemui Nico dan berkata padanya sambil tersenyum lebar: "Hei Nic, tampaknya kamu salah. Bapa tidak memintaku menjadi full timer gereja kok. Bapa hanya memintaku menjadi full timer Kristiani... sama sepertimu dan sama seperti yang Dia minta kepada setiap orang Kristen lainnya...hahaha..." Namun, pada akhirnya aku tidak jadi menegurnya karena ada sesuatu di dalam diriku yang menahanku bicara hingga tergoreslah cerita ini. :)

Oleh karena itu, beberapa minggu kemudian Nico kembali bertanya padaku: “Ya apa ce? Ada kemajuan nggak?” Aku langsung bertanya: “Apanya?” Dia menjawab: “di gereja.... ikut pelayanan nggak?”  Saat itu aku hanya tersenyum simpul sembari berkata: “Nggak ikut... masih seperti biasanya lha.” Namun, di dalam hati aku berkata: “Tunggu dan lihat saja. Hal-hal yang tidak pernah timbul di dalam hati dan pikiranmu... itulah yang akan terjadi tetapi kini waktunya belum tiba J.”

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.