Orang Tua di Atas Kertas
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 11 Mei 2025
Suatu hari aku juga memerlukan tanda tangan
direktur, tetapi dia tidak mau memberikannya. Ternyata dia sudah resign.
"Tolong beritahu kalau dia masih direktur di atas kertas,"
ujarku kepada temanku. Sayangnya, direktur itu tetap tidak mau tahu dan meminta
namanya segera dihapuskan dari akta perusahaan.
Oalah... Jika sudah pernah menemukan
keberadaan orang tua di atas kertas, tentulah tidak terlalu mengejutkan
jika kita juga menemukan keberadaan direktur di atas kertas... wkwwk... Bahkan,
agamaku juga hanya di atas kertas karena KTPku masih menyatakan bahwa agamaku
Budha. Lucunya, dari dulu tak pernah ada yang percaya bahwa aku beragama Budha. Mereka juga tidak mempercayai KTPku. Mereka lebih percaya jika aku
Katolik atau Kristen.
Mengapa begitu? Mungkin aku tidak terlihat sebijaksana
Budha dan kadang agak konyol. Contoh: Ada teman berkata, "Kita ini seperti
badut. Mereka pasti menertawakan kita." Jawabku, "Lebih baik
membuat orang tertawa daripada membuat orang menangis." Hahaha...
akhirnya pemberi pesan ikut tertawa.
Ketika sakit, aku malah berkata, "Perutku seperti dimasuki oleh Sun Go Kong", "Aku seperti pejuang kemerdekaan". Ketika sopir angkot ngebut, status di Facebook-ku pada masa itu, "rasanya seperti memasuki arena balapan F1." Hahaha... Ketika mengetahui situasi sebenarnya, mereka pun ikut tertawa.
Bahkan, pasca kebakaran, tanpa sadar aku berlagak seperti putri Indonesia yang diarak dengan kereta kencana… wkwwk… Ketika aku marah dan
berkata, "Carikan akuntan dari tahun 1940-an", orang lain pun malah tertawa.
Mazmur 4:8 (TB) Engkau
telah memberikan sukacita kepadaku, lebih banyak dari pada mereka ketika mereka
kelimpahan gandum dan anggur.
Karena satusku juga karyawan outsourcing, aku pun setuju jika pemerintah menghapuskan outsourcing. Namun, sekalipun pemerintah tidak menghapusnya, aku juga tidak perlu ambil pusing karena aku juga tidak cocok dengan hubungan kerja jangka panjang. Jika tekanan terlalu besar, aku pun pasti memilih pergi jua sekalipun statusku sudah pegawai tetap.
Selain itu, beberapa perusahaan juga
curang. Demi menghindari bayar pesangon jika memecat karyawan tetap, mereka
bisa memutasi karyawan ke bagian lain yang tidak sesuai bidang atau minat
mereka. Alhasil, mereka terpaksa resign tanpa pesangon.
Lagipula aku punya Jehova Jireh yang
menjamin masa depanku. Jadi, apapun statusnya, yang penting andalkan Tuhan
saja. Setidaknya status kita sebagai warga Kerajaan Allah tidak akan bisa
dibatalkan oleh pengusaha dan tidak bisa dihapuskan oleh pemerintah dunia...
hahaha...
Filipi 3:20 (TB) Karena
kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan
Yesus Kristus sebagai Juruselamat,
LAPANGKANLAH TEMPAT KEMAHMU
Verse 1: Lapangkanlah tempat
kemahmu. Bentangkan tenda kediamanmu. Jangan menghemat panjangkan talinya dan
pancangkan kokoh patokmu. (Yesaya 54:2 TB)
Chorus: S'bab engkau 'kan
mengembang ke kanan ke kiri. Keturunanmu 'kan memp'roleh bangsa-bangsa dan
mendiami kota-kota sunyi. Siapkanlah dirimu. (Yesaya 54:3 TB)
Verse 2: Tuhan ini kami
hamba-Mu. Jadilah sesuai kehendak-Mu. Kami siap jalankan Firman-Mu. Nyatakanlah
kemuliaan-Mu.
Dulu salah satu teman kerjaku juga terpaksa
outsource anak. Dia dan suaminya tak kunjung dikaruniai anak setelah
beberapa tahun menikah. Sementara itu, ada orang miskin yang kaya anak. Karena
tidak mampu membayar biaya persalinan dan membesarkan anak lagi, dia mau
menyerahkan anak di kandungannya ke sebuah yayasan. Yayasan pun bersedia dengan
syarat: dia tidak boleh mencari dan menemui anak kandungnya lagi.
Lantas pihak yayasan meminta temanku
mengadopsi bayi itu dengan syarat dia mau membayar biaya persalinan bayi itu
juga. Karena temanku bersedia, setelah dilahirkan, bayi itu langsung diambil
oleh pihak yayasan dan diserahkan kepadanya.
Setelah belasan tahun berlalu, kulihat putra adopsinya itu makin mirip dengan temanku dan suaminya. Bukan hanya postur tubuhnya yang mirip, melainkan wajahnya juga mirip. Wow... ini keajaiban kasih. Kadang kala kasih orang tua angkat lebih mengagumkan daripada kasih orang tua kandung.
Di asrama aku pun sempat berkenalan dengan anak
pungut. Anak laki-laki itu benar-benar dipungut oleh suster dari tempat
sampah. Dia dibuang karena kakinya cacat. Dia terpaksa menghabiskan waktu di
kursi roda dengan bermuram durja. Beberapa anak asrama pun berusaha
menghiburnya. Bagaimana mungkin keluarga kandung bisa sekejam itu?
Mengapa Tuhan memberikan anak kepada orang
tua yang tidak bertanggung jawab? Mengapa beberapa orang tua yang baik juga
tidak dikaruniai anak kandung? Jalan cerita Tuhan sungguh tak terselami.
Mungkin mereka diciptakan untuk saling melengkapi. Jadi, outsource
keluarga pun tak bisa dihindari.
Yesaya 49:15 Dapatkah
seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari
kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.
Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku; tembok-tembokmu tetap
di ruang mata-Ku.
Beberapa orang harus outsource
keluarga karena dipaksa oleh keadaan. Namun, pada saat bersamaan, beberapa
orang justru berharap tidak punya keluarga karena kecewa dengan perlakuan
keluarganya. Hmm... apapun yang terjadi, Tuhan pasti merancangkan cerita
berbeda untuk mendatangkan kebaikan bagi setiap orang yang mengasihi-Nya.
Amsal 23:17-18 (TB) Janganlah
hatimu iri kepada orang-orang yang berdosa, tetapi takutlah akan TUHAN
senantiasa. Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.








0 komentar:
Post a Comment