Hati-hati dengan Hati!
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 8 Nov 2024
Aku ini tidak kurang sibuk, bahkan
sangat sibuk, tetapi kenapa masih sempat-sempatin mengurus hati orang lain? Gerutuku kesal sendiri. Namun, kupikir lebih baik aku urus hati
orang lain selagi aku masih kuat daripada nantinya hatiku terkontaminasi oleh
hatinya ketika sedang lemah.
Ibu itu iri kepada Tong Kosong karena bapak
itu digaji tinggi padahal tidak banyak bekerja dan lebih banyak santai. Namun,
aku berkata kepadanya, "Itu uang haram. Uang haram tuh tidak akan membawa
damai dan pasti cepat habis. Untuk apa kamu iri kepadanya? Justru kamu
harus bersyukur. Sekalipun gajimu tidak tinggi, saat bekerja kamu masih dibantu
oleh temanmu." Ketika menyadari ada berkat lain selain gaji, dia pun mau
bersyukur.
Teman lain berkata, "Jika melihat
orang yang bekerja keras digaji kecil, sedangkan orang yang tidak banyak
bekerja digaji tinggi, rasanya iri. Namun, kadang kala yang kita anggap tidak
adil, mungkin bagi Tuhan itu adil." Jawabku, "Iya, jangan berharap
keadilan dari manusia karena hanya Tuhan yang bisa memberikan keadilan.
Lagipula orang malas yang digaji tinggi juga tidak akan beroleh damai dan
uangnya akan cepat habis."
Timpalnya, "Iya, mungkin dia akan
mengalami beberapa hal yang akan menguras uangnya. Maka, pada akhirnya
perolehan dia juga akan sama saja dengan perolehan orang yang bekerja
keras." Teman lain menyeletuk, "Orang malas itu menggunakan jasa
dukun mana? Aku juga mau menemui dukunnya... hahaha..." Ah, berkat dari dukun tidak akan langgeng.
Yeremia 17:5 (TB) Beginilah
firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang
mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!
Daripada menggunakan jasa dukun, lebih baik
bersyukur karena Tuhan sudah memberi banyak berkat lain selain gaji. Beberapa
hari lalu aku komplain karena badanku terasa sakit semua, terutama mata,
tangan, dan bahu. Kakiku pun sampai kram. Semua terjadi karena beban tugas
makin bertambah, tetapi Tuhan tidak segera mengirimkan penolong. Padahal, aku
sudah memintanya segera. ASAP
Matius 9:37-38 (TB) Maka
kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja
sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia
mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu."
Seorang teman penyuka olahraga pernah berkata, "no pain, no gain." Ah, yang benar saja. Aku tidak setuju dengan pernyataannya karena justru makin banyak pain (sakit), rasanya aku bisa makin cepat berpulang ke rumah Bapa. Lagipula aku juga tidak pernah meminta hasil yang besar. Menjadi kepala juga bukan impianku, tetapi Tuhan tidak memberiku pilihan.
Ya, kadang kala hidup itu lucu. Promosi
diberikan kepada orang yang tidak pernah memintanya. Justru orang yang sangat
ingin dipromosikan, malah tidak mendapatkannya. Lucu ya?
Ini seperti perjalanan pulangku minggu
lalu. Aku pikir sopir gojek sudah mengetahui bahwa dia harus lewat jalan
layang, tetapi dia malah memilih jalan bawah yang penuh kemacetan dan membuat
kami harus berputar-putar hingga melewati Taman Makam Pahlawan lagi. Alhasil,
kuingat lagi lagu Kebangkitan Baru… wkwwkw…
Jika kutahu bahwa dia kurang berpengalaman,
aku pasti menunjukkan jalan yang harus dia tempuh. Jadi, sekalipun dia pemegang
kemudi, aku yang akan mengendalikan arahnya... hahaha... Namun, aku malah
menilainya terlalu tinggi. Huff...
Seringkali kita pun seperti itu terhadap
Tuhan. Sekalipun Tuhan pemegang kemudinya, kita mau mengatur arah hidup kita
sendiri. Nah, ketika Tuhan tidak mengikuti arah kemauan kita karena dia
sengaja memilih jalan bawah yang macet dan berputar-putar, kita kesal terhadap-Nya.
Ah, kupikir Tuhan Maha Tahu, tetapi kenapa
Dia memilihkan jalan seperti ini? Mengapa Tuhan tidak memilih jalan yang
terlihat lebih lancar dan sudah kukenali? Aku ini kesulitan menghafal jalan
baru. Aku membutuhkan waktu lama untuk mengingat jalan asing. Seharusnya Tuhan
tahu ini.
JEJAK-MU TUHAN
Seringku tak mengerti
jalan-jalan-Mu Tuhan bagai di belantara yang kelam. Tanpa seribu tanya namun
tetap percaya. Jejak-Mu Tuhan sungguh sempurna.
Ajarku memahami semua yang Kau ingini agar hidupku puaskan hati-Mu. Bagi-Mu
aku rela sepenuh hati menghamba. Serahkan diri genapi karya-Mu.
0 komentar:
Post a Comment