Monday, May 2, 2016

Tidak Perlu "Orang Pintar"

Jangan Membaca Ramalan Bintang
Catatan Ibadah ke-3 Minggu 1 Mei 2016
Ps.Philip Mantofa: "Orang pintar tidak perlu 'orang pintar' karena sudah pintar."
Orang Pintar Tidak Perlu Dukun
Terkadang untuk menjadi pintar kita harus membayar dengan harga mahal. Sekitar tahun 1997 aku sempat kehilangan jam tangan kulit dari Jepang pemberian papaku. Jam tangan tersebut kusimpan di dalam lemari belajarku tetapi tidak kukunci. Suatu hari ada beberapa tukang yang merenovasi rumahku tanpa diawasi.

Ketika aku pulang sekolah, jam tangan tersebut tak ada di lemari belajar itu. Beberapa tukang pun ditanyai tetapi semua mengaku tak mengambilnya. Karena jam tangan itu dibeli dengan Yen dan jika dikurskan, harga saat itu berkisar Rp5juta, 2 orang tukang pun menawarkan diri untuk mengantar kami menemui 'orang pintar' bernama Mbah Ndok.

Aku dan papa pun pergi ke rumahnya yang sederhana bersama kedua tukang tersebut. Mbah Ndok pun membaca mantra sambil menggerak-gerakkan tangannya di atas api kemenyan. Tak lama berselang dia berkata: "Saya tahu pelakunya tetapi saya tidak bisa memberitahukannya. Namun, saya akan membuat orang itu kebingungan hingga mengembalikan jam tangan tersebut ke tempatnya semula." Karena Mbah Ndok tidak mau dibayar, kami pun hanya berterima kasih kepadanya lalu segera pulang.

Beberapa hari kemudian seorang tukang yang tidak ikut menemui 'orang pintar' tiba-tiba datang ke rumah dan mengatakan bahwa dia mau mengambil perkakasnya yang ketinggalan. Tanpa curiga dia pun dipersilahkan masuk untuk mengambilnya tanpa diawasi. Setelah itu dia pergi. Ketika aku pulang sekolah, kutemukan jam tanganku sudah ada di tempatnya (di dalam lemari belajarku / tempat semula - tepat seperti yang dikatakan 'orang pintar') padahal sebelumnya benar-benar sudah hilang. Maka, kami pun mencurigai tukang itu tetapi tak ada yang kami lakukan terhadapnya karena yang penting jam tangannya telah kembali... hehehe...

Sekitar akhir 2007 tiba-tiba rumah kami kedatangan si jago merah yang mencuri hampir seisi rumah kami. Ealah... ketika kehilangan sebuah jam tangan, kami bisa meminta ‘orang pintar’ membantu kami. Namun, ketika kehilangan sebanyak ini, ‘orang pintar’ mana yang bisa membantu kami? Ya... hanya Tuhan Yesus yang bisa membantu kami tepat pada waktunya.

Pada akhirnya kebakaran tersebut membuat kami belajar ikhlas. Setelah kejadian tersebut kami tidak lagi mencari 'orang pintar' ketika kehilangan ponsel atau semacamnya. Oh, alangkah baiknya bila kita bisa belajar mengikhlaskan sesuatu yang kecil tanpa harus mengalami kehilangan besar terlebih dahulu. Namun, nasi sudah menjadi bubur jadi nikmati saja buburnya... Nikmati saja jalan ceritanya... hahaha...

SEJAUH TIMUR dari BARAT
Sejauh timur dari barat Engkau membuang dosaku. Tiada Kau ingat lagi pelanggaranku. Jauh ke dalam jubir laut Kau melemparkan dosaku. Tiada Kau perhitungkan kesalahanku.

Betapa besar kasih pengampunan-Mu Tuhan. Tak kau pandang hina hati yang hancur. Ku berterimakasih kepada-Mu ya Tuhan. Pengampunan yang Kau beri pulihkanku.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.