Sunday, July 23, 2023

Ingkar Janji Lagi

Warisan Kekal
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 23 Juli 2023

Mr. Smart pernah mengatakan kepada Mr. Bright bahwa dia akan membantu Lui, tetapi malah melupakannya. Sejak saat itu Lui sudah bertekad untuk tidak meminta bantuan kepada Mr. Smart. Eh, tiba-tiba Lui mendapat masalah lagi dengan papanya Mr. Smart.

Saat itu Lui bercerita kepada Mr. Bright tentang permasalahannya. Maka, Mr. Bright berkata, "Ms. Funni dan aku akan segera ke sana untuk membantumu. Namun, kali ini Mr. Smart tidak bisa ikut datang. Jadi, jika kita perlu berkomunikasi melaluinya, yang mungkin merupakan cara terbaik, hal ini memerlukan sedikit waktu lebih lama."

Lui hanya menjawab, "It's okay. Thank you." Ini karena dia telah mengetahui bahwa kata-kata Mr. Smart susah dipegang. Sebelum kembali ke Taiwan Mr. Smart sempat berkata, "Aku akan pulang pada tanggal 29. Nanti aku akan kembali lagi pada 21 Juli. Saat itu kita akan membahas banyak hal tentang masalahmu."

Namun, Lui sudah menduga bahwa Mr. Smart batal datang ketika mendengar Lui marah terhadap papanya. "Ah, sekalipun dia sembilan tahun lebih tua dariku, ternyata dia masih mirip adik-adikku," batin Lui. Acapkali papa Lui membuat keributan, adik-adik Lui akan pergi menjauh.

Sebaliknya, Lui selalu memilih bertahan di tengah badai untuk memastikan semuanya tetap aman terkendali. Biasanya dia hanya diam saja sambil mendengarkan kepentingan kedua belah pihak. Setelah itu dia akan mencari solusi terbaik untuk menyatukan perbedaan kepentingan mereka.

Maka dari itu, Lui bisa memahami jika Mr. Smart hanya mengutus Mr. Bright dan Ms. Funni sebagai pelayan pendamaian. Maklum saja dia bukan Yesus. Ketika Bapa berkonflik dengan manusia berdosa, Yesus sendiri yang turun ke dunia untuk mendamaikan Bapanya dengan manusia. Yesus tidak mengutus manusia lain.

2 Korintus 5:18 (TB) Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami.

Namun, Mr. Smart bersikap seperti adik-adik Lui. Dia pilih menghindar sejauh mungkin hingga ke Jerman. "Kenapa tidak sekalian menemui orang-orang Eskimo saja?" Tanya Lui dalam hati. "Kenapa pula dia tidak memilih ikut mamanya daripada mendampingi papanya yang sudah memiliki wanita pendamping lain?"

Jawab Roh Kudus, "Kenapa kamu tidak meninggalkan papamu ketika dia membuat keributan dengan tetangga?" Jawabku, "Iya, karena dia papaku sehingga aku masih bisa merasa kasihan." "Anggap saja Mr. Smart juga begitu," jawab-Nya.

Pikir Lui, "Iya, bisa jadi inilah tanggung jawab anak pertama. Jika papaku ada di posisi papanya Mr. Smart, mungkin saja papaku akan lebih parah daripada papanya. Dulu papaku sampai pernah diteror mantan bawahannya karena sikapnya yang keras. Namun, papaku tidak sampai minta-minta uang."

Lantas Lui diingatkan bahwa dulu dia juga pernah ribut dengan papanya karena uang kuliah. Hehehe ... iya juga sih. Saat itu Lui kesal karena papanya sempat berkata, "Dulu papa tidak kuliah dan langsung bekerja."

Lui menjawab, "Beda." Kungkung Lui memiliki belasan anak dan dia meninggal ketika Lui masih balita. Sejak saat itu Bobo Lui harus banting tulang menghidupi belasan anaknya yang masih kecil. Sebagai bagian dari koko-koko tertua tentu saja papa Lui harus ikut bekerja keras membantu Bobo menjual bakpao dan makanan lain demi kelangsungan hidup mereka.

Nah, Lui merasa nasibnya berbeda dari papanya karena adik-adiknya tidak mencapai belasan orang. Kedua orang tuanya juga masih hidup. Dia pun dibesarkan di asrama dan selama di sana dia hanya diajari cara meminta dan tidak pernah diajari cara bertahan hidup.

Pemberian Tuhan

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.