Amsal 3:27 (TB) Janganlah
menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau
mampu melakukannya.
Lui menjawab, "Lha masa aku dilupakan
oleh orang yang mau kubantu? Jika dia memang membutuhkan bantuanku, seharusnya
dia juga mau membantuku dan tidak melupakanku begitu saja. Ini baru adil."
Hatinya segera menimpali, "Jadi, sekarang kamu mau membalas dendam?
Bukankah pembalasan adalah hak-Ku?"
Ibrani 10:30 (TB) Sebab
kita mengenal Dia yang berkata: "Pembalasan adalah hak-Ku. Akulah yang
akan menuntut pembalasan." Dan lagi: "Tuhan akan menghakimi
umat-Nya."
Lantas Lui segera membalas pesan Meoni,
"Ga mau ah. Ga minat. Aku di sini saja. Lagi merapikan
sistem." Meoni pun tertawa seraya berkata, "Sudah kerasan
(betah) di sana ya. Ada kenalan akuntan tidak?" Lui hanya menjawab,
"Sebenarnya sih tidak kerasan, tetapi tidak enak jika baru beberapa
bulan sudah keluar."
Lalu Lui japri Eli - teman Kristennya yang
lain, "Mau coba melamar kerja di pabrik kertas? Di sana enak, sudah
tersistem. Bosnya juga orang Kristen yang baik. Liburnya pun mengikuti aturan
pemerintah. Sebenarnya aku yang ditawari olehnya, tetapi kutawarkan padamu
karena di tempatku sekarang banyak yang membutuhkan bantuan. Jadi, tak
enak hati untuk meninggalkan mereka."
Hahaha ... tentu saja Eli tertawa ngakak
seperti Meoni. Alasan Lui emang benar-benar tidak masuk akal. Bagaimana mungkin
dia menolak tawaran kerja yang terlihat lebih enak itu? Maka, Eli segera
menyambut tawaran Lui dan mengirimkan CVnya.
Sementara itu, Lui meminta bantuan Obi untuk menerjemahkan permintaannya kepada bos. Dengan senang hati Obi berkata, "Nanti pasti kubantu. Jam 3 sore ya." Eh, pada jam yang dinanti batang hidungnya malah tak tampak. Lui hanya bisa membatin, "Gini ini kalau mereka kebanyakan merokok, jadi mudah berjanji, mudah lupa."
Lui pun tak bisa menunggu kedatangan Obi. Kebetulan
di sana ada temannya Mr. Huang. Jadi, dia langsung meminta bantuannya untuk
menerjemahkan. Untunglah dia tidak berhalangan dan bersedia membantu. Nah, satu
jam kemudian Obi japri, "Apa tamunya sudah datang?" Jawab Lui dengan
agak kesal, "Ya sudah sejak setengah jam lalu. Aku sudah meminta bantuan
teman Mr. Huang."
Namun, pada awalnya teman Mr. Huang juga
enggan menerjemahkan karena dia setipe dengan bos. Untunglah Lui sudah
diajari oleh Mr. Bright untuk menyiapkan data tertentu agar bisa meyakinkan
bos dan Mr. Smart. Nah, dengan cara yang sama Lui berhasil meyakinkan teman Mr.
Huang untuk berbicara kepada bos.
Hehehe ... ternyata semua koleris selalu
begitu. Mereka tuh selalu mengambil keputusan dengan logika. Jadi, saat mereka
mulai menyatakan keberatan, Lui segera menyanggah dengan menunjukkan data-data.
Alhasil, permintaannya dikabulkan.
Nah, beberapa menit menjelang pembicaraan
mereka berakhir, tiba-tiba Mr. Smart hadir di sana. Dia pun hanya duduk
diam sambil mendengarkan mereka. Semua peserta rapat, termasuk Obi yang tadi
bersamanya juga pindah ke tempat bos.
Ketika Lui berpamitan kepada bos, Mr. Smart
bertanya sambil memberi kode tangan, "Ok?" Lui hanya mengangguk,
tetapi dalam hati dia masih kesal kepada Mr. Smart. Meskipun demikian, dia
tidak berani menegur Mr. Smart yang sisi kolerisnya amat kuat.
Dia pun hanya membatin, "Lain kali aku
tidak akan meminta bantuanmu. Percuma. Sekalipun kamu dan Obi melupakanku,
untunglah aku masih punya Bapa Surgawi yang tak akan pernah melupakanku."
TAK BERHENTI PERCAYA
Tak sekalipun melupakanku,
Kau menuntun langkahku. Ku tak pernah sendiri. Kau tak tinggalkanku. Ku
tak akan pernah menyerah sampai kulihat kau bekerja. Kupercaya mujizat 'kan
nyata. Ku tak'kan berhenti percaya.
0 komentar:
Post a Comment