Friday, October 16, 2020

Tidak Ada yang Serba Bisa

Cara Rendah Hati (2)
Catatan Ibadah Minggu 11 Okt 2020

Seorang penilik kebun marah-marah karena salah satu tukang kebun tidak bekerja sesuai harapannya. Di depan banyak orang dia bertanya: "Jika kalian ada di posisiku, apa kalian tidak marah? Kalian juga pasti marah." Iya ya... kupikir-pikir... kupikir-pikir... kalau aku ada di posisinya, mungkin aku juga marah.

Namun, sepertinya aku tidak hanya marah kepada tukang kebun, tetapi juga marah kepada diri sendiri. Dulu penilik kebun sudah seenaknya menempatkan orang yang tepat pada posisi yang salah. Saat itu dia mengambil keputusan dalam keadaan marah-marah tanpa alasan yang logis. Jadi, ya wajar lha jika keputusannya salah. Kala itu saudara-saudara penilik kebun hanya berpesan kepada rerumputan: "Biarkan saja dia memindahkan mereka dengan seenaknya. Kamu tidak perlu ikut campur. Biarkan saja. Biarkan. Biar nanti dilihat sendiri hasilnya."

Ayub 8:11 Dapatkah pandan bertumbuh tinggi, kalau tidak di rawa, atau mensiang bertumbuh subur, kalau tidak di air?

Dia pikir jika tukang kebun Dahlia bisa menanam bunga Dahlia dengan begitu indah, tentulah dia juga bisa menanam pohon Mahoni dengan begitu kokoh. Padahal, tidak semua orang serba bisa dan tidak semua orang suka belajar hal baru. Sekalipun suka, belajarnya juga belum tentu cepat. Kemampuan belajar tiap orang tidaklah sama. Minat pun turut berperan di dalamnya. Hasilnya... yayaya... sudah bisa diterka... tentu saja berakhir dengan kekecewaan di pihaknya. Ketika penilik kebun mulai menemukan kesalahan tukang kebun Dahlia, dia hanya bisa menyalahkan tukang kebun itu.

Dia pun bertanya: "Mengapa tukang kebun Dahlia berubah? Dulu dia tidak seperti itu. Dulu kerjanya bagus (hingga aku begitu terkesan kepadanya.) Sekarang dia terkesan asal-asalan dalam bekerja." Hehehe... justru masalah terjadi karena sebenarnya tukang kebun Dahlia tidak bisa berubah sesuai tuntutan penilik kebun.

Dia lebih berminat terhadap Dahlia daripada Mahoni. Memang sich tukang kebun Dahlia sudah berusaha menyukai Mahoni. Namun, karena rasa sukanya terhadap Mahoni belum sebesar rasa sukanya terhadap Dahlia, tentu saja dia sulit bertahan ketika dihimpit kesulitan. Hehehe... rasa suka memang tidak bisa dipaksakan, terlebih lagi jika dipaksakan dengan marah-marah.

Ayub 8:13-14 Demikianlah pengalaman semua orang yang melupakan Allah; maka lenyaplah harapan orang fasik, yang andalannya seperti benang laba-laba, kepercayaannya seperti sarang laba-laba.

Ngapain dulu penilik kebun mempercayakan Mahoni kepadanya? Kalau mau marah dan menyalahkan, sudah sepatutnya marah dan menyalahkan diri sendiri dulu agar bisa mencegah kebodohan serupa di masa mendatang. Sayangnya, penilik kebun selalu merasa benar. Jika ada masalah, tentu hanya tukang kebun yang salah padahal ini kesalahan bersama. Jika orang lain tidak bisa berubah seperti keinginan kita, sudah selayaknya kita duluan yang berubah.

Ayub 8:8 Bertanya-tanyalah tentang orang-orang zaman dahulu, dan perhatikanlah apa yang diselidiki para nenek moyang.

Rerumputan di kebun telah lama memperhatikan hal tersebut. Tukang kebun Dahlia bukanlah korban pertamanya. Tukang kebun Mahoni yang pertama kali digeser dan diminta menangani tambang pasir hingga akhirnya dia berhasil mengucapkan selamat tinggal. 'Sayonara, sayonara, s'moga tak jumpa lagi.'

Selanjutnya, ada tukang kebun Durian yang juga dipindah ke kebun Anggur. Karena tidak sesuai keahliannya, kinerja tukang kebun Durian pun menurun. Ini salah siapa? Apa kesalahan tukang kebun Durian semata? Memang sich di mata pengatur kebun selalu saja begitu. Padahal, jika ditelisik sampai ke ujungnya, dia pun turut andil dalam hal ini.

Hmm... kelihatannya ini akan berlanjut lagi. Karena Mahoni tidak bertumbuh sesuai harapan, dia pun memberhentikan tukang kebun Dahlia lalu meminta tukang kebun Semangka menggantikannya mengelola Mahoni. Mungkinkah Semangka akan berubah menjadi Semongko alias tetap Semangat sampai bongko (mati)? 'Cobalah tanya pada rumput yang bergoyang.. hooo... ooo...'

Pada umumnya setiap keputusan yang diambil pada saat sedang marah akan berakhir dengan kekecewaan atau kemarahan lagi. Marah, ambil keputusan, marah lagi, ambil keputusan lagi, marah lagi, ambil keputusan lagi, dan pasti berakhir marah lagi. Silahkan dibuktikan sendiri! Memang sich sekarang sedang musimnya marah lagi... eh.. Manalagi ... xixixi...

PERCAYALAH KEPADA TUHAN
Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu dan jangan bersandar kepada pengertianmu sendiri.
Reff: Berbahagia orang-orang yang memperoleh hikmatnya lebih berharga dari emas perak dan permata. Umur panjang di tangan kananmu, kekayaan hormat di tangan kiri. Jalannya penuh damai sejahtera senantiasa.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.