Pada suatu Sabtu siang aku
menonton acara ‘Before 30’ di Global TV. Melalui acara ini Philip Mantofa mengatakan bahwa setiap
orang yang percaya kepada Yesus perlu membaptiskan diri. Namun, aku sibuk
mencari-cari alasan untuk tidak baptis: "Memang di
alkitab tertulis begitu tapi 'kan tidak ada pernyataan bahwa kita harus baptis
dalam agama tertentu. Selain dipercaya orang Kristen, Yesus 'kan juga dipercaya
oleh orang Katolik. Kristen pun banyak alirannya. Mau baptis yang mana nich? Selain itu, Yesus 'kan mau menolong
setiap orang tanpa pandang agamanya."
Lalu pada acara ‘Before
30’ Sabtu berikutnya Philip
Mantofa berkata: "Sebenarnya
ada di antara kalian yang sudah diminta baptis tetapi masih mencari-cari
alasan. STOP! Jangan mencari-cari alasan lagi dan segera hubungi orang Kristen
di lokasi Anda." Namun, aku tetap mengeraskan hati dengan
berbagai alasan: "Kebanyakan temanku adalah
Katolik dan Budha. Kalaupun ada teman yang Kristen, aku tidak terlalu akrab
dengan mereka. Di rumahku pun hanya 2 dari 3 adikku yang masuk Kristen. Selain
itu, Yesus bukan hanya dipercaya oleh orang Kristen. Orang Katolik juga percaya
Yesus jadi mengapa aku harus baptis Kristen?"
Lalu Philip
Mantofa mengatakan bahwa rencana Tuhan
tidak akan pernah gagal. Namun, jika kita menolak rencananya, maka akan
terjadi penundaan seperti yang telah dialami oleh Nabi Yunus. Nabi Yunus diutus
Tuhan untuk pergi ke kota Niniwe dan menegur para penduduknya yang banyak
berbuat dosa tetapi dia melarikan diri. Namun, pada akhir pelariannya dia
melakukan rencana Tuhan. Kemudian, untuk menenangkan hatiku aku meyakinkan diriku bahwa
kata-kata Philip Mantofa bukan ditujukan padaku tetapi pada orang lain.
Waktu pun bergulir tanpa henti
hingga suatu ketika hatiku berbunga-bunga pada bulan Paskah tanpa sebab musabab
yang jelas. Pada suatu pagi yang cerah aku naik bemo di terminal. Namun, bemo
yang kunaiki masih sepi penumpang. Alhasil aku duduk menunggu di dalam bemo
bersama beberapa penumpang lainnya. Sementara menunggu bemo berangkat,
datanglah pengamen yang menyanyikan lagu ‘Mujizat itu Nyata’.
Setelah itu dia pergi dan
sekitar 5 menit kemudian datanglah pengamen ke-2 untuk menyanyikan lagu ‘Mujizat itu Nyata’ juga. Lalu dia pun
pergi dan hingga sekitar 5 menit berikutnya bemo yang kunaiki belum penuh juga.
Maka, datanglah pengamen ke-3 untuk menyanyikan lagu ‘Mujizat itu Nyata’ lagi. Sementara aku
tersenyum di balik maskerku karena 1 lagu yang sama dinyanyikan oleh 3 pengamen
berbeda, seorang penumpang yang duduk di samping sopir segera berkata pada pak
sopir sambil tersenyum geli: "Arek-arek ngamen itu lagunya koq bisa sama
semua."
Anehnya lagi beberapa hari
kemudian hal yang hampir sama terulang kembali di sore hari saat aku naik bemo
di terminal. Pengamen ke-1 menyanyikan lagu ‘Mujizat itu Nyata’ lalu pergi.
Beberapa menit kemudian datanglah pengamen ke-2 untuk menyanyikan lagu lain.
Setelah dia pergi beberapa menit kemudian datanglah pengamen ke-3 untuk
menyanyikan lagu ‘Mujizat itu Nyata’ lagi. Keesokan
harinya terdengar lagi seorang pengamen yang juga menyanyikan lagu ‘Mujizat
itu Nyata’. Aku mulai
bertanya-tanya mujizat apa yang akan terjadi.
0 komentar:
Post a Comment