Manusia Baru
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 14 Sept 2025
Matius 5:44 (TB) Tetapi
Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang
menganiaya kamu.
Ketika mendapat roti perjamuan dengan ayat
tersebut, aku langsung teringat kepada pengusaha asbun (asal bunyi) dari gereja
tetangga. Eh, kekesalanku muncul kembali padahal kemarin semua uneg-uneg
sudah kuungkapkan kepadanya.
Kemarin aku sudah bertanya kepadanya,
"Kenapa Bapak terkesan tidak serius? Kenapa omonganmu
berubah-ubah? Hari ini bilang besok Senin. Ketika Senin tiba, bilang
Selasa. Ketika Selasa tiba, bilang Senin lagi. Saya minta revisi kontrak dan
berikan jadwal penyelesaian yang baru." Aarrgh... bagaimana mungkin tidak
kesal kepadanya?
Dulu pengusaha A menggunakan jasa pengusaha
B lalu kedua pengusaha ini saling mengingkari isi kontrak. Lantas perselisihan
mereka diselesaikan dengan damai karena ada kontrak baru dengan pengusaha C.
Katanya dia akan menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat sehingga
pengusaha A tak perlu lagi membayar jasa kepada pengusaha B.
Karena dia seorang Kristen yang bermulut
manis, akhirnya pengusaha A menggunakan jasanya. Eh, setelah dia menerima 75%
uang muka, mulailah terlihat bahwa dia bukan pdt (pengusaha dalam Tuhan),
melainkan pengusaha asbun. Ketika menyadari hal itu, aku berkata kepadanya,
"Kalau Bapak tidak segera menyelesaikan tanggung jawab kepada satu klien,
mana mungkin dapat penghasilan rutin? Wajar jika arus kasmu habis."
Ah, manusia apa itu? Manusia lama atau manusia bunglon? Kalau harus memberkati dan mendoakan dia, tidak masalah. Namun, orang Kristen seperti dia seharusnya dituntut lebih tinggi daripada orang non-Kristen karena mereka telah mengetahui kebenaran. Sekalipun dia seniorku dalam usia kekristenan dan usia fisik, aku tetap akan menegurnya.
Orang Budha yang pernah membohongiku dan
tidak mau mengakuinya, langsung kena karmanya. Dia terjebak badai hingga harus
bermalam di bandara. Pada kesempatan lain, dia juga harus merelakan tiketnya
hangus karena lupa membawa paspor. Nah, jika orang Budha aja langsung dapat
'teguran alam', orang Kristen seharusnya ditegur lebih lagi. Namun, aku tahu
pendeta tidak mungkin menegur orang-orang Kristen semacam mereka karena mereka
tuh terlihat baik sekali kalau di gereja.
Karena kesal dan tidak baik jika memendam
sakit hati, aku pun curhat kepada beberapa teman. Lantas karena beberapa kali ribut
dengan orang-orang tak bertanggung jawab, ada orang yang tidak percaya jika aku
ini introvert...wkwwkw... Biasanya introvert selalu marah dalam
diam dan berharap orang yang membuatnya kesal paham sendiri. Faktanya, orang
yang membuat kita kesal seringkali tidak paham karena mereka sudah terbiasa
asbun.
Karena sering berhadapan dengan orang macam
begitu, akhirnya aku mulai angkat bicara, seperti para ekstrovert.
Namun, kujelaskan bahwa orang introvert tetap tidak akan banyak bicara
jika baru mengenal seseorang. Mereka perlu waktu untuk membaca situasi terlebih
dahulu.
Oke, karena harus memberkati musuh dalam
selimut alias saudara seiman beda Kartu Keluarga, hari ini aku tegaskan
sekali lagi kepada Bapak itu, "Jika memang serius dengan tanggung jawabmu,
kalau ke tempat klien, harus sudah membawa revisi kontrak karena kami mulai tidak percaya dengan omonganmu. Tolong cantumkan
dengan jelas target penyelesaian kontrak mau diundur berapa lama dan karena apa
supaya aku pun tahu harus menyumbangmu berapa tahun."
0 komentar:
Post a Comment