Hati Bapa
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 25 Mei 2025
Terkadang hidup tampak tak adil, seperti terlihat dalam film 'How to Make Millions Before Grandma Dies'. Di dalam garis keturunan Cina, anak laki-laki akan mendapatkan warisan harta, sedangkan anak perempuan tidak berhak. Nah, dalam film itu anak laki-laki yang paling boros justru diberi paling banyak uang dan warisan harta. Ternyata hal itu dilakukan karena ibunya khawatir dia tidak bisa hidup jika tidak diwarisi harta.
Padahal, sebenarnya warisan terindah bukanlah harta, tetapi ilmu dan karakter. Hal ini bisa kita pelajari di rumah duka, terutama saat melihat perebutan warisan di depan peti mati jenasah seseorang. Faktanya, anak yang diwarisi harta paling banyak, pada akhirnya tetap saja terlilit hutang baru lagi. Sekalipun diberi banyak uang, tetap saja dia akan berkekurangan jika gaya hidupnya masih salah dan tidak pernah mau berubah.
Anak perempuan yang paling rajin dan tulus
ikhlas merawat orang tua, justru tidak mendapatkan harta warisan yang banyak.
Meskipun demikian, sukacitanya nyata karena dia memperoleh harta warisan
yang tak bisa dibeli dengan uang, yaitu rasa kebersamaan atau kekeluargaan.
Nah, banyak orang, terutama wanita pasti menangis haru ketika menonton film tersebut karena kebanyakan faktanya memang seperti itu. Bahkan, dalam budaya Cina seringkali anak sulung laki-laki juga lebih diutamakan sebagai pewaris daripada anak bungsu laki-laki. Jadi, perebutan warisan di antara beberapa anak laki-laki kerap kali sudah terjadi selagi orang tua mereka masih hidup.
Nah, beberapa waktu lalu ada bapak preman
yang meninggal secara mendadak karena darah tinggi yang mengakibatkan pembuluh
darahnya pecah. Dia tidak memiliki anak, tetapi memiliki hutang kepada seorang
pengusaha. Ketika keponakannya mendengar bahwa dia diwarisi bisnis berbonus
hutang tersebut, dia langsung sakit. Tentu saja tidak ada yang mau diwarisi
hutang.
1 Raja-raja 11:4
(TB) Sebab pada waktu Salomo sudah tua, isteri-isterinya itu mencondongkan
hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut
kepada TUHAN, Allahnya, seperti Daud, ayahnya.
Seketika aku teringat akan masa tua Salomo
sehingga aku bertanya kepada seorang teman, "Apa papamu sudah membuat
persiapan untuk menghadapi peristiwa semacam itu? Biasanya orang Barat akan
menulis surat wasiat untuk menghindari perebutan harta warisan di
kemudian hari."
Papa temanku sudah tua dengan usia sekitar 80 tahun dan hatinya juga condong kepada pacar di masa tuanya. Begitulah tua-tua keladi, makin tua, makin tak tahu diri. Menurut Alkitab, usia manusia hanya sekitar 70-80 tahun (Mazmur 90:10) sehingga aku khawatir nantinya terjadi perebutan warisan antara dia sebagai anak sah dengan pacar papanya itu. Selain itu, dia juga berpotensi rebutan warisan dengan kedua saudara kandungnya yang lain.
Daripada mereka ribut setelah papanya
meninggal, bukankah lebih baik mereka memperoleh kejelasan selagi papanya masih
hidup? Namun, sebenarnya, secara tidak langsung, aku mau dia juga memikirkan potensi
konflik warisan antara anak-anaknya dengan pacarnya.
Nah, temanku juga seperti itu. Aku sudah
meminta dia untuk segera menikahi pacarnya dan kuberitahu bahwa kumpul kebo
itu dosa dan bisa mengakibatkannya masuk neraka. Namun, dia tetap kumpul
kebo. Ah, terserah. Tugasku hanya mengingatkan. Jika dia lebih memilih untuk
mengikuti jejak papanya yang salah, itu terserah dia.
Kemungkinan besar di masa depan kedua anak
kandungnya juga akan berebut warisan dengan pacar di masa tuanya itu. Jika dia
sampai punya anak dari pacarnya, kemungkinan besar anak kandung dari pacarnya juga akan ikut berebut
harta warisan dengan anak kandung dari istri pertamanya. Inilah warisan terkutuk yang sebaiknya kita tolak sedini
mungkin.
Di dalam budaya Cina para wanita selalu
dijodohkan atau dituntut untuk menikah dengan pria kaya. Namun, tidak semua
wanita mau terus menerus mengikuti budaya tersebut sehingga muncul gerakan
emansipasi wanita. Jika wanita bisa mandiri secara finansial, mengapa harus
bergantung pada pria? Lagipula wanita tuh diciptakan lebih kuat daripada pria. Wanita
diciptakan untuk menjadi penolong dan penolong selalu lebih kuat daripada
yang ditolong... hahaha...
Kejadian 2:18 (TB)
TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku
akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia."
Beberapa hari lalu ada kisah miris yang
kudengar. Ada pria Katolik yang tidak tahu diuntung. Temanku sudah berbaik hati
menolongnya, menikahinya, dan menafkahi dia, tetapi temanku malah dipukuli
olehnya. Alhasil, temanku dan putrinya mengalami trauma berat. Pada akhirnya, mereka
pun bercerai.
Ada kisah lain lagi tentang seorang wanita
Katolik yang menikahi pria kaya dan rajin pelayanan di gereja. Siapa sangka
pria itu lain di gereja, lain di rumah? Dia suka memukul istrinya. Untuk
bertahan hidup, istrinya harus sering-sering memberinya pil tidur. Namun, dia
tidak mau bercerai karena takut kehilangan hak asuh anaknya. Istrinya berpikir bahwa pengadilan akan berpihak kepada suaminya yang kaya.
Oalah... apakah itu adil? Seringkali kita melihat hal-hal yang terkesan tidak adil. Namun, di
balik ketidakadilan itu, seringkali tersimpan belas kasih dan kemurahan Tuhan
kepada orang jahat. Tuhan panjang sabar sehingga Dia tidak langsung membalas
kejahatan mereka, tetapi selalu memberi mereka kesempatan kedua, ketiga, dst.
Itulah hati Bapa yang mengorbankan putra-Nya untuk misi penyelamatan. Namun,
pada akhirnya keadilan akan ditegakkan oleh-Nya.
Mazmur 140:12b-13
(TB) orang yang melakukan kekerasan akan diburu oleh malapetaka. Aku tahu,
bahwa TUHAN akan memberi keadilan kepada orang tertindas, dan membela perkara
orang miskin.
BAPA SURGAWI
Bapa Surgawi ajarku mengenal
betapa dalam-Nya kasih-Mu. Bapa Surgawi buatku mengerti betapa kasih-Mu padaku.
Semua yang terjadi di dalam hidupku, ajarku menyadari Kau s'lalu sertaku.
B'ri hatiku s'lalu bersyukur pada-Mu kar'na rencana-Mu indah bagiku.
0 komentar:
Post a Comment