Sunday, August 22, 2021

Harta Karun

Temukan Kekayaan Tersembunyi
Catatan Ibadah Online Minggu 22 Agustus 2021

Beberapa saat lalu seorang pemuda berkata: "Lihatlah orang-orang seusia kita sudah memiliki ini dan itu, sedangkan kita belum memilikinya. Orang tuaku tidak adil dalam membagi hartanya." Sebenarnya siapa sih yang menentukan bahwa kita harus sudah punya ini dan itu pada usia sekian? Setahuku Tuhan tidak pernah menentukan batasan waktu semacam ini. Bukankah setiap orang memiliki rentang waktunya sendiri? Usia bukanlah patokan dalam pencapaian prestasi kehidupan.

Namun, karena merasa diperlakukan tidak adil, dia pun berusaha mencuri harta orang tuanya. Padahal, hidup ini Untuk ..., Bukan Untukku dan Untukku. Kita ini diciptakan untuk kemuliaan Tuhan. Jika demi mendapatkan harta, integritas dikorbankan dan orang tua diabaikan, masih pantaskah kita disebut manusia? Bisa-bisa kita malah menjadi seperti lintah yang selalu menghisap kehidupan orang lain karena tak pernah merasa cukup.

Amsal 30:15a Si lintah mempunyai dua anak perempuan: "Untukku!" dan "Untukku!"

Beberapa bulan lalu seorang bapak datang ke rumah untuk curhat kepada papa perihal putrinya. Dia kesal karena putrinya menjual rumahnya tanpa izinnya sehingga dia terpaksa pindah rumah. Putrinya pun tak peduli lagi kepada bapak itu karena dia menghilang entah kemana. Hmm... hidup ini memang penuh kejutan yang kadang menyenangkan dan kadang menyebalkan. Untunglah bapak itu masih memiliki seorang putra yang sukses dan peduli kepadanya.

Kisah di atas mengingatkanku pada kisah seorang pedagang di masa silam. Kala itu si pedagang berkata: "Lihatlah koko dan ceceku memperebutkan perhiasan yang ditemukan di lemari mama. Padahal, peti mati mama masih belum ditutup. Biasanya orang berebut warisan karena mereka tidak mengetahui cara mencari uang. Jika kita mengetahui caranya atau punya ilmunya, kita tidak perlu ikut berebut."

Lantas dia melanjutkan kisahnya: "Ketika aku masih muda, aku harus merantau ke luar pulau tanpa banyak dibekali ortu. Sementara itu kokoku diminta untuk mengelola toko papa. Ketika toko itu nyaris bangkrut, aku dipanggil pulang untuk menggantikan kokoku. Dengan meminjam uang tabungan isteriku, aku berhasil mencegah kebangkrutannya dan mengembangkan toko itu. Lalu kokoku dibelikan rumah dan diberi toko baru oleh papa." Itulah sebabnya hingga kini dialah yang mengelola toko papanya sekalipun papanya sudah tiada. Sementara itu, kokonya malah mengalami kebangkrutan lagi dan mengharapkan belas kasih adik-adiknya.

Dari cerita pedagang itu kita melihat bahwa papanya tidak adil karena kokonya diberi harta, tetapi dia diberi berkat terselubung. Namun, terlihat jelas bahwa dia bermental pemenang. Dia tidak berfokus kepada hartanya, tetapi berfokus kepada ilmunya. Dia tidak menyalahkan papanya yang mewariskan sebuah toko yang nyaris bangkrut, tetapi dia pelajari cara papanya berdagang. Sementara itu kokonya hanya berfokus pada harta sehingga dia malah kehilangan harta.

Pengkhotbah 10:10 Jika besi menjadi tumpul dan tidak diasah, maka orang harus memperbesar tenaga, tetapi yang terpenting untuk berhasil adalah hikmat.

Memang harta itu tak selamanya menjadi berkat. Ada kalanya harta itu ujian. Hikmat lebih penting daripada harta. Jika kita punya harta tanpa hikmat, berapapun harta yang kita terima, pasti akan habis pada waktunya. Hidup tanpa hikmat itu seperti memiliki mata Medusa yang bisa mengubah segalanya menjadi batu. Namun, jika kita punya hikmat, kita bisa berlimpah harta dan menjadi saluran berkat sekalipun harus memulai dari titik nol, atau bahkan dari titik minus sekalipun. Untuk beroleh hikmat, kita harus memiliki rasa takut akan Tuhan.

HIDUP INI adalah KESEMPATAN
Hidup ini adalah kesempatan. Hidup ini untuk melayani Tuhan. Jangan sia-siakan apa yang Tuhan beri. Hidup ini harus jadi berkat.
Reff : Oh Tuhan, pakailah hidupku selagi aku masih kuat. Bila saatnya nanti ku tak berdaya lagi, hidup ini sudah jadi berkat.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.