Hidup Hampa
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 22 Sept 2024
Di tempat lain aku justru melihat bos yang
semena-mena terhadap karyawan. Ketika bos melihat perusahaannya kotor dan
berantakan, dia langsung memotong gaji para karyawan.
Pak Yinggai - asistennya malah berkata,
"Bos itu baik karena sudah memberi mereka gaji tinggi. Gaji mereka sudah
termasuk menjaga kebersihan dan kerapian. Secara logika, seharusnya mereka
memperlakukan perusahaan, seperti rumah sendiri. Jika rumah kita kotor dan
berantakan, masa dibiarkan?" Logika tanpa hati akan membuat orang kegi.
Ya, tentu saja Pak Yinggai mengatakan bahwa
bos baik karena dia mendapat keuntungan dengan menjadi penjilat bos. Kalau
hanya baik kepada orang yang menguntungkan kita, ini bukan kebaikan sejati,
melainkan kebaikan atas dasar kepentingan semata. Aku sich tidak menganut
prinsip asal bapak senang. Bagiku, asal Yesus senang, tak peduli jika orang
lain marah. Aku juga bisa marah. Hahaha...
Lukas 6:31 (TB) Dan
sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga
demikian kepada mereka.
Ah, kalau gajiku yang dipotong, aku akan
berkata, "Aku digaji tinggi sebagai akuntan. Masalah kebersihan di luar
tugasku. Jika aku harus bertanggung jawab terhadap kebersihan dan kerapian
pula, jelaskan dulu dari awal kalau aku merangkap jabatan cleaning service
pula. Jika tidak, apa hak bos untuk memotong gajiku? Aku bukan ahli nujum yang
bisa membaca keinginannya yang tak pernah disampaikan secara jelas."
Selain itu, standar kebersihan dan kerapian tiap rumah loh berbeda-beda. Karena rumahku berada dekat jalan raya dan tidak ada tanaman, debu selalu singgah di rumah kami. Karena tidak memiliki asisten rumah tangga dan tenaga yang cukup untuk membersihkan rumah tiap hari, tentu saja rumahku tak selalu kinclong. Selama tidak terganggu, kami biarkan debu, kotoran, dan sarang laba-laba merajalela. Namun, ketika sudah mulai terganggu atau akan kedatangan tamu spesial, kami segera membersihkan seisi rumah.
Sementara itu, kulihat ada rumah yang
selalu bersih tiap hari. Tak satupun debu menempel di perabotan rumahnya. Di
sisi lain, ada rumah yang jauh lebih kotor dan berantakan daripada rumah kami
karena ada anak kecilnya. Di asrama aku selalu melipat selimut setiap bangun
tidur. Di rumah aku bebas tidak melipatnya. Jadi, jika Pak Yinggai berpikir
bahwa setiap karyawan harus memperlakukan perusahaan seperti rumahnya
sendiri, tentu saja akan ada banyak kekacauan.
Namun, karena bukan gajiku yang dipotong,
aku pun hanya menuntut keadilan bagi mereka yang teraniaya. Eh, aku malah
diminta menjadi Young Justice Bao bagi mereka… hahaha… Ketika aku
memprotes atau mendoakan sesuatu, seringkali ujung-ujungnya malah aku sendiri
yang harus menjadi jawabannya. Namun, tiap kali aku memprotes ketidakadilan,
aku heran dengan pertanyaan orang-orang, "Apa kamu yang dipalak? Apa
gajimu yang dipotong?"
Bahkan, ada pula bos yang berkata,
"Aku ini selalu baik kepadamu, tetapi kenapa kamu tidak mau
mendukungku?" Jawabannya tuh sudah jelas karena dia baik kepadaku, tetapi
selalu jahat kepada orang-orang lemah. Nah, kenapa mereka selalu menanyakan hal
semacam itu? Kenapa mereka berpikir bahwa setiap orang hanya perlu peduli
dengan diri sendiri? Mereka yang aneh atau aku yang aneh ya? Tadi di gereja
Tuhan sih berkata, "Kamu spesial." Spesial loh, bukan aneh...
hehehe...
ANUGERAH-MU MEMPESONA
Tuhan Kau sungguh besar. Karya-Mu
sungguh ajaib. Tiada hentinya kumengagumi. Sungguh Kau ajaib.
Kumau s'lalu bersyukur kepada-Mu Tuhan. Anug'rahMu mempesonaku. Selalu
dan selalu Kau angkat hatiku. Kau membuatku berharga di mata-Mu.
Kuberharga di mata-Mu Tuhan. Anugerah-Mu cukup bagiku. Kuberharga di mata-Mu
Tuhan. Anugerah-Mu cukup bagiku.
0 komentar:
Post a Comment