Sunday, January 15, 2023

Mengasihi Orang Tua

Tidak Mudah Menjadi Orang Tua
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 15 Jan 2023

Penanya, "Hai, kamu tahu apa yang dikatakan mamamu? Katanya, kamu mirip ai-mu. Kalian selalu bisa memberikan perpuluhan, tetapi tidak pernah bisa memberi orang tua. Memang mamamu belum mengerti panggilanmu. Kita bisa memberi tanpa mengasihi, tetapi kita tidak bisa mengasihi tanpa memberi."

Jawabnya, "Ya, tapi wujud kasih tak selalu materi. Dari sini jelas kalau mamaku hanya merasa dikasihi kalau diberi uang."
Penanya, "Bukan hanya uang, tetapi juga waktu. Kalian lebih memilih berada di gereja daripada menghabiskan lebih banyak waktu bersama orang tua. "
Jawabnya, "Jelas. Kalau di rumah, selalu direpotkan. Jadi, lebih enak di gereja."

Begitulah kebanyakan orang Kristen yang sibuk pelayanan di gereja. Namun, anak muda itu masih bisa ditegur. Dia pun langsung memberi orang tuanya sejumlah uang. Kalau ai-nya, sudah susah untuk diingatkan. Lagipula orang tua ai-nya juga sudah tiada.

Memang kita harus mengasihi Tuhan lebih dari siapa pun dan apa pun juga. Namun, kasih kita kepada Tuhan juga harus diwujudkan dengan tindakan nyata kepada orang-orang di sekitar kita, bukan hanya di gereja. Hukum terutama orang Kristen berbunyi, “Kasihi Tuhan dan kasihi sesama seperti dirimu sendiri.”

Lalu bagaimana jika uangnya pas-pasan? Dulu aku tetap memberi orang tua sekalipun tak ada penghasilan. Jadi, sekalipun makan tabungan, aku tetap memberi mereka. Bagaimana jika tabungannya habis? Ya, minta lagi kepada Bapaku di surga karena Dia sendiri yang berkata, Mintalah, maka akan diberikan kepadamu.

Nyatanya saat itu Tuhan tidak membiarkan aku kekurangan. Ketika saldo tabunganku sudah habis …bis …bis hingga bulat seperti telor, Dia sendiri yang membukakan jalanku. Kadang ada yang memberi dengan cuma-cuma. Kadang tiba-tiba diberi kenaikan gaji. Kadang juga dipaksa keluar dari zona nyaman agar bisa dipromosikan lebih lagi.

Namun, aku belum pernah memberikan persembahan sulung. Kenapa? Kalian tahu bagaimana nasib karyawan? Mereka mendapat upah atau gaji setelah bekerja atau sebelum bekerja? Tentu saja upah diberikan setelah mereka memberikan tenaga dan pikirannya.

Namun, bagaimana mereka memberikan tenaganya jika tidak ada uang tabungan untuk makan dan biaya transportasi ke tempat kerja? Tentu saja mereka harus berhutang terlebih dahulu. Ketika masa gajian tiba, bukankah mereka harus langsung membayar hutang?

Nah, jika sebagian uangnya dipakai untuk membayar hutang, bagaimana dia memberikan buah sulung? Pantaskah dia memberikan buah sulung di gereja, tetapi menunda pembayaran hutangnya? Jika ya, dia pun masih harus berhutang lagi untuk biaya makan dan transportasi sebulan lagi. Ah, aku pikir Tuhan akan malu jika anak-Nya berhutang agar bisa memberi-Nya.

Selain itu, jumlah anak Tuhan di gereja bisa mencapai ratusan hingga ribuan. Kalaupun ada beberapa anak yang belum bisa memberi gereja, Tuhan masih memiliki banyak anak lain yang mau memberi-Nya.

Sementara itu, anak orang tua kita masing-masing tidaklah sebanyak itu. Jika bukan anaknya sendiri yang memerhatikan mereka, siapa lagi? Tentu saja hanya Tuhan. Namun, Tuhan mau kita bekerja sama dengan-Nya karena Dia sudah tidak memiliki tubuh di dunia ini.

Maka dari itu, kita harus berusaha menyeimbangkan kewajiban jasmani dan rohani agar ajaran kekristenan tidak sampai dicela. Perpuluhan memang wajib dilakukan, tetapi kebutuhan orang tua juga tak bisa diabaikan. Jika bisa memberi perpuluhan, memang sebaiknya kita juga menyisihkan tabungan untuk orang tua, bahkan sekalipun harus menunda kesenangan pribadi.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.