Mengasihi Orang Tua
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 15 Jan 2023
Beberapa hari lalu aku pun membaca buku
biografi Andy Noya, host-nya acara Kick Andy yang dibeli oleh titiku. Pak
Andy menuliskan di halaman 406 dan 408, "Jika dulu aku merasa Tuhan
tidak adil karena sebagai anak bungsu aku harus menanggung beban keluarga
seberat itu, kini sebaliknya aku mensyukuri hikmah yang diberikan Tuhan di balik
"tugas" itu.”
Ibunya dan kedua cecenya meninggal karena
kanker. Dia bukan hanya menanggung biaya hidup keluarga barunya bersama isteri
dan ketiga anak kandungnya. Namun, dia juga menanggung biaya hidup ibunya,
saudara-saudaranya, dan keponakannya yang ditinggal mati oleh saudaranya. Tuhan
pun melimpahkan berkat untuknya.
Secara sengaja pak Andy sering mengeluarkan
dirinya dari zona nyaman, tetapi aku sebaliknya. Seringkali Tuhan harus menutup
semua jalanku yang terlihat mudah agar aku mau naik kelas. Aku pernah kesulitan
mendapatkan pekerjaan sebagai staf karena saingannya banyak. Alhasil, aku nekat
melamar posisi supervisor. Eh, malah langsung diterima.
Nah, ketika aku sudah terbiasa menjadi
supervisor, tiba-tiba aku dipecat karena difitnah atasanku. Tak lama berselang
ada teman yang memintaku untuk membantunya dengan gaji supervisor. Ternyata di
sana aku malah dijadikan manajer. Wah, aku benar-benar tidak siap dengan hal
itu. Beberapa bulan kemudian gajiku dinaikkan dengan resmi sebagai manajer.
Gila.
Aku terpaksa membiasakan diri dengan tanggung jawab baru tersebut. Eh, ketika sudah mulai terbiasa dengan hal tersebut, aku dikondisikan untuk keluar lagi dari zona nyaman. Oh, andai saja aku bisa seperti pak Andy, tentulah aku bisa selalu siap dengan ketidakpastian. Namun, aku tak bisa seperti dia yang dengan sengaja meninggalkan zona nyamannya.
Jadi, aku harus dipaksa-paksa ketika Tuhan
mau mencurahkan berkat-Nya. Kenapa bukan orang lain yang diberkati? Kudengar
perbincangan dua bersaudara wanita. Salah satu wanita mengatakan bahwa dirinya
ingin menjadi guru. Wanita lainnya berkata, “Lebih enak bekerja di perusahaan
karena gajinya besar.”
Jawab guru itu, “Memang panggilannya
berbeda. Aku menjadi guru untuk memberkati.” Lantas wanita lain menjawab, “Aku
sih lebih suka mendapat gaji besar agar bisa travelling dan memenuhi keinginan
anak-anakku.” Hmmm …, kenapa tidak terpikir olehnya untuk memberi orang tuanya?
Nah, kusamperin guru itu dan berkata, “Dengan
memberkati, kamu pun akan diberkati.” Lalu dia berkata, “Itu benar. Dulu
aku bisa jalan-jalan ke Palembang secara gratis karena tiba-tiba ada yang mengajak.”
Tak lama berselang ketika malam tiba, titinya
single mom meneleponku. Ini karena paginya aku sempat chat dia
lagi. Awalnya aku ingin mendiamkan dia, tetapi aku melihat single mom
itu memasang foto mamanya yang duduk di kursi roda karena sedang sakit tiroid dan
stroke.
Awalnya kupikir itu foto lama dan mamanya
sudah sembuh. Namun, roti perjamuan kudus yang kumakan pada ibadah minggu lalu terus menerus merisaukan
hatiku.
0 komentar:
Post a Comment