Sunday, May 24, 2020

Hal Baru

Catatan Ibadah Online Minggu 24 Mei 2020

Seorang pemuda bercerita perihal beberapa temannya yang bisa mengirim pesan lewat Telegram, tetapi dia tidak mengetahui caranya. Aku pun memberitahunya bahwa Telegram bisa diinstall dari Play Store dan penggunaannya itu seperti WA. Namun, kapasitas grup Telegram bisa lebih besar daripada kapasitas grup WA. Katanya: "Aku ini bukan generasi milenial dan kurang update sehingga tidak paham hal semacam itu." Jawabku: "Aku ini lebih tua darimu." "Masa?", tanyanya. "Seharusnya kamu ini generasi milenial", lanjutku. Hehehe... Kalau kucari tahu di Google, sebenarnya aku dan dia sama-sama bagian dari generasi milenial.
Pengkhotbah 5:20 (5-19) Tidak sering ia mengingat umurnya, karena Allah membiarkan dia sibuk dengan kesenangan hatinya.
ingin tahuHehehe... betul tuh. Aku sering lupa umurku karena semakin lama semakin bertambah aja. Jadi, kalau ditanya umur, aku harus menghitungnya dulu atau langsung kusebutkan tahun lahirku saja agar dihitung sendiri oleh si penanya. Namun, tetap saja aku ingin mempelajari hal-hal baru karena rasa penasaran yang kadang kala muncul entah darimana. Karena penasaran, akhirnya aku mencoba belajar beberapa hal secara mandiri lewat internet. Di sana banyak hal bisa dipelajari secara gratis. Ini sebabnya sekalipun aku lebih tua darinya, aku belum merasa tua... hahaha...

Meskipun begitu, dia tuh 12 tahun lebih muda dariku sehingga seharusnya dia lebih paham akan aplikasi itu daripada aku. Hmm... masa dia tidak percaya jika aku lebih tua darinya? Memang sich beberapa orang yang belum mengenalku seringkali salah menebak umurku. Tukang loak keliling bertanya: "Sekolah libur ya? Sekarang kamu belajar di rumah?" Tukang pijat keliling pun bertanya kepada papa: "Sekolah anakmu diliburkan ya? Kelas berapa sekarang?"

Jika papa atau mama yang ditanya, mereka sich menjelaskan bahwa aku sudah lama lulus sekolah. Namun, Jika aku yang ditanya, kuiyakan saja... wkwkw... Namun, sesudah itu aku berpikir: 'Apa tampangku mirip pelajar? Emang ya belajar itu seumur hidup. Ini seperti penjelasan workshop 'Manusia Pembelajar' yang sempat kuikuti saat kuliah.'
Benjamin Barber: "Saya tidak membagi dunia menjadi yang lemah dan yang kuat, atau sukses dan gagal ... Saya membagi dunia menjadi pembelajar dan bukan-pembelajar." (diambil dari buku berjudul Mindset karangan Carol S. Dweck, PH.D.)
Penasaran Saja
Dengan membaca buku Mindset, aku mulai memahami perilaku orang-orang yang mudah marah ketika dikritik dan alasan di balik kecurangan seseorang. Rupanya mereka memiliki mindset tetap. Orang yang memiliki mindset tetap cenderung berorientasi hasil dan memiliki keyakinan bahwa kemampuan seseorang tidak bisa dikembangkan. Mereka takut berbuat salah karena senantiasa membutuhkan pengakuan akan kehebatannya. Mereka tidak mau mengakui kekurangannya sehingga tidak pernah mau memperbaiki diri. Alhasil, mereka harus menghalalkan segala cara demi terlihat hebat.
'Sekolah saja tidak pernah cukup.' ~ Andrias Harefa
Sebaliknya, orang bermindset tumbuh berorientasi pada proses atau usaha. Mereka tidak takut melakukan kesalahan karena mereka menyadari bahwa semuanya perlu usaha. Tidak ada bayi yang langsung bisa berjalan. Dengan usaha yang tekun, kemampuan bisa bertumbuh. Kerohanian kita pun bisa bertumbuh jika kita seperti bayi yang selalu mencari air kehidupan.
1 Petrus 2:2-3 Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan, jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan.
MEWARNAI DUNIA
Janganlah kita menjadi serupa dunia ini. Namun berubahlah oleh pembaharuan budi agar kita mengerti kehendak Allah sejati, yang baik, yang berkenan, dan yang sempurna.
Reff : Firman-Nya mewarnai dunia dengan pikiran baru. Kasih- Nya berikan hati baru. Kurindu mewarnai dunia dengan pikiran baru seperti yang ada dalam Kristus.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.