Sunday, September 8, 2019

Elisa dan Maut dalam Kuali ~ Ps. Philip Mantofa

Catatan Ibadah ke-1 Minggu 08 Sept 2019

Tema khotbah hari ini adalah Membangun Manusia Roh:
I. Maut dalam Kuali
II. Naaman dan Gehazi
III. Potensi Seorang Janda
IV. Mata Seorang Nabi
2 Raja-raja 4:38a Elisa kembali ke Gilgal pada waktu ada kelaparan di negeri itu.
Ketika masa kelaparan, Elisa malah kembali ke Gilgal dan bukan ke kota besar, seperti Yerikho padahal mungkin saja di sana ada roti. Gilgal merupakan tempat pertama yang didatangi oleh bangsa Israel sebelum mereka memasuki tanah Kanaan. Gilgal juga merupakan tempat ketaatan terhadap hukum Tuhan saat itu, yaitu sunat. Dengan alat yang terbatas, pastilah sunat terasa sangat sakit. Namun, mereka taat.  Elisa bisa mengalami mujizat karena dia berada di tempat yang tepat.

Sekarang sunat tidak wajib bagi orang Kristen. Namun, beberapa orang Kristen tetap melakukan sunat jasmani untuk alasan kesehatan. Di Gilgal Yosua telah menyunatkan seluruh Israel sebagai tanda perjanjian dengan Tuhan. Sekalipun sekarang ada teknologi laser, disunat tetaplah menyakitkan dan terasa tidak nyaman. Jadi, Gilgal merupakan tempat yang tidak nyaman dan tempat penyangkalan diri.

Lewati Lembah
Ketika ada kelaparan atau masalah dalam hidup kita, sebaiknya kita kembali ke Gilgal atau tempat perjanjian. Apa yang telah Tuhan janjikan kepada kita 3 tahun lalu? Apa yang telah Tuhan janjikan kepada kita 3 hari lalu?

Mungkin ada yang bergumul dengan masalah jodoh karena mendapatkan pasangan tidak seiman. Mungkin ada yang mengatakan bahwa nanti bisa mengajaknya ke gereja setelah menikah. Namun, firman Tuhan jelas menyatakan agar kita tidak berpasangan dengan orang yang tidak seiman. Tentu rasanya menyakitkan tetapi tetaplah taat. Setiap orang akan mendapatkan ujiannya sendiri dan harus menyangkal dirinya sendiri.
2 Raja-raja 4:38b Dan ketika pada suatu kali rombongan nabi duduk di depannya, berkatalah ia kepada bujangnya: "Taruhlah kuali yang paling besar di atas api dan masaklah sesuatu makanan bagi rombongan nabi itu."
Elisa duduk di depan rombongan nabi. Mungkin Elisa mendirikan semacam sekolah kenabian. Hal ini berbeda dari Elia yang selalu sendirian. Yunus anak Amitai yang pernah ditelan ikan mungkin merupakan salah satu murid Elisa karena Elisa pernah melayani seorang raja. Nah, Yunus ini melayani anak raja itu.

Di sini Elisa tidak sekedar duduk di depan rombongan nabi, tetapi dia bersama-sama mereka untuk menyampaikan firman. Elisa mengutamakan makanan rohani terlebih dahulu sebelum menyajikan makanan jasmani karena manusia hidup bukan hanya dari roti saja.
2 Raja-raja 4:39 Lalu keluarlah seorang dari mereka ke ladang untuk mengumpulkan sayur-sayuran; ia menemui pohon sulur-suluran liar dan memetik dari padanya labu liar, serangkul penuh dalam jubahnya. Sesudah ia pulang, teruslah ia mengiris-irisnya ke dalam kuali masakan tadi, sebab mereka tidak mengenalnya.
Kebanyakan orang Medan bisa masak, termasuk para prianya sehingga di sana selalu bisa menemukan makanan enak. Namun, rombongan nabi tersebut tidak mengenal bahan makanan yang dimasak sehingga keracunan. Mungkin ada yang sudah muntah-muntah dan membiru setelah memakan masakan tersebut. Maka, jika ingin memasak dan menjadi master chef, kita harus membaca resep atau textbook-nya pula.

Seorang pria harus mau bekerja keras karena harga diri pria seringkali ditentukan oleh keringatnya. Pria jangan hanya bisa berdoa tanpa mau berusaha. Kerja lembur jika diperlukan juga termasuk hal yang rohani karena kita harus berusaha keras dalam pekerjaan yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Jangan hanya bergantung pada wanita.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.