Sunday, August 25, 2019

Tertanam


Catatan Ibadah ke-2 Minggu 25 Agt 2019

Beberapa minggu lalu kubersua lagi dengan seorang ibu. Tiba-tiba dia menawariku untuk bergabung di dalam CGnya yang terbilang jauh dari rumahku. "Ayo Selasa nanti ikut CGku daripada nanti kamu mau nikah malah sendirian karena belum punya CG. Tempatnya di situ tuh."

Siapa yang mau nikah? Belum tentu pula aku menikah dengan orang dari gereja yang sama atau menikah di gereja yang sama. Yesus aja pindah-pindah. Lahir di Betlehem, besar di Nazareth, dan berakhir di Yerusalem. Aku juga pindah-pindah. Lahir di Sidoarjo, besar di Probolinggo, bertumbuh di gereja Surabaya tetapi entah berakhir dimana...^.^ Selain itu, kalau melihat ekspresi matanya, kelihatannya dia hanya penasaran dengan kehidupan pribadiku tetapi aku juga enggan cerita kepadanya.

Beberapa saat lalu ada koko yang memposting tulisan 'Curhat itu tidak perlu iman.' Masa sich? Pernyataan tersebut tentu benar untuk orang ekstrovert seperti ibu ini. Dia bisa cerita banyak hal kepada orang yang baru dikenalnya. Namun, orang introvert lain donk. Curhat itu perlu iman. Kalau belum kenal dekat, mana bisa curhat? Untuk curhat kepada Tuhan, juga perlu iman. Kami harus yakin terlebih dahulu bahwa Tuhan mau dan mampu mendengarkan curhatan kami. Jika tidak, ngapain curhat kepada Tuhan?

Jadi, aku bertanya: "Berapa orang sich anggota CGnya? Acaranya apa aja?" Lalu dia menjelaskan bahwa anggota CGnya ada sekitar 30 orang. Nah, seketika itu juga terlintas bayangan CG sebelumnya yang juga berisikan 30 orang dengan kilasan beberapa wajah yang ikut CG dengan berat hati.

Mengajarkan Sesuatu
Kataku: "Biasanya teman-temanku ikut CG ketika akan menikah. Lalu setelah menikah mereka keluar dari CG." Hehehe... Beginilah jadinya kalau pohon dipaksa tumbuh alias dikarbit agar cepat menghasilkan buah yang matang. Lantas kucoba memastikan bahwa ketua CGnya tidak suka memaksa anggotanya untuk hadir CG.

Kemudian dia menjelaskan bahwa sebelum CG selalu ada acara makan malam terlebih dahulu. Apa?!? Makan malam? Hmm... Mengapa acara CG selalu identik dengan acara makan malam? Tidak semua orang suka makan malam. Maka, jawabku: "Aku mencari CG yang pagi atau sore aja. Kalau bepergian malam, capek dech karena sehabis pulang kerja dan besoknya masih kerja lagi. Rumahku pun jauh dari tempat itu."

Katanya tidak masalah jika rumahku jauh karena belum lama ini ada teman CG yang rumahnya lebih jauh daripada rumahku dan nanti aku bisa pulang bersamanya setelah dikenalkan kepadanya. Aduh, merepotkan orang lain terus donk. Nggak dech. Lebih berbahagia memberi daripada menerima.

* Tapi, mengapa dia mau mengikuti CG yang jauh dari rumahnya?
Ternyata lokasi CGnya dekat dengan tempat kerjanya. Bahkan, menurutnya aku bisa meminta ketua CGnya mengantarku pulang. Dia juga menyatakan bahwa aku pasti akan betah di sana karena penuh keakraban. Dia sudah dua tahun di sana.

* Dua tahun? Sebelumnya dimana?
Rupanya dia pernah ikut CG di dekat rumahnya tetapi tidak cocok karena anggotanya hanya sekitar 5 orang. Hmm... Mirip lha dengan CG yang ada di dekat rumahku. Anggota yang hadir juga hanya sekitar 5 orang dan terlalu berbeda generasi pula.

Lantas dia memberitahu bahwa anggota CGnya ada yang seusia denganku. Dia juga memberitahu bahwa di dalam CG itu banyak artisnya gereja. Ketua CG merupakan adiknya seorang pendeta pendamping (pdp) yang tenar itu. Salah satu penyanyi gereja yang tenar itu juga ikut. Gitarisnya pun ikut. Jadi, dia amat yakin bahwa aku akan betah di sana.

Artis ya? Dari dulu aku tidak tertarik untuk mendekati artis. Entah mengapa dari kecil aku lebih suka mendekati orang-orang yang tampak sendirian dan berbeban berat. Jika kudengar ada artis, justru aku enggan mendekatinya. Namun, jika kudengar larangan untuk mendekati orang yang dikucilkan, aku malah tertarik untuk mendekati orang itu jika tidak diberi penjelasan yang detail. Kok aneh ya? Apa yang salah denganku?

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.