Jika tidak diterangi Roh Kudus, membaca Kis 20:1-6 akan terasa
membosankan. Padahal, sebenarnya ada yang bisa kita pelajari dari ayat
tersebut. Kisah ini ditulis oleh seorang rasul yang luar biasa, bukan karena
keras kepalanya dalam membela kebenaran, tetapi karena hatinya.
Kisah Para Rasul 20:1-2 Setelah reda keributan itu, Paulus memanggil murid-murid dan menguatkan hati mereka. Dan sesudah minta diri, ia berangkat ke Makedonia. Ia menjelajah daerah itu dan dengan banyak nasihat menguatkan hati saudara-saudara di situ. Lalu tibalah ia di tanah Yunani.
Keributan itu adalah keributan dengan Demetrius di Efesus yang marah
karena kehilangan penghasilannya. Efesus dapat dikatakan sebagai pusat
pelayanan Paulus karena dia banyak merintis gereja dan memiliki banyak murid di
sini. Setelah dari Efesus Paulus tidak mendirikan gereja lagi karena
selanjutnya dia ditahan di Roma. Hal tersebut berkaitan dengan kairos Tuhan.
Kairos dan kronos berbeda. Kronos adalah waktu yang akan terus berjalan. Tik tok
tik tok... Sejam berlalu. Tik tok tik tok... Sebulan berlalu.
Namun, kairos tidak bisa berulang. Ketika anak kita masih kecil, mungkin
kita akan kesal dengan pertanyaan-pertanyaannya karena kita sedang asyik
menjelajah media sosial. Masa ini akan berlalu. Selanjutnya, akan tiba masanya
dimana kita harus membuat janji pertemuan dengan anak kita sendiri karena dia
sudah sangat sibuk. Oleh karena itu, jika ada kesempatan untuk melayani
Tuhan, jangan tunggu nanti. Mungkin saja nanti sudah tak bisa berjalan lagi
karena sakit sehingga sekalipun ingin melayani Tuhan, ya tidak bisa lagi.
Misi Paulus ada dua, yaitu:
1. Menyelamatkan jiwa-jiwa atau pertobatan.
2. Memanggil murid-murid dan menguatkan hati mereka.
1. Menyelamatkan jiwa-jiwa atau pertobatan.
2. Memanggil murid-murid dan menguatkan hati mereka.
Ketika ditahan di Roma, Paulus tetap melakukan penginjilan hingga
beberapa prajurit turut menerima Yesus. Bahkan, ada prajurit yang sampai
memilih mati bersama Paulus karena tidak mau memenggal kepalanya. Meskipun
Paulus mati sebagai martir, kita jangan takut. Tidak semua orang memiliki darah
yang cukup kudus untuk mati sebagai martir.
Sebagai pemimpin gereja, ada kalanya ko Philip pun harus meluangkan waktu
untuk mendamaikan dua pihak yang bertikai. Hal ini bisa memakan waktu
berhari-hari padahal dengan waktu yang sama dia bisa mengadakan KKR dan menuai
pertobatan banyak jiwa. Meskipun demikian, dia perlu melakukannya. Dia perlu
membereskan masalah yang terjadi pada divisi tertentu.
Pemimpin perusahaan juga harus melakukan hal yang sama. Jika ada masalah
dalam suatu divisi, pemimpin perusahaan harus turun langsung dan
menyelesaikannya sekalipun hal ini bisa memakan waktu beberapa hari atau
beberapa bulan. Jika sekedar mengganti orang, hal ini tidak akan
menyelesaikan masalah. Hal ini memang sulit dipahami oleh orang yang work-oriented. Namun, kita harus menjadi
pemimpin yang people-oriented.
Maka dari itu, ko Philip juga harus mengunjungi gereja-gereja satelit.
Banyak orang berkata kepada ko Philip: "Enak
ya bisa jalan-jalan terus." Namun, ko Philip bertanya-tanya: "Apa enaknya?" karena
sebenarnya dia lebih suka di rumah daripada travelling.
Karena seringnya bepergian, sampai-sampai saat bangun tidur dia bisa bertanya: "Sekarang aku dimana?" ^.^
Namun, Tuhan seringkali membuat kita mengerjakan sesuatu yang
bertentangan dengan karakter kita. Orang yang suka travelling malah diminta diam di tempatnya. Ini bertujuan mematikan
kedagingan kita. Jika kita hanya melakukan hal-hal yang sesuai dengan karakter
kita, bagaimana bisa ada kematian daging?
0 komentar:
Post a Comment