Sunday, July 7, 2019

Misi Paulus ~ Ps. Philip Mantofa

Catatan Ibadah ke-1 Minggu 07 Juli 2019

Jika tidak diterangi Roh Kudus, membaca Kis 20:1-6 akan terasa membosankan. Padahal, sebenarnya ada yang bisa kita pelajari dari ayat tersebut. Kisah ini ditulis oleh seorang rasul yang luar biasa, bukan karena keras kepalanya dalam membela kebenaran, tetapi karena hatinya.
Kisah Para Rasul 20:1-2 Setelah reda keributan itu, Paulus memanggil murid-murid dan menguatkan hati mereka. Dan sesudah minta diri, ia berangkat ke Makedonia. Ia menjelajah daerah itu dan dengan banyak nasihat menguatkan hati saudara-saudara di situ. Lalu tibalah ia di tanah Yunani.
Keributan itu adalah keributan dengan Demetrius di Efesus yang marah karena kehilangan penghasilannya. Efesus dapat dikatakan sebagai pusat pelayanan Paulus karena dia banyak merintis gereja dan memiliki banyak murid di sini. Setelah dari Efesus Paulus tidak mendirikan gereja lagi karena selanjutnya dia ditahan di Roma. Hal tersebut berkaitan dengan kairos Tuhan. Kairos dan kronos berbeda. Kronos adalah waktu yang akan terus berjalan. Tik tok tik tok... Sejam berlalu. Tik tok tik tok... Sebulan berlalu.

Namun, kairos tidak bisa berulang. Ketika anak kita masih kecil, mungkin kita akan kesal dengan pertanyaan-pertanyaannya karena kita sedang asyik menjelajah media sosial. Masa ini akan berlalu. Selanjutnya, akan tiba masanya dimana kita harus membuat janji pertemuan dengan anak kita sendiri karena dia sudah sangat sibuk. Oleh karena itu, jika ada kesempatan untuk melayani Tuhan, jangan tunggu nanti. Mungkin saja nanti sudah tak bisa berjalan lagi karena sakit sehingga sekalipun ingin melayani Tuhan, ya tidak bisa lagi.

Misi Paulus ada dua, yaitu:
1. Menyelamatkan jiwa-jiwa atau pertobatan.
2. Memanggil murid-murid dan menguatkan hati mereka.
Ketika ditahan di Roma, Paulus tetap melakukan penginjilan hingga beberapa prajurit turut menerima Yesus. Bahkan, ada prajurit yang sampai memilih mati bersama Paulus karena tidak mau memenggal kepalanya. Meskipun Paulus mati sebagai martir, kita jangan takut. Tidak semua orang memiliki darah yang cukup kudus untuk mati sebagai martir.

Sebagai pemimpin gereja, ada kalanya ko Philip pun harus meluangkan waktu untuk mendamaikan dua pihak yang bertikai. Hal ini bisa memakan waktu berhari-hari padahal dengan waktu yang sama dia bisa mengadakan KKR dan menuai pertobatan banyak jiwa. Meskipun demikian, dia perlu melakukannya. Dia perlu membereskan masalah yang terjadi pada divisi tertentu.

Pemimpin perusahaan juga harus melakukan hal yang sama. Jika ada masalah dalam suatu divisi, pemimpin perusahaan harus turun langsung dan menyelesaikannya sekalipun hal ini bisa memakan waktu beberapa hari atau beberapa bulan. Jika sekedar mengganti orang, hal ini tidak akan menyelesaikan masalah. Hal ini memang sulit dipahami oleh orang yang work-oriented. Namun, kita harus menjadi pemimpin yang people-oriented.

Maka dari itu, ko Philip juga harus mengunjungi gereja-gereja satelit. Banyak orang berkata kepada ko Philip: "Enak ya bisa jalan-jalan terus." Namun, ko Philip bertanya-tanya: "Apa enaknya?" karena sebenarnya dia lebih suka di rumah daripada travelling. Karena seringnya bepergian, sampai-sampai saat bangun tidur dia bisa bertanya: "Sekarang aku dimana?" ^.^

Namun, Tuhan seringkali membuat kita mengerjakan sesuatu yang bertentangan dengan karakter kita. Orang yang suka travelling malah diminta diam di tempatnya. Ini bertujuan mematikan kedagingan kita. Jika kita hanya melakukan hal-hal yang sesuai dengan karakter kita, bagaimana bisa ada kematian daging?

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.